Siska, sekarang bekerja sebagai manajer di salah satu bank swasta internasional. Sebuah lonjakan karir yang luar biasa, mengingat usianya yang masih sangat muda. Veby, gadis chubby yang sekarang menjadi akuntan manajer di sebuah perusahaan multinasional. Pelanggan perusahaan ini bukan sekedar perusahaan lokal semata, tapi sebagian besar berasal dari Eropa dan Amerika. Jelas pendapatan yang dihasilkannya tidaklah sedikit. Lina, berkulit kuning langsat dan dulunya suka bicara ceplas-ceplos. Sekarang tampak jauh lebih kalem, namun auranya terlihat begitu dewasa. Dia kabarnya berhasil mendirikan sebuah butik atas namanya sendiri dan sekarang sudah memiliki banyak cabang yang tersebar di seluruh tanah air. Lalu, ada Sherla. Siswanya yang dulu cukup pendiam namun sangat pintar dalam mata pelajaran matematika, bidang yang diajar oleh dirinya. Sekarang, Sherla telah berhasil menjadi guru di salah satu sekolah menengah swasta berlevel internasional di Jakarta. Seperti yang ditanyakan oleh S
"Ada apa, Dit?"Tanya Novi dan yang lainnya penasaran, karena Radit tiba-tiba berhenti dan terpaku pada satu tempat. Saat mereka melihat apa yang sedang dilihat oleh Radit, mereka sama terkejutnya dengan Radit. Ketika melihat ada seorang wanita sedang duduk di pojok atap seorang diri. Perawakannya yang dewasa, jelas menunjukkan kalau dia bukanlah salah seorang siswi di sekolah sana."Dia siapa?"Wanita yang sedang duduk di pojokan atap sedang larut dengan suasana sekolah dan momen 'spesial'nya yang pernah terjadi tepat di bangku tersebut.Ia sedikit terlambat menyadari, jika telah ada orang lain selain dirinya di sana. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, dia berpikir orang yang datang adalah pria yang sedang ditunggunya. Saat ia berbalik, di sana ia menemukan sekelompok orang sedang menatap dirinya. Sekilas tampak kekecewaan dalam matanya, karena mereka bukanlah orang yang ingin ia temui saat ini.Namun, ia dengan cepat merubah raut wajahnya.'Tentu saja, itu mereka. Siap
"Tapi, kenapa kamu memakain nama panggung Ardella dan bukannya Karin?" Tanya Shiren sedikit bingung."Kan itu masih nama belakangku, Karin Ardella, ingat?""Hmn, iya benar. Lalu, kenapa kamu bisa ada di sini sekarang, Rin? Apa sedang ada konser di kota ini atau memang ada rencana bertemu seseorang di sekolah kita?" Tanya Shiren yang penasaran melihat kehadiran Karin di sekolah mereka, bersamaan dengan acara pertemuan mereka.'Tentu saja, ini bukan sekedar kebetulan.' Pikir Shiren heran.Oh, itu... Aku sengaja mampir karena kangen saja dengan sekolah kita. Kebetulan aku sedang berada di kota ini. Jadi, sekalian saja, 'kan!" Jawab Karin buru-buru berkata."Hmn, kebetulan banget kalau begitu. Kami juga berencana untuk reuni kecil-kecilan hari ini. Ada Awan sama Devi juga. Tapi, sepertinya mereka belum datang." Ujar Sherla polos."Oh, ya? Tapi, aku sudah cukup lama di atas sini dan belum melihat mereka." Seru Karin terkejut dan sekaligus penasaran. Karena orang yang sedang ia nantikan di
Tiga puluh menit berlalu ketika Karin dan yang lainnya berada di atap gedung sekolah. Pada saat itu, Devi dan Awan datang."Devi, Awan!" Sambut Sherla dan yang lainnya dengan berbagai perasaan yang melanda mereka.Suasana seketika berubah menjadi lebih riuh dan bersemangat. Tentu saja, mereka semua sudah menantikan pertemuan hari ini. Bergantian mereka menyambut Devi dan Awan dengan emosional."Devi lebih berisi sekarang, ya?" Puji Lina ketika melihat penampilan Devi. "Kalian juga banyak berubah. Jadi lebih cantik." Balas Devi.Sampai ketika para wanita ini menghampiri Awan, mereka bergantian memeluknya erat. Seakan sudah lama menahan rindu untuk bertemu dengannya, "Awan, kamu jadi lebih tinggi.""Iya, lebih putih juga.""Ya, wajar, sih. Konglomerat, hahaha." Canda mereka, namun tidak mengurangi rasa bahagia dalam hati mereka sudah dapat berkumpul lagi dengan Awan hari ini.Awan menyapa mereka dan berusaha terlihat normal, setelah menghabiskan waktu selama dua hari terakhir untuk me
Saat semua orang sedang asik bercerita tentang pengalaman mereka, ternyata Karin masih penasaran tentang keanehan yang dirasakannya tentang Awan. Tentu saja, ia secara diam-diam memperhatikan Awan dan menemukan Awan lebih banyak diam. Meski mata dan telinganya mendengar apa yang dibicarakan oleh semua orang, namun yang ditangkap oleh Karin, Awan seperti orang asing yang terlihat sedang menyimak apa yang diucapkan oleh teman-temannya.Ini seperti seorang murid yang sedang belajar di dalam kelas. Ia menyimak apa yang disampaikan oleh gurunya, semata karena ia tidak tahu dan berusaha untuk mendengar lebih banyak, agar bisa tahu lebih banyak. Seperti itulah kesan yang ditangkap Karin terhadap Awan saat ini.Untuk membuktikan kecurigaannya, Karin memancing dengan sebuah pertanyaan, "Awan, apa kamu masih ingat dengan Renata? Apa kamu telah bertemu dengannya sebelum ke sini?" Pertanyaan Karin sengaja dibuat bias untuk mengetahui reaksi Awan.Awan sedikit gugup. Dia sama sekali tidak menging
Awan menatap Devi dengan bingung, seakan menuntut jawaban darinya.Devi tidak memiliki pilihan lain. Ia menghela napas dalam dan menghembuskannya dengan berat, "Maaf, kami telah berbohong pada kalian." Akunya tidak berdaya."Maksud kamu apa, Devi?""Sebenarnya... Awan tidak ingat satupun dari kita semua. Dia hilang ingatan. Awan bahkan tidak tahu siapa dirinya saat ini."Jawaban Devi bagai gelegar petir di siang hari. Semua orang tercenung, seakan tidak percaya."Ti-tidak, bagaimana bisa?" Tanya Sherla terkejut, lalu menatap Awan dengan perasaan rumit. 'Pantas saja, Awan terlihat kaku dan yang ia coba lakukan adalah memaksakan dirinya berbaur dengan pembicaraan kami sedari tadi. Itu semua, karena dia tidak mengingat kami.'Suasana seketika berubah menjadi sendu. Semua orang merasa canggung saat ini, mereka kasihan pada Awan, sampai mengalami kejadian menyedihkan seperti ini.Bukankah kehilangan ingatan tentang diri sendiri dan juga orang-orang yang kita sayangi, merupakan hal paling
Devi melirik Radit sejenak, dengan segera ia dapat menangkap maksud Radit dan menganggukan kepalanya."Benar, Awan mengalami kecelakaan dua bulan yang lalu. Kepalanya kena benturan yang cukup kuat dan itu yang menjadi penyebab amnesianya. Aku sengaja mengajaknya ke sini dan bertemu kalian, dengan harapan dapat memulihkan ingatannya kembali."Sherla dan yang lainnya terkejut, kerongkongan mereka merasa tercekat dan sulit untuk berkata-kata. Mereka merasa prihatin dan turut sedih dengan apa yang menimpa Awan. Mereka mengelilingi Awan dengan kompak, seakan enggan melepaskannya. Awan sempat menatap bingung Devi, karena ini tidak ada sama sekali dalam skenario mereka sebelumnya. Devi hanya mengedipkan matanya dan memberi kode pada Awan untuk mengikuti apa yang diucapkannya."Kecelakaan apa yang menimpa Awan?" Tanya Karin masih syok mendengar penjelasan Devi. Sekarang semuanya menjadi masuk akal. Jika begitu keadaannya, apa Awan masih akan mengingat permintaannya dulu? Karin penasaran unt
Saat Awan dan yang lainnya datang ke area pemakaman, cuaca sedikit mendung dan sepi dari aktifitas pengunjung. Mungkin karena hari itu adalah hari sibuk, sehingga tidak ada pelayat yang berkunjung ke sana. Namun, ketika mereka tiba di makamnya Renata. Sudah ada dupa yang dibakar dan masih menyisakan setengahnya, mungkin ada pelayat yang mengunjungi makam tersebut sebelum mereka. Mereka di sana sekitar tiga puluh menit dan semua orang menatap Awan penasaran, berharap ada sesuatu yang bisa membangkitkan memori Awan. Tapi, setelah melihat ekspresi biasa Awan, mereka menjadi kecewa. Karena cara itu sepertinya masih belum berhasil untuk merangsang ingatan Awan."Awan, apa ada yang kamu ingat tentang kak Renata?" Tanya Sherla penasaran.Seperti dugaannya, Awan menghela napas berat dan terlihat kecewa karena masih tidak mengingat apapun tentang sosok Renata yang menurut teman-temannya adalah kekasih yang paling dicintainya ketika di sekolah dulu.Awan menggeleng lemah, "Maaf, aku masih tid