Share

BAB 5

Author: sutan sati
last update Last Updated: 2021-10-13 10:20:36

Kubuka sebuah kotak hadiah, didalamnya ada sebuah harmonica yang sangat cantik. Makasih Nisa, Awan akan menjaga ini.

"Belum tidur nak ?" Aku dikagetkan dengan suara Ibuku yang tiba-tiba aja sudah berdiri disebelah tempat tidurku

"Eh Awan kenapa ?" tanya Ibu ketika melihat mataku agak merah dan masih ada sisa air mata yang tak sempat kuhapus semua

Ketika melihat ditanganku ada surat dan sebuah harmonica, Ibu jadi mengerti kenapa Aku terlihat bersedih.

"Karena ini yah ?" Aku meletakkan surat dan beberapa hadiah dari teman-temanku serta hadiah dari Nisa ke rak lemari

"Awan pasti punya teman-teman yang hebat yah disana ?" tanya ibu lembut.

Aku hanya diam, sambil menatap Ibu manja.

"Bu, boleh gak Awan tidur sama ibu malam ini, Awan rindu." Rajukku.

"hmnn, apaan sih anak Ibu, jadi manja gini ?"

"Yah, kan kita sudah lama gak jumpa, Ibu gak tahu sih betapa Awan rindu sama ibu." Ujarku sambil tiduran dipelukan ibu.

"Ih malu atuh, tar dilihat sama Ren gimana ? diketawain Awan nanti." kata Ibu sambil mengelus kepalaku.

"Biarin lah bu," jawabku cuek.

"Dulu waktu dikampung melihat anak sebaya Awan jalan sama orang tuanya, atau ketika mengambil rapor mereka selalu didampingi oleh orangtuanya. Awan juga ingin begitu! tapi Awan sadar, ibu jauh di rantau. Dan Ibu merantau karena untuk Awan juga kan!" ucapku sambil memejamkan mata, mengingat masa-masa ketika dikampungku.

Ibu terlihat menangis, "maafin Ibu Nak! Ibu yang tak ada disamping Awan."

"eh ma-maaf bu, bukan maksud Awan membuat bersedih." rajukku, Aku paling takut membuat Ibu bersedih.

"Gak nak, Ibu hanya sedih karena tidak ada disaat Awan butuh Ibu. Ibu sayang sama Awan, dan Ibupun sangat bangga padamu Nak! di saat Ibu tidak ada, Awan bisa bertahan dan bahkan selalu mengharumkan nama keluarga kita dengan prestasi-prestasi Awan disekolah, Ayah (Kakek) selalu cerita ke Ibu tentang Awan ke Ibu kok dan Ibu janji, mulai saat ini dan kedepannya Ibu akan selalu menemani Awan."

"itu semua karena Kakek, Bu. Kakek selalu memaksa Awan belajar, memaksa Awan untuk bisa mandiri." Aku jadi teringat ketika Kakek yang selalu memarahiku ketika Aku tidak melakukan perintah Kakek ataupun ketika Aku nakal tidak mengindahkan perintah Kakek dulu.

"Itu kan karena Ibu yang minta sama Kakekmu nak, Ibu minta pada kakek untuk mendidik Awan menjadi kuat, karena akan banyak rintangan kehidupan yang akan Awan hadapi kelak." jawab Ibu sambil tersenyum.

Walau agak sedikit kurang paham dengan maksud perkataan Ibu yang terakhir, Aku anggukan kepala untuk mengaminkan ucapan Ibu.

"Iya Bu, Awan tahu kok. Kakek keras ke Awan, agar Awan kuat dan bisa mandiri, gitukan Bu?" ucapku sambil bangkit dari pangkuan ibu.

"Ren boleh tidur sama Ibu kan ?" tanya Renata yang tiba-tiba sudah ada dalam kamarku, pintu kamarku yang terbuka ketika Ibu masuk tadi. Eh, orangnya langsung nyelonong masuk aja dan duduk disamping kanan Ibu sambil memeluk Ibuku manja.

Ibu yang melihat Ren, cuma bisa tersenyum dan geleng-geleng kepala.

"Gak ahh. tadi Awan yang minta tidur sama Ibu, sekarang Ren juga ikutan, terus Ibu tidur sama siapa dong ?" kata Ibu bercanda.

"Ibu mah gitu, sudah ada Awan sekarang, jadi Ibu gak mau temani Ren tidur lagi yah! Aku kan kangen tidur di boboin sama Ibu." katanya masang wajah cemberut.

"Gini aja deh, kalau begitu Ren tidur dikamar Ibu, Awan tidur disini yah!" ucap Ibu memberi solusi yang sangat tidak menguntungkanku.

loh loh kenapa Ibu malah seperti menuruti keinginan Ren yah ?

"Lah kok gitu bu ? kan Aku yang lebih kangen sama Ibu." Protesku.

"Yah mana bisa toh nak! Ren kan perempuan, yah gak bisa lah Awan tidur bareng, gak muhrim." terang ibu.

"Hahaha rasain, week." tawa Ren senang sambil memeletkan lidahnya.

"Ya udah tidur dulu gih, besok mau sekolah pagi loh." perintah Ibu.

"Yah Buu." jawabku lemas.

"Malam ini tidur ma Guling aja dulu yah, hihihi," kata Ren dengan tawa kemenangannya.

Akupun hanya bisa geleng-geleng sendiri.

Saat aku melihat ke rak lemari, disana masih ada surat dan hadiah dari teman-temanku yang masih belum sempat kusimpan, Eh tadi Ren lihat gak yah surat ini ? untung ketika Ibu datang surat dan hadiah pemberian Nisa sudah ku tarok di atas rak lemari yang agak tinggi. Kalau Ren lihat, bisa-bisa ditertawakan nih, apalagi sampai mewek karena ini, mengingat kebiasaan gadis itu yang suka mencandaiku, bisa-bisa dibully Aku tar, hadeeh.

POV Renata

Hai, namaku Renata. Sekarang Aku kelas 3 di salah satu SLTA Internasioanal di kota Bandung. Kata orang yang mengenalku, mungkin Aku akan dibilang seorang Gadis yang manja dan cengeng. Mungkin juga sih, itu dikarenakan orang-orang yang melihatku sebagai anak satu-satunya dari keluarga Konglomerat Wijaya. Secara fisik, tinggiku 165cm dengan kulit putih. Sedikit cubi sih, tapi kalau kata teman-temanku, justru disitulah yang membuatku terlihat seksi. Mungkin turunan dari mamah kali yah. Cukup segitu dulu perkenalan tentang Aku yah.

Dirumah Aku punya beberapa pembantu, dengan satu kepala pembantu, namanya Ibu Arini, usianya sekitar 45an. Dia sudah mengabdi belasan tahun dikeluargaku, bahkan sejak Aku masih balita. Tapi Aku dan keluarga lebih dekat secara personil dengan Ibu Arini, bagiku sosok nya lebih sebagai seorang Ibu yang tidak pernah Aku dapatkan dari Mamaku, beliau sangat perhatian, selalu jadi pendengar segala curhatku, termasuk kapan Aku pertama kali dapat datang bulanpun, beliau yang pertama tahu. Bukan karena Mamaku cuek atau tidak perhatian kepadaku. Mungkin karena Mamah adalah sosok wanita karir yang sangat tekun, Mamah sama Papah sepaket dua paket, karena kesibukan mereka dengan pekerjaannya, tidak heran jika perusahaan kami jadi seperti sekarang. jadi Aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan Bu Arini Pembantuku. Tapi herannya, Aku malah lebih terasa sangat dekat sekali dengan bu Arini. Kadang kami seperti teman, kenapa Aku memanggilnya Ibu, bukan Bibi atau Mbok seperti Aku memanggil pembantu kami yang lainnya, itu dikarenakan anak Bu Arini yang memanggilnya begitu. Seiring kedekatanku dengan Bu Arini, kekagumanku pada sosoknya yang penyayang, juga membuatku kagum dengan anaknya. Yang membuatku kagum, meski bu Arini jauh-jauh bekerja disini, tapi anaknya selalu berprestasi loh. Sering Aku ikutan mendengar ketika Ibu sedang telponan dengan anaknya, yang bernama 'Saktiawan Sanjaya'. Nama yang bagus dan berkharisma, apa orangnya juga setampan namanya yah ? Ibu pernah melihatkan foto Awan (panggilannya) kepadaku. Dari kekaguman tersebut Aku jadi penasaran ingin berjumpa langsung dengan orangnya, kira-kira bagaimana reaksinya yah bertemu denganku nantinya, jadi gak sabar menunggu saat itu tiba, hayalku membuatku senyum-senyum sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Hendy Hartono
awan....byk cewek yg ngefans. pAke pelet apa ya?
goodnovel comment avatar
Touge GS
ngabisin kuota aja,bolak balik,capek bacanya
goodnovel comment avatar
Amin Mustolih
dari sekian ratus novel yang ku baca baru ini yg menurut saya bagus , mulai dari alur cerita sampai cara penulisan bahasa 2 ...... deh lanjutkan mas/mba saya suka novel anda
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 265

    Awan teringat kejadian dimana dia koma dulu, jadi saat Ia sedang tidak sadarkan diri Angel mengambil kesempatan itu. Apa Ia sengaja menyelinap sendiri dan nekat masuk ke dalam kamarnya ? Tapi, apapun itu, Awan percaya jika Angel bisa melakukan itu. Angel cukup licik untuk trik seperti itu. Awan justru senang, ternyata ciuman pertama Angel masih dengan dirinya bukan cowok lain. Kalau tidak, Ia pasti akan cemburu dibuatnya."Hmn kenapa senyum-senyum?""Berarti sekarang kita sudah impas, karena kali ini Aku yang mencuri ciuman kedua mu. Jadi skornya satu-satu sekarang, xixixi."Baru saja mereka larut dengan kebahagiaan setelah berpisah sekian lama, terdengar himbauan untuk penumpang agar segera menaiki pesawat. Eskpresi Angel langsung berubah sendu."Pergilah." Kata Awan lembut dengan tatapan penuh cinta."Tapi..." Angel terlihat berat untuk melangkah pergi. Ia masih belum puas bersama Awan saat ini, Ia begitu mencintai Awan dan baru bertemu sebentar saja. Tapi harus segera pergi, Ange

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 264

    "Tentu saja, Aku menyayanginya." Jawab Awan dengan yakin."Kalau begitu, kakak harus bergegas menyusulnya sekarang.""Hah, maksudnya?""Karena 3 setengah jam lagi pesawat Kak Angel akan berangkat menuju Inggris dari Bandara Soetta. Kak Angel telah memutuskan untuk melanjutkan studinya disana.""Apa? Kenapa kamu tidak bilang daritadi kalau Angel akan berangkat." Ucap Awan panik. Lalu bergegas pergi, tanpa menunggu penjelasan Raysha lebih lanjut.Dalam pikirannya saat ini adalah Angel, dalam hati Ia berulang kali merutuki kebodohannya selama ini. Ini salahnya juga, kenapa tidak menemui Angel sebelumnya. Dia tahu Angel berkarakter keras, kalau sudah memiliki kemauan, pasti Ia akan mewujudkannya.Selama ini, Awan hanya menyimpulkan sendiri jika Angel hanya sibuk dengan dunia sendiri. Tanpa Ia sadari, jika Angel melakukan semua itu untuk dirinya."Lihat akibat sikap keras kepalamu, membuat kita menjadi jauh seperti ini." Gumam Awan kesal.Semula Awan hendak meminjam mobilnya Devi, karena k

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 263

    "Kamu mau meminta apa?" Tanya Awan melihat keraguan Karin."Apa Kamu sudah bisa move on dari Kak Nata dan menemukan penggantinya?"Pertanyaan Karin semakin membuat Awan binggung, Awal dia ingin meminta sesuatu, lalu malah bertanya. Apa korelasi pertanyaannya dengan permintaan yang akan diajukan Karin padanya.Awan berpikir sesaat, move on dari Renata? Jelas bayangan Renata masih begitu kental dihatinya. Bagaimana Ia akan bisa melupakannya? Kenangan yang ditorehkan Renata dalam hatinya begitu dalam hingga sulit baginya untuk menghapusnya begitu saja. Bahkan setiap Awan pergi ke Kota ini, kesedihan selalu menyelimutinya sepanjang waktu.Lalu, apakah Ia sudah menemukan penggantinya? Siapa, Annisa? Memang Ia mencintainya, tapi Ia belum ingin memikirkannya saat ini. Angel? Walau Ia semakin sering mengiriminya pesan dan telponnya yang tidak pernah diangkatnya, Awan mulai ragu dengan masa depannya bersama Angel karena sikap Angel sebelumnya."Move on, aku sedang berusaha. Untuk pengganti Ren

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 262

    "Yaah, bisa gak sih kalau waktu berhenti sampai disini saja? Aku pengen bareng kalian terus." Ucap Veby sedih."Seandainya pun bisa, mungkin kita semua tidak akan pernah menjadi dewasa. Bukankah itu lama-lama akan membuat kita bosan? Justru dengan adanya waktu yang berjalan, kenangan hari ini dan sebelumnya akan menjadi kenangan terindah dalam diri kita masing-masing. Saat kita menyongsong masa depan dan kita bertemu lagi dengan diri kita yang sudah dewasa, bukankah itu jauh lebih indah?""Benar apa yang diucapkan Awan! Biarkan kenangan indah persahabatan kita, terukir abadi dalam hati. Yang perlu kita lakukan adalah memenuhi janji yang kita buat hari ini, lima tahun lagi kita akan bertemu kembali dengan masing-masing impian kita dan dengan diri kita yang lebih dewasa." Ucap Lina menanggapi."Iya, mari kita berjanji. Lima tahun lagi kita akan berkumpul dengan impian kita masing-masing." Kata Siska."Lima tahun lagi, kita akan berkumpul kembali." Ikrar yang lainnya penuh semangat."Loh

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 261

    "Aw aw.. Sakit Vi.""Hahaha,, Hajar Vi."Teriak Siska senang begitu melihat Novi dan Radit yang mengaduh kena jeweran Devi."Aduh duh sakit, Vi. Lepasin.""Kebiasaan kalian berdua nih yah, mau ikut meluk Awan apa mau ngambil kesempatan?" Ujar Devi galak."Yah, kan sekalian gitu Vi." Balas Radit ngeles."Jewer aja terus Vi, kalau perlu sampai sampai putus telinganya. Emang tuh si Radit." Shiren ikut mengompori."Ciiee yang mentang-mentang udah bubaran jadi sengit gitu." Ledek Lina sambil tertawa."Wkwkwk, Shiren senang banget melihat Radit menderita sekarang."Yang lain malah ikut menertawakan Radit dan Shiren, sampai ketika Sherla mengalihkan topi pada Awan lagi, "Awan, kamu kemana aja selama ini?" Tatapan Sherla masih sama dengan yang dulu. Begitu tahu Renata meninggal saja, Sherla adalah orang yang paling bersedih. Dia sedih dengan meninggalnya Renata dan lebih sedih lagi karena Ia tahu jika Awan adalah yang paling kehilangan Renata saat itu. Ia tahu jika perasaannya tidak mendapat

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 260

    Setelah berlalu beberapa hari, Mikha tampak sudah mulai bersikap seperti biasa. Tidak hanya itu, sekarang Ia bahkan tampak jauh lebih ceria dan bersemangat dari sejak Ia pertama datang. Mungkin karena tingkat hubungannya dengan Awan yang sudah lebih intim, membuatnya lebih bisa terbuka dalam segala hal. Sepanjang periode itu, Angel juga sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Awan. Tapi, Awan sedang enggan untuk menanggapinya saat ini. Bahkan notifikasi pesan masuknya sudah ribuan dan tidak ada satupun yang ditanggapi Awan.Alasan utamanya bukan karena apa yang dilihat Awan ketika di Resto sebelumnya, tapi karena sikap Angel sendiri yang tampak enggan untuk bertemu dengannya selama ini. Sehingga Awan pun mulai meragukan kelanjutan hubungannya dengan Angel.Tepat disaat Ia melihat-lihat hp-nya, sebuah notifikasi muncul. Ternyata itu adalah pesan dari sahabatnya, Sherla. Ternyata Ia memberi kabar tentang acara perpisahan mereka yang akan berlangsung 2 hari ke depan. Cukup lama j

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status