Beranda / Rumah Tangga / GANCET DENGAN ANAK ANGKAT / bab 4. Kenapa Bisa Viral

Share

bab 4. Kenapa Bisa Viral

Penulis: ananda zhia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-02 11:29:37

Aku mengangkat bahu. "Entahlah Mi. Hesti tidak peduli. Hesti hanya merasa sakit hati sekali sekarang. Padahal Hesti juga tidak pernah curiga pada mereka."

"Oh ya. Selain overdosis obat kuat dan obat pengencang, apa ada penyebab lain terjadinya gancet?" tanya Mami.

"Ada. Faktor psikologis, faktor trauma dari masa lalu, faktor emosi dan mengidap penyakit kelamin."

"Hm, serem. Apa memang bisa terjadi pada pasangan sah juga?"

Aku mengangguk. Dan saat aku akan membuka mulut untuk menanggapi ucapan Mami, mendadak ponselku berdering.

Aku melihat layar ponsel dan langsung terkejut melihat siapa yang menelpon ku malam-malam.

Asisten bupati!!!

Aku melihat layar ponsel dan langsung terkejut melihat siapa yang menelpon ku malam-malam.

Asisten bupati!!!

Aku segera melangkah kan kaki meninggalkan ruang makan dan menuju ke ruang tamu. Perasaan ku mengatakan bahwa asisten bupati menelepon ku karena kasus yang menimpa mas Adi.

Dan aku tidak mau jika orang tuaku mengetahui dan kepikiran tentang kasus mas Adi. Biarlah kasus perselingkuhan mas Adi ini kuselesaikan sendiri.

"Halo."

"Selamat Malam, Bu Hesti, saya Prawiro. Asisten pribadi bupati."

"Iya. Saya tahu Pak. Ada apa?"

"Saya langsung pada permasalahan yang akan dibicarakan oleh bupati besok ya? Saya hanya ingin mengkonfirmasi saja."

"Baiklah Pak. Silakan kalau ingin menanyakan uneg-uneg yang ada di hati Bapak. Kalau saya mampu, akan saya jawab langsung."

"Baiklah Bu Hesti. Saya tahu kalau hal ini merupakan hal tabu dan menjadi privasi keluarga Ibu, tapi saya menanyakan hal ini karena berkaitan dengan wibawa bupati beserta para stafnya."

Pak Prawiro menjeda kalimatnya sejenak dan menghela nafas. Pasti pak Prawiro merasa tidak enak jika menanyakan tentang perselingkuhan mas Adi.

"Hm, baru saja saya ditelepon oleh bupati bahwa Pak Adi tersandung kasus perselingkuhan bahkan sampai gancet dengan ... Lidia. Apa itu benar?"

'Wah, ternyata pekerjaan Stevanus cepat juga ya untuk memviralkan mas Adi. Rasain kamu, Mas!'

"Iya, benar. Memang telah terjadi perselingkuhan antara suami saya dan Lidia, anak angkat kami. Kalau boleh saya tahu, Pak Bupati dan pak Prawiro tahu darimana?" tanyaku hati-hati.

"Hm, ada video yang tersebar di akun sosial media anonim. Dan akhirnya banyak yang membagikan video itu dengan cepat. Apa bukan Bu Hesti yang menyebarkan video itu?"

"Bukan. Bukan saya. Tidak ada untungnya bagi saya untuk menyebarkan aib mas Adi. Saya memang ada di lokasi kejadian saat mas Adi sedang tertangkap basah tidur dengan Lidia. Bahkan saya yang menolong mereka melepaskan gancetnya. Tapi bukan saya yang menyebarkan video itu."

"Hm, baiklah. Awalnya saya mengira bahwa orang yang sedang mengalami gancet di video itu semata-mata adalah orang yang mirip pak Adi. Tapi ternyata memang benar, pak Adi yang sedang berada dalam video tadi.

Sebenarnya kami kesulitan mentake down dan mencari tahu siapa yang meng-upload pertama kali tentang perselingkuhan Bapak Adi. Apa mungkin Ibu tahu tentang siapa yang mempunyai dendam dengan Pak Adi?"

"Wah, kalau tentang hal itu, bukan urusan saya lagi, Pak. Karena saya telah meminta mas Adi langsung menalak saya tadi pagi. Sekarang saya tidak peduli lagi dan semua yang berkaitan dengan Mas Adi, itu bukan urusan saya."

"Baiklah kalau begitu. Jadi kalau misalkan Pak Adi mendapat SP atau dipecat, Bu Hesti sudah tidak peduli lagi?"

"Tentu saja."

"Baiklah. Terimakasih. Maaf sudah menganggu waktunya."

Aku mengakhiri panggilan telepon setelah pak Prawiro mengucap salam lalu segera mengirim pesan pada temanku. Stevanus. Hacker sekaligus teman SMA ku yang merupakan lulusan terbaik di fakultas IT di kampus nya.

[Terima kasih telah membantuku membalas dendam pada para pengkhianat itu.]

Dan tanpa menunggu lama, pesanku dibalas oleh Stevanus.

[Tentu saja. Aku akan selalu membantumu. Aku masih berhutang budi banyak padamu karena menyelamatkan nyawa adikku satu-satunya.]

Aku menghela nafas dan tersenyum. Aku tidak berbohong tentang viralnya video mas Adi. Karena memang bukan aku yang meng-upload nya di media sosial. Tapi aku hanya mengirimkan video yang kurekam pada Stevanus. Dialah yang selanjutnya kumintai tolong untuk memviralkan nya dengan cara yang aman.

Sakit hati ini rasanya belum terbalas jika mas Adi masih bisa tersenyum dan melenggang bebas.

"Siapa yang menelepon mu, Hes?" tanya Mami yang mendadak ada di belakang ku.

Aku menoleh pada Mami. "Pak Pranowo. Asisten Bupati."

Aku lalu menceritakan semua percakapan aku dan Pak Pranowo. Mami dan Papi hanya bisa tercengang mendengarnya. Mereka semakin terkejut, saat aku menunjukkan video yang telah kurekam tadi pagi pada orang tuaku.

"Kenapa video itu bisa viral, Hes?" tanya Mami.

Aku hanya mengedikkan bahu. "Tidak tahu. Mungkin diantara orang-orang yang kubawa kemarin ada yang merekam mereka diam-diam," sahutku cuek.

"Tapi kamu hebat, Hes."

"Apa maksud Mami?"

"Kemarin kamu saat memergoki mereka tidak marah-marah kan? Biasanya istri sah kalau menangkap basah suami sedang bersama pelakor menjadi bar-bar dan akan menghajar pelakor itu. Tapi di video itu kamu tampak tenang justru mau menolong mereka."

"Hm, Hesti ingin bermain cantik. Sebenarnya Hesti sudah curiga dengan perangai Lidia dan mas Adi. Karena Lidia pernah melihat mereka nonton tivi berdua saat Hesti baru pulang dinas malam di UGD. Tapi Hesti belum ada bukti. Untunglah sekarang Tuhan memberikan bukti yang jelas.

Lagipula, istri sah yang membalas dengan elegan dan tampak sabar, tentu saja akan mendapatkan simpati dan dari para netizen. Dan hal itu pasti akan membuat sanksi sosial yang dialami mas Adi dan Lidia semakin berat."

Papi dan Mami tampak mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Tapi coba kamu jujur. Apa sedikit pun kamu tidak ingin menghajar Adi dan Lidia? Maksud Mami, misalkan kasus ini tidak viral, apa kamu tidak ingin menghajar Lidia yang tidak tahu diuntung itu?"

"Hm, ada sih keinginan untuk menghajar mereka habis-habisan. Istri mana sih yang nggak marah dan sangat sakit hati dikhianati oleh dua orang yang paling dipercayai?

Tapi itu hanya akan mengotori tangan Hesti. Malah nanti bisa-bisa si Lidia playing victim lagi ke rumah sakit dan divisum. Dih, ogah Mi. Lagipula, viralnya mereka sudah bagian dari rencana Hesti termasuk mengalihkan aset yang telah mas Adi dan Hesti kumpulkan selama ini."

Mami dan Papi tampak manggut-manggut. "Baiklah. Selama menurut kamu, hal itu merupakan yang terbaik untuk kamu, Mami dan Papi akan selalu mendukung kamu, Hes."

"Terimakasih. Hesti menjadi lebih kuat karena Mami dan Papi," sahutku tersenyum.

***

Pagi ini aku memilih bersantai sambil menikmati secangkir kopi di taman depan. Untung saja hari ini aku sedang libur dinas. Jadi bisa bersantai, sambil menikmati kasus mas Adi dan Lidia yang tengah bergulir.

Mendadak terlihat sebuah mobil berhenti di depan rumah orang tuaku. Dan terlihat Lidia turun dari mobil itu dan meninggalkannya sendirian di depan gerbang rumah.

Lidia segera menerobos pagar rumah dengan muka merah padam dan mendekat ke arahku.

"Sudah puas kamu, Te? Gara-gara kamu, aku tidak dapat mengikuti ujian akhir sekolah dan langsung di DO!" serunya seraya menuding wajahku.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Teguh Supardi Teguh
anak TDK tau diri
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • GANCET DENGAN ANAK ANGKAT    bab 34. Akad (tamat)

    Tamu lelaki itu tersenyum dan berkata, "Saya kurir, Bu. Hendak mengantarkan buket bunga."Hesti memandangi sekeliling ruang tamu nya dengan terheran-heran. Masalahnya tidak ada satupun buket bunga ada terlihat di ruangan itu. "Buket bunga? Dimana?"Kurir itu tersenyum. "Buketnya besar. Ada di dalam mobil kami. Sebentar saya ambil dulu."Lelaki itu tanpa menunggu persetujuan Hesti keluar dari ruang tamunya dan menuju ke halaman, tempat mobilnya terparkir. Lalu beberapa saat kemudian kembali ke ruang tamu dengan seorang temannya."Ini Bu."Lelaki itu menyerahkan sebuah standing buket bunga besar dengan isi mawar merah segar, uang seratus ribu rupiah berlembar-lembar, dan beberapa batang coklat silverqueen. Berbungkus kertas cellophane berwarna hitam dan putih bening. Dan menggunakan penyangga kayu. Mata Hesti membulat melihat buket bunga yang dibawa oleh kedua kurir tersebut. "Siapa yang mengirim ini?" tanya Hesti dengan rasa yang masih tercengang. "Ada dalam kertas pengirim di dala

  • GANCET DENGAN ANAK ANGKAT    bab 33. Pilihan Verico

    Hesti dan Narendra serentak menoleh dan terkejut melihat kedatangan Adi. "Kamu?!""Iya aku. Kenapa? Kalian kaget?" tanya Adi dengan tertatih berjalan mendekat ke arah Hesti dan Narendra."Kamu ngapain ke sini Mas?" tanya Hesti. "Aku kangen dengan Verico. Memang kenapa? Aku kan ayah kandungnya, apa tidak boleh aku menemuinya?" tanya Adi ketus.Hesti dan Narendra saling berpandangan. "Halo Pa? Papa darimana?" tanya Verico mendekat ke arah Adi."Dari rumah saja. Kamu mau ikut Papa ke rumah Papa?" tanya Adi penuh harap. Sementara Hesti terlihat keberatan tapi menahan diri untuk tidak mengucapkan sepatah katapun. Verico menggeleng kan kepalanya dengan cepat. Lalu beralih mendekati Hesti. "Verico di sini saja sama Mama dan Eyang," tukas bocah lelaki itu sambil memeluk lengan Mamanya. Adi terlihat berdecak kesal. Tapi tanpa putus asa, dia terus berusaha merayu Verico untuk ikut dengannya. "Kenapa kamu tidak mau, Nak? Di sana kan ada Eyang juga? Ada Papa juga. Apa selama ini Mama meng

  • GANCET DENGAN ANAK ANGKAT    bab 32. Vonis Penjara

    "Bu Ayu. Bu Ayu ini kan, ibunya Lidia?" tanya Mami Adi seraya menunjuk kan ponsel Adi pada sang suami.Papi Adi mengangguk. "Coba angkat aja telepon nya. Barangkali ada hal penting yang ingin disampaikan oleh ibunya Lidia."Mami Adi menoleh pada Anaknya. "Gimana, Di? Boleh kah Mami terima telepon nya?"Adi terlihat berpikir sejenak. "Oke. Boleh, Mi.""Halo," sapa Mami Adi setelah menekan tombol hijau. "Halo. Adi nya ada? Saya ingin meminta tolong. Ini berkaitan dengan Lidia," sahut suara Ibu Lidia panik. Mami Adi melihat ke arah anaknya. Adi mengangguk. Mami Adi lantas menekan tombol loud speaker lalu mendekatkan nya ke arah Adi yang sedang berbaring. "Halo, Adi. Tolong Lidia. Lidia dua Minggu lagi menghadapi persidangan.""Lalu kenapa?" tanya Adi aduh tak acuh. "Loh, kok tanya kenapa sih? Bantuin dong Nak Adi, kamu kan calon suami Lidia."Adi nyaris tertawa mendengar perkataan ibu Lidia. Tapi rasa nyeri setelah dioperasi dan perasaan kaget pasca mengetahui bahwa dirinya mengalam

  • GANCET DENGAN ANAK ANGKAT    bab 31. Saat Adi Lumpuh

    Dan detik berikutnya, Adipun terguling jatuh dari dua puluh lima anak tangga!!!Hesti dan Narendra tak kalah terkejutnya saat melihat Adi jatuh terguling. "Astaghfirullah, Mas Adi!" seru Hesti berlari mendekat ke tangga."Hes, hati-hati! Kamu memakai high heels!" seru Narendra. Ketiga asisten Narendra yang sedang mengejar Adi juga berlarian turun dari tangga. Adi yang terjatuh terguling sampai di tangga paling bawah mendarat dengan telentang. Ada cairan kental berwarna merah saat Hesti dan yang lainnya sampai di dekat tubuh Adi. "Hesti, darah! Apa kita harus membawa Adi ke rumah sakit sekarang?" tanya Narendra yang berjongkok di samping tubuh temannya. Hesti menghela nafas panjang. Dia sering bertemu dengan pasien yang mengalami luka lebih parah daripada Adi. Tapi saat melihat kondisi mantan suaminya seperti ini, apalagi setelah insiden di aula tadi, mau tidak mau jantung nya berdebar lebih kencang juga. "Jangan, biar aku telepon ambulance saja. Ada perdarahan di otaknya. Aku j

  • GANCET DENGAN ANAK ANGKAT    bab 30. Serangan Balik

    Flash back On :"Ada apa, Nak? Kenapa belum tidur? Sebentar lagi kan ulang tahun show room kamu? Kenapa malah sedih?" tanya Mami Narendra sambil menyentuh bahu anaknya saat melihat Narendra sedang duduk sendiri di kursi taman belakang rumahnya. Narendra menoleh dan tampak Maminya sedang tersenyum. Tapi di matanya tersirat rasa cemas yang tidak bisa disembunyikan.Lelaki itu ikut tersenyum dan menyentuh tangan sang Ibu yang berada di atas bahunya. Lalu menarik sang ibu untuk duduk di sebelah nya. "Rendra ingin tiduran sejenak di pangkuan Ibu," tutur Rendra lirih sambil meletakkan kepalanya di paha ibunya. Ibunya menghela nafas. "Ada masalah apa? Kenapa sampai membuat kamu tidak bisa tidur?" tanya Ibunya sambil mengelus rambut sang anak. "Lah Mami juga, kenapa belum tidur?""Wah, anak ini, ditanya kok nanya balik. Ibu belum tidur karena rindu pada mendiang ayah kamu.""Hm, sama. Hanya aku juga sedang merindukan seseorang yang masih hidup.""Hesti kan?" tebak Mami Rendra. Rendra men

  • GANCET DENGAN ANAK ANGKAT    bab 29. Kericuhan di Showroom

    Adi tertegun melihat Verico yang menghambur ke pelukan Narendra. Ada rasa iri yang menusuk di dalam hatinya. "Verico Sayang, kenapa kamu lebih memilih untuk memeluk Om Narendra?! Kenapa kamu tidak memilih memeluk Papa? Papa juga rindu sama kamu," ujar Adi sambil merentangkan kedua tangannya. Meminta pelukan pada sang anak. "Enggak mau. Papa pernah membuat Mama menangis dan sekarang Papa sudah membuat Om Rendra terluka. Verico nggak mau sama Papa!" seru Verico sambil mengeratkan pelukan pada Rendra.Rendra merasakan bibirnya berkedut nyeri setelah mendapat bogem mentah dari Adi. Tapi lelaki itu menyunggingkan senyumnya. 'Kamu terlalu mudah emosi, Di. Sekarang kamu lihat kan bahkan anak kamu pun menjauhi kamu,' bisik Narendra dalam hati. Adi mengepalkan tangannya. "Verico, ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Om Rendra itu jahat. Dia punya niat tidak baik pada mu dan Mama.""Adi."Terdengar suara Papi Hesti memanggil nama mantan menantunya. Adi menoleh. "Pi, apa Papi juga akan me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status