"Masih ada yah HP beginian kata Shiren? kirain dah masuk museum." Komentar Shiren sedikit menahan tawanya. "Asem kalian nih, yang penting kan fungsinya. Masih bisa dipake buat komunikasi." Jawabku santai. "Hahaha, bro brooo. Loe keren-keren begini masih ada sisi jadulnya juga, kerasukan apa tuh Kak Renata sampai mau sama loe." Kata Novi sedikit mengejekku. "Iya nih, mang kalian pacarannya cuma sms sama telponan aja gitu? Hahahaa." Siska sampai terkekeh ikutan mengejekku. "Ya gak lah, kalau mau bicara kan bisa langsung temuin orangnya. Tinggal buka pintu kamarnya aja." Ucapku spontan, lagian kan kami tinggal serumah, ngapain harus telponan, pikirku. "HAH! Kalian tinggal serumah yah ?" Teriak Lina kaget. "Eh serius loe bro?" kata Novi dan Radit kompak. "Eh.. g.. nggak gitu, maksudku kan bisa bicara langsung kalau disekolah, lagian kan pulangnya bisa bareng juga, jadi ngapain harus telponan segala." huffftt! Bisa ditanya macem-macem nih kalau mereka tahu aku aku tinggal serumah de
Aku mengikuti langkah Roy, tampak ia akan memasuki ruang Kepala Sekolah. Kukira ia akan masuk kedalam nya, ternyata ia masuk kedalam pintu yang ada disebelahnya. Aku sempat was-was juga, khawatir juga kalau Roy merencanakan sesuatu yang tidak terduga, aku harus tetap waspada, kalau-kalau Roy berniat untuk mencelakaiku, dan ketika ia membawaku melewati sebuah lorong kecil memanjang didalam ruangan tersebut.Masuk kedalam aja lantainya dilapisi karpet tebal dan lampu hias dinding disepanjang lorong yang kami lewati. Saat sampai di ujung lorong, Roy membuka sebuah pintu yang terbuat dari kayu jati berwarna hitam kecoklatan. dan saat sampai dalam ruangan, aku kembali terpana dibuatnya. Shit! Kok bisa ada ruangan semewah ini dalam gedung sekolah, apa ini ruang khusus untuk orang tertentu saja yah, terlihat dari interiornya yang serba lux dan elegant, tanyaku dalam hati. Dan rasa heranku terjawab sudah ketika kulihat dua Orang wanita sedang duduk diatas sofa mewah yang ada dalam ruangan ters
"Itu namanya spaghetti" ucapnya pelan, dan masih menyisakan sedikit senyum disudut bibirnya. "Iya kah? Terlihat seperti mie goreng bagiku". "yah terserah kamu lah, hahahaa", katanya sambil tertawa. Loh mang 'mie goreng' kan itu!, njiirr malunya ditertawakan sama Angel begitu. Ting ting Bunyi nada sms dari Hpku, reflek aku mengeluarkan HP bututku di depan Angel. Kulihat ada sebuah notifikasi sms masuk. Belum sempat kubaca, kulirik Angel agak mengernyitkan keningnya, memandangku heran. "Baca dulu aja, siapa tahu penting", kata Angel tersenyum padaku, kali ini senyumnya seolah-olah melihat diriku dengan aneh. "hmnn nanti saja", jawabku "Yakin ? jawab aja, aku gak papa kok", lanjut Angel. "Gak papa, bisa nanti saja" "So..." katanya menggantung. "hmnnn apanya", tanyaku heran. "Sudah jelas sekarang kamu bukan pacarnya Renata Wijaya", kata Angel tiba-tiba. "Kenapa kamu bisa menyimpulkan begitu ?" "Semua terlihat dengan jelas saat ini", katanya singkat. Ahh jawaban yang sangat
Kulihat jam di dinding ruang pustaka. Jam 15.30. Hmnnn masih 30 menit lagi jelang Ren pulang, pikirku. Disinilah aku saat ini, karena kelas 3 pulang lebih lambat 1 jam dari kelas 1 dan 2. Jadi, dari pada boring aku mengisi waktu dengan baca-baca buku diperpus, suatu hal yang jadi kebiasaanku dari dulu sejak sekolah dasar. Entah kenapa, membaca jadi salah satu hobi yang paling menyenangkan bagiku. Jika sudah berhadapan dengan yang namanya buku, aku bisa menghabiskan waktu hinga berjam-jam lamanya. Disampimg itu, aku juga merenungkan kejadian-kejadian yang kualami hari ini. Mulai dari 'pengeroyokan' yang dilakukan oleh Bowie CS. Sampai diundangnya oleh Angel melalui Roy sepupunya ke ruangan yang menurutku teramat sangat aneh. Bagaimana tidak aneh, kenal juga tidak, tiba-tiba saja diundang ke ruangan VIP sekolah ini, dari situ aku jadi tahu jika pemilik sekolah ini punya ruang khusus yang hanya diperuntukan bagi keluarga pemilik sekolah ini, sepertinya. Ketika sedang asik-asiknya memba
"Gila, besar juga nyali loe berani datangin Bowie dan teman-temannya seorang diri". Tanya Ilham seolah masih gak percaya kalau aku langsung mendatangi Bowie dan teman-temannya seorang diri tanpa membawa bantuan sama sekali.Gue hanya tersenyum tanpa menjawab."Hai Ren, loe gak apa-apakan ?" Tanya Ilham pada Ren. Namun karena Ren masih terlihat shock karena kejadian barusan, dia hanya memeluk lengan kananku dengan erat, sesekali masih terdengar isakan dari suaranya."Yaudah bro, gue ma Ilham cabut dulu", kata Radit mengkode Ilham dan kawan-kawannya sambil memberi kami waktu untuk berdua, karena kondisi Ren yang terlihat masih shock dengan kejadian barusan.Aku hanya mengangguk pada Radit dan Ilham."Gue hanya ingatin pada loe Wan!", kata Ilham coba mengingatkanku."Hati-hati sama Bowie, dia tipikal orang yang nekat dan bisa melakukan segala cara untuk dapetin apa yang dia mau. Selama ada gue, loe bisa minta bantuan apapun ke Gue, karena loe sohibnya adik gue, berarti sekarang gue anggap
Ren mengajakku belanja pakaian yang ada dilantai dua. Herannya dia malah mengajakku ke area khusus pakaian pria. "Eh, kok kesini Ren", tanyaku heran. Karena kupikir dia yang akan belanja sebelumnya. "Iya, aku mau beliin pakaian buat cowok spesial yang telah nyelamatin aku hari ini", sambil mengandeng tanganku melihat-lihat pakaian-pakaian pria terbaru. "Eh gak usah, aku kan mau temanin kamu belanja bukannya mau belanja", kataku mencoba menolak. Ren langsung diam, dan cemberut lagi. Hadeehh keluar lagi deh jurus ngambeknya. Kayaknya dia sudah fasih benar 'jurus' ini untuk membuatku tak berdaya dan menurut padanya. "Ya udah, ayuk lah", kataku pelan menuruti keinginannya. "Nah gitu dong!, lagian pakaian kamu itu-itu aja". Jadilah hari itu, kami belanja-belanja, lebih tepatnya Ren yang belanjain sih. Dan bisa ditebak, aku bolak balik kamar pas setiap beberapa menit karena banyaknya Pakaian yang dikumpulin Ren untuk aku coba. "Gak cocok, gak cocok", "nah itu pas", "warnanya terlal
POV RenataHari-hariku semakin penuh warna sejak kedatangan Awan. Entah kenapa berada dekat dengannya membuatku senang. Padahal kalau dekat dengannya malah aku yang lebih banyak bicara, dan Awannya lebih sering diam dan menuruti apa saja kemauanku. Tapi meski begitu, aku tahu kalau dia itu sangat cerdas. Kalau ngobrol panjang lebar dengannya selalu saja nyambung. Walau kadang dia akan diam untuk sesuatu hal yang dia tidak tahu. Dan luar biasanya, tidak lama pasti dia akan mencari tahu hal yang belum diketahuinya tersebut. Sayang selama ini Awan tinggalnya di desa sehingga kurang update dengan perkembangan terkini. Coba kalau dari kecilnya sudah hidup dikota, dimana semua informasi bisa di dapat dengan mudah.Balik lagi pada kejadian siang ini. Jam 15.00 Wib. Seharusnya hari ini adalah jam tambahan untuk pelajaran Matematika. Namun Bu Sofia yang seharusnya masuk mengajar materi tersebut tidak masuk tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. 15 Menit menunggu membuat kami jenuh, sehingga aku da
"Kalau gitu, biar kamu gak sedih dan bisa melupakan kejadian tadi, gimana kalau hari ini aku temani jalan-jalan, terserah deh mau kemana", kata Awan lembut. Eh aku jadi ingat!, kalau aku mau merubah penampilan Awan. Dan itu membuatku jadi sangat bersemangat. Jadilah pada hari itu kami main ke TSM diantar pak Usman supirku. Sebelum belanja, kami mampir ke sebuah salon yang ada dalam Mall. Awan sangat terkejut begitu tahu kalau dia yang akan di salon. Wajahnya itu loh, lucu sekali. Hahaha. Aku sampai tak berhenti tertawa melihat ekspresi Awan yang pasrah di cukur sama mbak-mbak salonnya. Aku sempatkan belanja sebuah HP baru, rencananya sebagai hadiah buat Awan. Kasihan juga, HP awan sudah butut begitu masih saja dipake. "Hmnnn apa Awan akan senang nanti yah", pikirku. Aku sengaja menyimpannya dulu sebagai suprise nantinya. Yah, semoga aja Awan senang dengan hadiah yang kuberikan. Dan pada hari itu juga, aku sengaja membelikan Awan pakaian-pakaian terbaru. Walau awalnya Ia sempat prote