Share

Koleksi Mainan Baru

Arjuna tersenyum miring, rupanya perempuan kumuh itu benar-benar tidak mengenal siapa Arjuna Adhiyaksa atau yang dulu di kenal sebagai Arjuna Tarumanegara. Laki-laki itu sama sekali tidak membutuhkan bantuan siapapun untuk menjatuhkan keluarga Erlang, tapi begitu melihat keteguhan di mata Alisha, Arjuna menjadi penasaran. Hal apa yang membuat perempuan kurus kerempeng itu bertekad menghancurkan keluarganya sendiri.

“Kamu tau artinya jika saya menerima penawaran kamu ini?” tanya Arjuna sembari mengusap bibirnya yang penuh, laki-laki itu menyeringai begitu Alisha mengerutkan kening. “Saya tidak melakukan penawaran dengan tangan kosong..”

“Alisha, tuan Arjuna bisa memanggil saya Alisha.”

Arjuna mengangguk, laki-laki itu memajukan tubuhnya agar bisa memandang Alisha dengan lekat, “Saya enggak pernah melakukan penawaran dengan tangan kosong, Alisha.” Arjuna tersenyum lebar, entah kenapa laki-laki itu menyukai bagaimana mulutnya melafalkan nama tersebut.

“Maksud tuan?”

Arjuna berdehem, mencoba kembali berkonsentrasi pada transaksi yang di ajukan Alisha, “Melakukan penawaran dengan saya, itu artinya kamu siap menjadi salah satu koleksi mainan saya. Kamu tau artinya kan?”

Alisha menelan ludah dengan gugup.

“Sa- saya..” Alisha mengepalkan tangannya kencang, perempuan itu bertekad untuk memenangkan negosiasi ini apapun yang terjadi. “Saya adalah kunci yang bisa membuat tuan Arjuna membalaskan dendam atas kematian Ganindra Tamuramegara, apa itu enggak cukup?”

Arjuna tertawa kencang, matanya bahkan sampai berair kerena kenaifan perempuan muda di hadapannya.

“Kamu pikir saya masih memperdulikan hal tersebut?”

Alisha kelabakan, perempuan itu kehabisan akal untuk membujuk Arjuna agar mau menghancurkan keluarga Erlang bersamanya.

“Me.. mereka sudah mengetahui siapa anda sebenarnya. Sekilas saya mendengar bahwa Galahan Erlang sedang merencakanan sesuatu untuk melenyapkan anda.” Alisha kembali mencoba peruntungannya.

“Terimakasih informasinya, saya akan mulai meningkatkan kewaspadaan mulai dari sekarang.” Senyum Arjuna melebar, perempuan yang bergerak resah di hadapannya itu benar-benar kelihatan lucu. “Saya rasa tidak ada lagi yang harus kita bahas.” Ucap Arjuna sembari bangkit dari duduknya, laki-laki itu ingin mempermainkan Alisha yang jelas kelihatan panik saat ini.

“Saya tekankan sekali lagi Alisha, saya sama sekali tidak berniat membalaskan dendam apapun kepada keluarga Erlang. Satu-satunya orang yang menginginkan hal tersebut adalah kamu, benar kan?”

Arjuna menyeringai begitu melihat pupul mata Alisha yang bergerak resah, perempuan itu pasti tidak menyangka kalau Arjuna bisa membaca niat perempuan itu dengan jelas.

“Jika tidak ada hal yang lebih menarik yang bisa kamu tawarkan kepada saya, lebih baik kamu pulang.” Arjuna yang sudah akan beranjak kembali berbalik dan menatap Alisha sembari menjentikan jari, “Ah, kamu tenang aja. saya bukan orang yang enggak tahu balas budi. Sebastian akan menyiapkan hadiah atas informasi yang sudah kamu sampaikan kepada saya hari ini.”

Setelahnya Arjuna berbalik, laki-laki itu memasukan tangan kedalam saku sembari menghitung di dalam hati.

“Saya bersedia.” Teriak Alisha dengan cepat begitu Arjuna sampai di ujung tangga bawah, “Sa- saya bersedia menjadi salah satu kolek si tuan asalkan tuan Arjuna bersedia membantu saya menghancurkan keluarga Erlang.”

Arjuan bersorak! meski Laki-laki itu sebisa mungkin mempertahankan ekspresinya ketika berbalik memadang Alisha yang sekarang menunduk dengan wajah merah padam.

“Kalau begitu Sebastian akan mengurus segalanya untuk kamu.” Ucap laki-laki itu dengan tenang, “Selamat datang di mansion Arjuna Adhiyaksa, Alisha.”

***

Sebastian menunduk, laki-laki berusia empat puluh tahun itu siap melapor.

“Nona Alisha sudah ada di kamarnya.”

Arjuna mengangguk, laki-laki itu menyesap winenya dengan wajah datar. “Perempuan bodoh itu ternyata sangat mudah di bodohi.”

Sebastian mendekat, menuangkan kembali wine pada gelas tuannya yang sudah kosong.

“Tuan yakin, perempuan itu bisa membantu kita menghancurkan keluarga Erlang?”

Arjuna tertawa, “Perempuan bodoh itu tidak akan bisa melakukan apapun, dia bahkan bisa dengan mudah di bohongi.”

“Lantas kenapa tuan membiarkan perempuan itu tinggal di sini?”

“Sikapnya yang seperti kelinci kecil cukup menghibur, jadi biarkan dia berada di sini untuk sementara.” Arjuna menyesap winenya sekali lagi sebelum menyeringai, “Lagi pula, aku ingin melihat bagaimana raut wajah Galahan Erlang begitu mengetahui kalau putrinya menjadi salah satu mainan ku di mansion ini hahaha.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status