Share

bab 5. Viral di Sekolah

POV penulis

Flash back On :

"Pa, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Lidia ketakutan.

Adi menghela nafas di samping Lidia. Lelaki berusia 35 tahun itu juga merasa sakit kepala saat sedang menunggu mamanya yang masih pingsan. Tapi Adi masih saja berusaha mengulas senyum dan berpura-pura tenang di hadapan Lidia.

"Ssst, kamu akan selalu aman. Aku akan menjagamu, Sayang."

Adi memeluk Lidia perlahan dan mencium kening gadis itu.

"Adi ...."

Adi segera melepas pelukannya saat mendengar Mamanya yang baru saja membuka mata.

"Apa Mama tidak apa-apa? Mana yang sakit, Ma?" tanya Adi sambil menghambur ke arah Mamanya.

Lidia mengikuti langkah Adi dengan takut-takut.

"Mama masih pusing. Apa kata Dokter tentang Mama?" tanya Mama Adi.

"Hm, dokternya bilang kalau jantung Mama normal. Mama hanya mengalami tensi rendah dan asam lambung nya naik. Terus dokter nya juga bilang kalau gula darah Mama drop. Apa Mama belum sarapan?" tanya Adi sambil menatap wajah mamanya.

Mamanya menatap sang anak dengan penuh rasa kecewa.

"Jujur Mama kecewa padamu. Kamu sudah mempunyai istri yang cantik, baik dan perhatian malah selingkuh."

Lidia hanya bisa tertunduk dalam saat mendengar ucapan Mama Adi.

"Maafkan Adi, Ma. Tapi saya dan Lidia saling mencintai. Dan Adi memutuskan akan menikahi Lidia."

"Apa? Tidak mungkin, Di! Mama tidak setuju. Sampai mati Mama tidak mau memberikan restu. Bagaimana kata orang kalau tahu kamu selingkuh dengan anak angkatmu sendiri dan sekarang kamu justru ingin menikahi nya?" tanya Mama sambil menatap tajam ke arah Lidia.

"Hm, orang-orang mungkin akan mempermasalahkan hal ini sejenak. Tapi saya yakin betul bahwa lama kelamaan, orang-orang akan melupakan skandal ini dan tidak mempedulikan berita tentang saya lagi."

Mama Adi hanya bisa menghela nafas panjang. Suasana hening sejenak, dan semua mata dalam ruangan itu serentak menoleh ke arah pintu saat melihat seseorang yang baru masuk ke dalam ruang rawat inap mama Adi.

"Bagaimana kondisi Mama sekarang? Papa langsung kemari saat supir kita menelepon Papa dan memberitahu bahwa Mama pingsan," ujar Papa Adi mendekat kearah istrinya.

Mama Adi menghela nafas panjang.

"Mama cuma kaget dengan kejadian yang menimpa rumah tangga anak kita. Mama malu dengan teman-teman Mama, Pa," jawab Mama Adi lirih.

Papa Adi menoleh pada anak sulungnya. "Kamu memang hanya bisa membuat malu keluarga, Di. Papa tidak pernah mengajarimu untuk berkhianat dan berselingkuh. Tapi sekarang, kamu justru mempermalukan kita semua dengan perbuatan kamu!"

"Pa, Ma. Terserah apa kata Mama dan Papa, Adi akan tetap menikahi Lidia. Karena kami saling mencintai."

"Otakmu benar-benar nggak beres. Kalau kamu yakin akan menikahi Lidia, Papa pastikan nama kamu tercoret dalam daftar kartu keluarga dan daftar warisan!" seru Papa Adi.

Lidia dan Adi berpandangan.

'Aduh, sudah enggak dapat harta gono gini, sekarang malah dikeluarkan dari kartu keluarga oleh Papa,' keluh Adi dalam hati.

Lidia menoleh pada Adi, 'Hm, enggak jadi dapat orang kaya. Tapi semoga masih punya aset yang lainnya,' ucap Lidia dalam hati.

"Pa, jangan begitu. Papa nggak bijaksana banget sih. Papa kan cuma punya tiga anak. Sedangkan sawah milik Papa luas. Papa juga punya supermarket lumayan besar. Tolonglah Pa, jangan mencoret nama Adi dari daftar warisan," pinta Adi penuh harap.

Papanya berpikir sejenak. "Kalau kamu memilih harta keluarga kita, suruh perempuan itu pergi dari sini. Papa nggak mau bertemu dengannya terlebih dahulu."

Adi dan Lidia berpandangan sejenak. Lalu Adi segera menyeret Lidia keluar dari ruang rawat Mamanya.

"Sayang, kita ngalah dulu ya. Aku minta hak aku dalam warisan Papa dan mencairkan depositoku di bank lalu kita menikah. Untuk sementara, kita saling menjauh dulu. Kamu mau kan?"

Tanpa berpikir panjang, Lidia mengangguk kan kepalanya dengan senyum sumringah lalu segera beranjak meninggalkan rumah sakit.

***

"Kamu harus segera makan, Lid. Besok kamu ujian akhir sekolah," ujar Ibu Lidia sambil memandang Lidia yang tengah mengaduk makanannya.

Lidia sejenak memandang sang Ibu dan kedua adiknya yang masih duduk di sekolah lanjutan pertama dan di sekolah dasar dengan perasaan campur aduk. Perempuan itu lalu meletakkan sendoknya.

"Aku takut, Bu."

"Apa yang kamu takutkan? Kamu sudah berhasil mendapatkan lelaki yang mapan dan tampan. Kamu bisa mengangkat martabat keluarga kita. Kita bisa menyekolahkan Lila dan Dila dengan mudah setelah kamu menikah resmi dengan Adi nanti. Ibu sudah lelah menjadi buruh cuci dan buruh setrika. Apalagi yang kamu takutkan?"

Lidia menghela nafas panjang. "Lidia takut kalau video yang direkam oleh Tante Hesti menyebar di sekolah. Lidia malu."

"Tenang saja. Bukankah Hesti telah berjanji tidak akan menyebarkan video kamu asal Adi menalaknya dan memberikan hak asuh Verico serta aset mereka? Kita tinggal menuntut Hesti kalau dia ingkar janji kan?

Malah Ibu kepikiran kalau Adi akan jatuh miskin setelah semua hartanya dikuasai oleh Hesti. Memang serakah sekali Mama angkat kamu itu!"

"Mas Adi tidak akan jatuh miskin. Dia mempunyai deposito dan bagian warisan dari orang tuanya."

Mata Ibu Hesti terlihat berbinar. "Nah, bagus itu! Kamu harus semangat. Hanya tinggal menyelesaikan soal akhir sekolah, lulus dan kamu bisa menikah dengan Adi."

"Iya. Ibu benar. Lidia akan bersemangat. Hanya tinggal satu langkah lagi untuk menjadi istri orang kaya!" seru Lidia dengan mata berbinar.

***

Lidia berjalan di koridor sekolah dengan mengerutkan dahi. Beberapa murid lain kelas berbisik-bisik sambil melihat ponsel yang ada di tangannya seraya tersenyum sinis ke arah Lidia.

Lidia yang bingung tetap melangkah menuju kelasnya. Lalu duduk di bangkunya.

Baru saja dia meletakkan tasnya di bangku, Mita, teman yang duduk di sebelahnya mendekat kearah Lidia.

"Apa kamu sudah gil* main sama Papa angkat mu sendiri? Siapa yang merekam dan menyebar kan video ini pada semua siswa di sini? Dan kamu kenapa masih berani datang ke sekolah? Apa kamu tidak takut dibully oleh teman-teman? Apa kamu tidak takut diDO dari sekolah?" tanya Mita beruntun sambil menunjukkan video penggerebekan Lidia saat masih di hotel melalui ponsel, membuat telinga Lidia berdenging dan kepalanya mendadak pusing.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status