Tarian Tango William dan Selena begitu indah dan intim, seiring gerakan dan sentuhan yang mereka ciptakan membuat desiran halus di hati keduanya. Ini untuk kali pertama mereka bisa seintim ini di luar proses pembuahan, saat ini William bisa melihat dengan jelas wajah cantik Selena dan rambut hitam legamnya yang indah. Kulit putih bersih dan begitu lembut saat di sentuhnya, aroma lavender serta berries kembali William hirup, tak ayal membuat William kembali memikirkan saat mereka menghabiskan malam dengan panas. Musik Tanggo berakhir, gerakan mereka pun terhenti dengan saling menatap dan berdekatan. "Kamu hebat juga menari Tango, belajar sejak kapan?" tanya William sembari menjauhkan diri, William tidak ingin Selena mendengar degup jantungnya yang tidak beraturan. "Aku sering mengikuti kegiatan extra di kampus, Tango salah satu tarian favorit saya." William mengangguk, apa yang gadis itu ucapkan William hanya fokus menatap bibirnya yang berwarna merah dan seksi. Dil
Sejak Dinner malam itu, William mulai menjadi lebih dekat dengan Selena, terkadang menelepon bahkan sesekali bertukar pesan untuk sekedar menanyakan apakah Selena sudah makan atau apa yang sedang di lakukan oleh gadis itu. Sudah 2 minggu William dan Selena saling menelepon dan bertukar pesan bahkan William selalu menyempatkan untuk datang ke rumah Sunrise Summit hanya untuk makan siang bersama atau mengajakan Selena berjalan-jalan. [Ini weekend, apa kamu ada waktu untuk kita bertemu? Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.] Membaca pesan singkat dari William membuat Selena tersipu malu, memang bukan kali pertama ini mereka sering jalan berdua. Nonton bioskop, makan di kafe bahkan mengunjungi tempat yang bagus dan viral juga mereka sudah pernah. Persis seperti anak ABG yang sedang pendekatan. Menunggu balasan dari Selena membuat William tidak sabar, gadis itu terlihat tengah mengetik tapi lama sekali tidak muncul balasannya. [Baiklah Pak, Aku akan bersiap-siap.] Mend
"Pak William? A..Apa yang sedang Anda lakukan?" Selena nampak begitu terkejut dengan kehadiran William yang tiba-tiba, reflek Selena juga menutupi kedua bukit kenyalnya yang bisa saja terlihat oleh Wiliam. "Aku ingin berendam bersamamu." William menjawab dengan santai, lalu melebarkan kedua tangannya, "Kemarilah , mendekat padaku. Kita menikmati berendam berdua." Untuk sesaat Selena merasa ragu untuk mendekat ke arah William, tapi Pria itu memerintahkannya lagi. "Kemarilah Selena, tidak perlu malu. Aku bahkan sudah melihat semua tubuhmu tanpa pakaian ataupun yang menutupi." ucapan William itu sukses membuat wajah Selena memerah, walau ragu Selena tetap mendekat pada William, kini Selena berada dalam pelukan William. Tubuh polos mereka saling bersentuhan dan memberikan rasa hangat yang lain. Selena semakin menundukkan kepalanya dengan wajah memerah karena malu, gadis itu hanya bisa terdiam. Untuk beberapa saat mereka berdua hanya saling duduk dan terdiam. Tanp
Untuk sesaat William berada di atas tubuh Selena, setelah penyatuan yang penuh gelora itu, membuat tubuh Selena maupun William menjadi begitu lemas. Setelah bisa menguasai diri dari rasa 'melayang' William menarik monsternya dari tubuh Selena lalu menutup kedua kaki Selena dan meletakkan bantal di bokong Selena. Lalu William menjatuhkan dirinya di sebelah kiri Selena, senyum terukir di wajah tampan William, pria itu nampak begitu terpuaskan. Namun tiba-tiba Selena memalingkan tubuhnya ke arah kanan, membuat William sedikit tercengang. "Apa yang kamu lakukan? Kenapa membelakangiku?" William bertanya dengan sedikit nada tidak suka, dia berharap Selena akan menghadapnya dan memeluknya. Tapi gadis itu justru membelakangi William. "Aku menghadap ke kanan agar peluang mendapatkan anak laki-laki menjadi lebih besar, Pak." "Apa itu kata Angga?" "Tidak, Saya dapat dari orang-orang yang ingin mempunyai anak lali-laki, terlepas dari itu benar atau tidak, setidaknya saya
Deburan ombak di pantai berpasir putih itu memang cukup tenang, udara pantai juga membuat Selena merasa berada di tempat lain. Benar apa yang William katakan, bahwa dirinya pasti akan menyukai tempat itu. Dari keindahan pantai serta tata letak setiap bangunan yang mengelilingi pantai itu terlihat begitu rapih dan indah. "Sungguh sangat indah," cicit Selena sambil kedua tangannya terbentang dengan mata terpejam. Seolah membiarkan angin sejuk pantai itu menerpa tubuhnya, terlebih langit sudah mulai memberikan warna jingganya yang sebentar lagi akan memberikan pemandangan indah matahari terbenam. Selena tampak cantik dengan topi pantai berwarna putih serta kacamata hitamnya yang elegan. "Benar bukan apa yang aku katakan, kamu pasti akan menyukainya juga." William menatap Selena dengan tangan dilipat di depan dada, wajahnya yang tampan tersenyum melihat tingkah Selena yang kagum melihat tempat itu untuk pertama kalinya. Segera Selena membuka matanya dan menganggukkan ke
Cesss..... suara khas ikan yang tengah di bakar yang sudah di marinasi dan di olesi kecap manis menimbulkan aroma yang begitu menggugah Selera. Belum masakan kepiting yang di masak saus padang dengan potongan jagung sebagai campurannya. Menyaksikan proses masakan itu membuat Selena berulang kali menelan air liurnya yang seolah hendak menetes dari bibirnya. Sesekali Selena menggigit bibir bawahnya, tak sabar ingin segera menikmati ikan bakar dan kepiting itu. Melihat Selena yang nampak tidak sabaran menunggu makanannya, membuat William terkekeh kecil lalu mencubit hidung Selena. Membuat Selena yang tengah asyik menikmati acara masakan itu menjadi menatap ke arah William dengan sedikit kesal. Lebih tepatnya hanya berpura-pura kesal. "Sabarlah sebentar lagi, makanan itu akan segera tersaji di meja makanmu." "Aroma kedua makanan itu benar-benar menggoda indra penciumanku, Pak Wil. Apakah Bapak tidak merasakannya juga?" "Ya memang aromanya sangat menggoda, tapi aku s
Selena dan William baru memasuki kamar hotel dan melepas alas kaki mereka, William segera menahan tangan Selena dan menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Kedua tangan William melingkar di pinggang ramping gadis itu, dan memeluknya erat. "Katamu sudah tak tahan, lalu kenapa sekarang seolah tidak mau?" Jemari Selena yang lentik lalu bermain di dada bidang dan kekar milik William. "Sabarlah dulu.. Aku ingin membersihkan diri terlebih dahulu, kita baru saja menghabiskan waktu di pantai, badanku terasa lengket." Bukannya melepaskan Selena, William justru menghentakkan tangannya di tubuh Selena, hingga gundukan kenyal milik Selena terhimpit di tubuh William. "Aku sudah tidak bisa bersabar lagi, lebih baik kita segera melakukannya sekarang!" William mulai mencumbu leher jenjang Selena dengan tidak sabar, merengkuh tubuh Selena seolah enggan untuk melepaskannya barang sebentar saja. "Pak Wil... ehh.." Selena mulai bergairah karna cumbuan William di lehernya. "Tunggulah sebentar, A
Tatapan William sama sekali tidak berkedip saat melihat Selena dalam balutan Lingerie hitam yang begitu menggodanya. Tubuh Selena dengan tinggi 165cm dan bertubuh langsing namun memiki buah dada yang begitu besar dan menggiurkan. Kulit putih bersihnya menjadi terlihat lebih indah dengan memakai lingerie hitam itu. Terlebih Saat Selena mulai berjalan mendekati William dengan langkahnya yang gemulai, kaki jenjangnya melangkah dengan begitu genit. William meneguk ludahnya saat melihat siluet tubuh Selena dari balik tipisnya lingeri itu serta gunung kembar Selena yang menonjol keluar karna model lingerie itu memiliki model dada yang cukup rendah. Selena tepat berdiri di depan William dengan begitu menantang William. "Apa Bapak menyukai kejutan dari saya?" ucap Selena sembari memainkan pucuk rambutnya menggunakan jari telunjuknya. William segera beranjak dari duduk dan menarik tubuh Selena ke dalam dekapannya. "Ku pastikan kamu tidak akan bisa berhenti menjerit malam ini." Tan
Setelah pertemuan yang menegangkan dengan William dan juga Selena, Robert segera meninggalkan ruang tamu dan pergi ke kamarnya. Charles menyusulnya dan mencoba untuk tetap menghibur Robert agar tidak terlalu marah kepada putranya dan juga Selena. Kini hanya tinggal Brenda dan juga Angga di sana. "Bisakah Aku mengantarmu pulang, Brenda?" Angga menghentikan langkah tepat di sisi Brenda yang tengah duduk di sofa sembari memainkan ponselnya. "Tidak, Terimakasih." Brenda menjawab dengan santai sembari tetap menatap layar ponselnya tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya kepada Angga. Angga tetap berusaha mengajak Brenda berbicara walau mendapatkan respon yang tidak baik. "Brenda, bukankah kamu masih mengenalku?" Angga mencoba bertanya lagi seolah mencari cara agar Brenda memperhatikannya.
William membawa istrinya pergi meninggalkan kediaman Massimo. Betapa kecewa hati William pada sikap dan arogansi keluarganya terutama Kakeknya yang tidak pernah berubah. Dahulu ketika dirinya memilih Sofia, William dan Sofia pun tidak kalah banyak menemui rintangan, walau akhirnya Kakeknya menyetujui karena tahu latar belakang Sofia yang berasal dari keluarga yang cukup berpengaruh. Namun itu semua tidak cukup membuat Robert bisa menerima Sofia sepenuh hati. Sikap dan sifat Sofia yang lembut dan penuh kasih malah membuat Robert merendahkan mendiang istri pertamanya itu. Robert bilang istrinya tidak memiliki ambisi untuk mendukung William, segala macam tekanan Kakek berikan termasuk tentang kelahiran seorang pewaris. Hingga membuat Sofia frustasi dan malah mendapat penyakit yang berbahaya yang merenggut nyawa istri pertamanya itu.
Brenda tersenyum penuh ejekan kepada Selena, seolah dia tengah merasa akan memenangkan sebuah kompetisi. Situasi William dan Selena yang terpojok, membuat Brenda seperti memiliki kesempatan untuk merebut William dari pelukan Selana. Kini mereka berlima sudah duduk di sofa ruang tamu keluarga Massimo dengan suasana yang menegangkan. "Apa yang ingin Kakek tanyakan?" William membuka suara dengan setenang mungkin. Robert menatap tajam cucu kesayangannya itu seperti hendak menerkamnya. "Jelaskan pada kami kenapa Gadis itu tidak ada di datar pasien IVF, William!" Suara Robert bahkan menggelegar sampai memenuhi rumah besar itu. "Sudah pasti kek, karena Selena adalah pasien khusus, Angga tidak ingin publik mengetahui identitasnya," William terlihat santai mengahadapi Robert . "Bukankah akan berbahaya jika publik mengetahui lebih awal tentang identitas Selena yang sebenarnya?" Brenda tanpa pikir panjang langsung ikut berkomentar. "Memangnya identitas Selena yang sebenarnya a
Ponsel William tidak berhenti bergetar saat pasangan suami istri itu tengah bersiap untuk menemui Robert. Selena yang melihat ponsel William berdering langsung mengambilkannya dan memberikan kepada suaminya. "Mas ini Dokter Angga, jawablah dulu." "Akhirnya dia menjawab juga panggilanku!" Sambil meraih ponsel lalu mengangkat telepon dengan menjauh dari Selena. "Halo Ga, kenapa Kamu bisa selalai ini membiarkan Kakek dan Ayahku ke rumah sakit tanpa mempersiapkan rencana!" William langsung memberondong pertanyaan kepada Angga dengan nada ketus. Saat ini William sangat kesal kepasa sahabatnya itu yang di nilainya tidak becus untuk menutupi rahasianya. [Maaf Wil, Aku sedang sibuk karena ada seminar dan Resepsionis yang seharusnya bilan
Siang itu, Robert dan Charles mendatangi rumah sakit tempat Angga bekerja. Sudah 3 hari ini Robert menunggu kabar baik yang ingin dia dengar tentang calon cicitnya. Resepsionis menyambut mereka ramah karena sudah sangat mengenal keluarga Massimo. "Selamat Siang Bapak Robert dan Bapak Charles, Ada yang bisa saya bantu?" "Kami ingin bertemu dengan Dokter Angga, bisakah kami langsung menemuinya?" "Baik Pak, tunggu sebentar." Sang Resepsionis segera menelepon ke ruangan Angga tapi tidak ada yang menjawab, Hilda nama Resepsionis Angga lalu mengecek jadwal dokter Angga. "Oh Maaf Pak, hari ini Dokter Angga sedang ada seminar di hotel Anggara, sore nanti baru bisa kembali." Robert terlihat kesal lalu berdecak. "Ck... bagaimana kalau saya lihat cucu dan menantu saya? Dimana
Selena menggeliatkan tubuhnya, sinar matahari membangunkannya di pagi hari itu. Suaminya masih memeluknya erat, Setelah pertempuran panas mereka semalam. William benar-benar mampu mengendalikan diri, untuk tidak mengekspresikan hasratnya terlalu frontal, dia sangat lembut untuk meraih kepuasannya. Kecupan kecil Selena berikan di pipi William, pria itu hanya bergerak sebentar lalu tertidur kembali. Perlahan Selena turun dari ranjang, ranjang tempat mereka memadukan cinta dan memuaskan hasrat. Perut Selena sangat lapar, mungkin karena dirinya tengah hamil, makannya rasa lapar itu sangat mengganggunya. "Oke, kali ini kita akan membuat sarapan apa?" cicit Selena saat membuka kulkas. Bahan-bahan masakan di kulkas sudah tersedia lengkap setelah mereka berbelanja di supermarket kemarin.
Setelah satu hari berada di kantor keamanan, akhirnya Radit di nyatakan tidak bersalah setelah bukti cctv dan pengacara keluarga Radit datang. "Maafkan kami telah melakukan kesalahan telah menangkap orang yang tidak bersalah," ucap seorang petugas dengan nada penuh penyesalan. Terlebih saat tahu latar belakang Radit bukan dari keluarga yang sembarangan, melainkan dari keluarga yang cukup berpengaruh. Radit memaklumi kesalahpahaman yang terjadi, "Masalah ini bisa saya lupakan, tetapi lain kali kalian harus benar-benar mengecek kebenaran informasi yang masuk agar tidak terjadi salah paham seperti ini lagi." Petugas keamanan merasa lega. "Tentu Pak Radit, Terima kasih atas maklum Anda." "Tapi kalau boleh tahu, kalian mendapatkan informasi dari siapa bahwa Saya yang mencuri di supermarket?" Wa
Praaannggggg.... botol kosong bekas wine pecah berkeping-keping ketika di lemparkan ke tembok yang sudah terlihat tua. "Apa yang kamu lakukan! jaga sikapmu Bruno!" Arnold terlihat sangat marah ketika Pria misterius yang bersamanya itu melemparkan botol kosong sampai pecah. Pria misterius itu dipanggil Bruno karena tidak memiliki identitas yang jelas, Arnold bahkan tidak tahu nama asli Pria misterius itu. "Ka..kapan Aku akan mem..membunuh si Wil.. William itu, hah!" Bruno berkata dengan terbata. "Bersabarlah sedikit lagi, kita tetap harus berhati-hati saat berhadapan dengan orang kaya seperti mereka, atau kalau tidak kita sendiri yang akan hancur!" Arnold mencoba untuk menenangkan Bruno. "Aarrgghhhhh," Bruno sangat marah karena selama ini hanya di kurung di bangunan tua tidak berpenghuni. "Kita ha..harus segera melakukan misi kita, kalau kamu tidak mau A..Aku yang akan menghabisinya sendiri!" Bruno hendak keluar dari bangunan tua itu namun Arnold mencegahnya. "Heii.. apa
Ternyata William tidak langsung meminta jatah kepada Selena, melainkan mengajak Selena untuk menonton film bersama. "Kenapa kita malah jadi menonton film sih, Mas?" keluh Selena. "Memangnya kenapa? kamu sudah tidak sabar merasakan monsterku lagi?" ledek William membuat pipi Selena memerah. tapi Selena nampak kesal bahkan bibirnya mengerucut ke depan. "Bukankah kamu yang sudah tidak sabaran sejak tadi?" William langsung memeluk istrinya yang merajuk. "Baby, kita harus melakukannya perlahan-lahan, Mas takut jika kita terlalu menggebu itu akan memperngaruhi kesehatanmu dan juga bayi kita." Selena mendesah, alasan suaminya memang benar. Mereka harus melakukannya dengan berhati-hati. "Lalu kita akan menonton apa?" "Hmmm.." William nampak bingung. "Kita akan menonton film yang penuh dengan romansa." "Baiklah, Ayo kita lihat film itu." William lantas memilih film 364days, film yang terdiri dari beberapa seasons itu cukup fenomenal dan unik. Tapi yang membuat Willia