Home / Romansa / GAIRAH SANG ARJUNA / Koleksi Mainan Baru

Share

Koleksi Mainan Baru

Author: minipau
last update Last Updated: 2021-08-16 08:44:12

Arjuna tersenyum miring, rupanya perempuan kumuh itu benar-benar tidak mengenal siapa Arjuna Adhiyaksa atau yang dulu di kenal sebagai Arjuna Tarumanegara. Laki-laki itu sama sekali tidak membutuhkan bantuan siapapun untuk menjatuhkan keluarga Erlang, tapi begitu melihat keteguhan di mata Alisha, Arjuna menjadi penasaran. Hal apa yang membuat perempuan kurus kerempeng itu bertekad menghancurkan keluarganya sendiri.

“Kamu tau artinya jika saya menerima penawaran kamu ini?” tanya Arjuna sembari mengusap bibirnya yang penuh, laki-laki itu menyeringai begitu Alisha mengerutkan kening. “Saya tidak melakukan penawaran dengan tangan kosong..”

“Alisha, tuan Arjuna bisa memanggil saya Alisha.”

Arjuna mengangguk, laki-laki itu memajukan tubuhnya agar bisa memandang Alisha dengan lekat, “Saya enggak pernah melakukan penawaran dengan tangan kosong, Alisha.” Arjuna tersenyum lebar, entah kenapa laki-laki itu menyukai bagaimana mulutnya melafalkan nama tersebut.

“Maksud tuan?”

Arjuna berdehem, mencoba kembali berkonsentrasi pada transaksi yang di ajukan Alisha, “Melakukan penawaran dengan saya, itu artinya kamu siap menjadi salah satu koleksi mainan saya. Kamu tau artinya kan?”

Alisha menelan ludah dengan gugup.

“Sa- saya..” Alisha mengepalkan tangannya kencang, perempuan itu bertekad untuk memenangkan negosiasi ini apapun yang terjadi. “Saya adalah kunci yang bisa membuat tuan Arjuna membalaskan dendam atas kematian Ganindra Tamuramegara, apa itu enggak cukup?”

Arjuna tertawa kencang, matanya bahkan sampai berair kerena kenaifan perempuan muda di hadapannya.

“Kamu pikir saya masih memperdulikan hal tersebut?”

Alisha kelabakan, perempuan itu kehabisan akal untuk membujuk Arjuna agar mau menghancurkan keluarga Erlang bersamanya.

“Me.. mereka sudah mengetahui siapa anda sebenarnya. Sekilas saya mendengar bahwa Galahan Erlang sedang merencakanan sesuatu untuk melenyapkan anda.” Alisha kembali mencoba peruntungannya.

“Terimakasih informasinya, saya akan mulai meningkatkan kewaspadaan mulai dari sekarang.” Senyum Arjuna melebar, perempuan yang bergerak resah di hadapannya itu benar-benar kelihatan lucu. “Saya rasa tidak ada lagi yang harus kita bahas.” Ucap Arjuna sembari bangkit dari duduknya, laki-laki itu ingin mempermainkan Alisha yang jelas kelihatan panik saat ini.

“Saya tekankan sekali lagi Alisha, saya sama sekali tidak berniat membalaskan dendam apapun kepada keluarga Erlang. Satu-satunya orang yang menginginkan hal tersebut adalah kamu, benar kan?”

Arjuna menyeringai begitu melihat pupul mata Alisha yang bergerak resah, perempuan itu pasti tidak menyangka kalau Arjuna bisa membaca niat perempuan itu dengan jelas.

“Jika tidak ada hal yang lebih menarik yang bisa kamu tawarkan kepada saya, lebih baik kamu pulang.” Arjuna yang sudah akan beranjak kembali berbalik dan menatap Alisha sembari menjentikan jari, “Ah, kamu tenang aja. saya bukan orang yang enggak tahu balas budi. Sebastian akan menyiapkan hadiah atas informasi yang sudah kamu sampaikan kepada saya hari ini.”

Setelahnya Arjuna berbalik, laki-laki itu memasukan tangan kedalam saku sembari menghitung di dalam hati.

“Saya bersedia.” Teriak Alisha dengan cepat begitu Arjuna sampai di ujung tangga bawah, “Sa- saya bersedia menjadi salah satu kolek si tuan asalkan tuan Arjuna bersedia membantu saya menghancurkan keluarga Erlang.”

Arjuan bersorak! meski Laki-laki itu sebisa mungkin mempertahankan ekspresinya ketika berbalik memadang Alisha yang sekarang menunduk dengan wajah merah padam.

“Kalau begitu Sebastian akan mengurus segalanya untuk kamu.” Ucap laki-laki itu dengan tenang, “Selamat datang di mansion Arjuna Adhiyaksa, Alisha.”

***

Sebastian menunduk, laki-laki berusia empat puluh tahun itu siap melapor.

“Nona Alisha sudah ada di kamarnya.”

Arjuna mengangguk, laki-laki itu menyesap winenya dengan wajah datar. “Perempuan bodoh itu ternyata sangat mudah di bodohi.”

Sebastian mendekat, menuangkan kembali wine pada gelas tuannya yang sudah kosong.

“Tuan yakin, perempuan itu bisa membantu kita menghancurkan keluarga Erlang?”

Arjuna tertawa, “Perempuan bodoh itu tidak akan bisa melakukan apapun, dia bahkan bisa dengan mudah di bohongi.”

“Lantas kenapa tuan membiarkan perempuan itu tinggal di sini?”

“Sikapnya yang seperti kelinci kecil cukup menghibur, jadi biarkan dia berada di sini untuk sementara.” Arjuna menyesap winenya sekali lagi sebelum menyeringai, “Lagi pula, aku ingin melihat bagaimana raut wajah Galahan Erlang begitu mengetahui kalau putrinya menjadi salah satu mainan ku di mansion ini hahaha.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GAIRAH SANG ARJUNA   Bahaya di depan mata

    Warung dagangan Alisha tampak ramai, Ruben berdiri sembari berkacak pinggang. Memperhatikan satu persatu pelanggan yang datang.“Mas, ini uangnya.”“Ah, iya. Berapa total belanjaannya, Bu?”“Lima puluh ribu.”Ruben mengabaikan tawa perempuan paruh baya di hadapannya dan fokus menghitung uang kembalian.“Mas, pacarnya Mbak Alisha?”Ruben mengulas senyum dan membiarkan para pelanggan Alisha berpikir sesuka mereka. Bagi Ruben, lebih baik di kenal sebagai kekasih Alisha dibandingkan harus menerima banyak tawaran tidak masuk akal para pelanggan Alisha yang terlihat sangat semangat menjodohkannya dengan salah satu putri mereka.“Ini Mas, tolong kembaliannya.”Ruben memperhatikan lelaki yang terlihat aneh di matanya, pelanggan Alisha yang satu ini mengenakan topi dan juga jaket kulit di tengah hari yang panas.“Mas,” panggil lelaki itu lagi. “Kembalia

  • GAIRAH SANG ARJUNA   Kecurigaan Ruben

    Ruben tertawa senang karena berhasil menjahili Alisha, tetapi raut kesenangan di wajah Ruben menghilang begitu melihat wajah Alisha yang benar-benar seputih kapas.”Astaga, ada apa?””Ada apa?!” Alisha mengepalkan tangannya dengan erat, dengan emosi yang tidak lagi dapat perempuan itu tahan, Alisha menghujani Ruben dengan banyak pukulan. ”Aku kira aku akan mati hari ini!””Oh ayolah, jangan berlebihan.” Ruben mengunci leher Alisha dengan lengannya kemudian memaksa perempuan itu berjalan bersamanya. ”Ayo aku antar kamu pulang.”“Enggak perlu! Aku bisa pulang sendiri.””Serius, Al? Kamu merajuk?” Ruben mengikuti Alisha dengan seringai yang menyebalkan, bagi lelaki itu Alisha memang hiburan yang menarik di sela-sela kesibukannya bekerja. ”Kamu merajuk?””Enggak!”“Benar kamu merajuk.” Ruben menganggukkan kepala seolah i

  • GAIRAH SANG ARJUNA   Teror Pertama

    Galahan tidak bisa diam saja, Brama pasti sudah bergerak dan membuat rencana di luar sana. Ia juga harus melakukan hal yang sama, membangun kekuatannya meski dibatasi dinding penjara. Tekadnya membuat lelaki itu dapat beradaptasi dengan kehidupan penjara yang keras, Galahan memiliki kelompoknya sendiri sekarang.“Ini, aku berhasil mendapatkannya.”Galahan menepuk-nepuk kepala pesuruhnya dengan bangga, entah bagaimana Galahan merasa jika beberapa penjaga mengawasinya. Hal itu membuat lelaki itu lebih berhati-hati dalam bergerak dan mau tidak mau memanfaatkan anggota kelompoknya untuk meraih apa yang ia mau.“Ambillah.” Galahan melempar tiga puntung rokok yang langsung menjadi rebutan, lelaki itu tidak peduli. Galahan memilih beranjak ke sudut ruangan dan menekan sebaris nomor pada ponsel yang berhasil bawahannya pinjam. “Ayolah, kenapa mereka sulit sekali mengangkat telepon dari orang asing!” geramnya karena lagi-lagi Ruben men

  • GAIRAH SANG ARJUNA   Meja makan, kamu dan selai cokelat

    Brama memperhatikan penampilannya terbarunya dengan perasaan bangga, lelaki paruh baya itu baru saja memangkas rambutnya menjadi lebih rapi. Brama juga bercukur dengan bersih hari ini, ia juga mengenakan setelan rumahan yang nyaman.”Aku benar-benar merindukan kehidupan ini.””Ini memang kehidupan yang seharusnya Pak Brama miliki.” Yuda datang dengan sekantung belanjaan di tangannya. “Bersiaplah, Nona Anggela mungkin sebentar lagi akan tiba.”“Apa tidak masalah jika aku hanya berpakaian seadanya seperti ini?”Yuda memperhatikan pakaian Brama kemudian mengangguk. ”Ini bukan pertemuan bisnis, santai saja.” Lelaki itu kemudian sibuk dengan berbagai macam bahan masakan dan menatanya di atas meja. ”Anda bisa mengambil wine di gudang, Nona Anggela sangat menyukainya.””Oh, tentu. Biar aku ambilkan.”Begitu kembali, Brama melihat sosok Anggela duduk dengan nyaman di

  • GAIRAH SANG ARJUNA   Kesempatan Galahan

    Sebastian menyambut Ruben dengan langkah memburu, kepala pelayan itu memang menghubungi Ruben begitu menemukan Arjuna terkapar di ruang kerjanya di antara belasan botol wine.“Tuan Arjuna ada di kamarnya.”Ruben mengangguk, tanpa kata lelaki itu membuka pintu lebar yang cukup sering ia masuki. Ruben mendengus, melihat Arjuna dengan wajah pucatnya di kelilingi oleh Anggela dan Regina yang hanya mengenakan pakaian tidur tipis dan kekurangan bahan.”Pergi! aku harus memeriksanya,” usir Ruben tanpa takut.”Kami hanya khawatir, Tuan Arjuna tiba-tiba saja menghilang dan di temukan pingsan di ruang kerja. Padahal sebelumnya kami sedang bersenang-senang.” Regina mengusap dada Arjuna dengan pelan. “Aku enggak mau pergi sebelum memastikan Tuan Arjuna baik-baik saja.”Ruben mendengus. “Jangan khawatir, ini hanya masalah usia.”“Ya!” protes Arjuna tidak terima. ”Pergilah, aku

  • GAIRAH SANG ARJUNA   Tidak Terpuaskan

    Sebastian berdiri diam, kepala pelayan itu sama sekali tidak dapat melakukan apa pun saat ini. Arjuna sedang gelap mata, lelaki itu sejak tadi tidak bisa berhenti meneguk winenya sembari berkeliling menghampiri para koleganya. Bukan untuk membicarakan pekerjaan, malainkan memamerkan mainan barunya.”Benar-benar luar biasa, Pak Arjuna. Anda bahkan bisa mendapatkan Regina.”Arjuna memberikan senyum kecil, lelaki berperut buncit di hadapannya ini sama sekali tidak menutupi kekagumannya pada Regina yang memang terlihat menawan dengan gaun malamnya.“Anda harus menghubungi saja jika ingin mengirim Regina ke area pelelangan.”Arjuna terlihat berpikir. ”Entah lah, Pak Rudi. Sepertinya kali ini Anda harus menunggu cukup lama karena aku ternyata merasa sangat puas dengan apa yang sanggup Regina berikan kepadaku.” Arjuna mendekatkan wajah ke telinga koleganya yang sudah berusia tujuh puluh tahun lebih. ”Saya takut Anda tida

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status