Share

BAB IV

Rambut kusisir rapi, agak miring ke kanan sedikit, menggunakan jacket kulit hitam , dengan jeans panjang berwarna biru kehitam-hitaman. Tidak lupa pula memakai minyak wangi. Lalu, aku mengeluarkan motorku dan kemudian aku pergi menuju taman kampus.

“ Mau kemana Kenshin?” teriak ibu dari dalam rumah. “ Sebentar Bu.” jawabku. Aku pun berangkat. Sengaja aku mempercepat laju motorku, agar cepat sampai di taman kampus terdahulu, tidak sopan kalau membuat wanita menunggu. Di taman keadaannya masih sangat sepi, tidak ada orang disana. Melainkan, hanya tukang sapu jalanan saja. Aku mencari tempat duduk yang pas, agar terhindar dari panas matahari,  Lima menit menunggu, akhirnya Erina datang juga, aku tersenyum melihat dia dari kejauhan yang memakai baju panjang dengan rok hitam panjang. Tapi tunggu, tidak lama Erina datang, aku melihat dua orang yang datang kemari menyusul Erina dari belakang. Di sisi kanan, kulihat gaya berjalannya, seperti Rinski dan dari sisi kiri Erina, kulihat model rambut dan cara memakai kacamatanya, seperti Rey. Setelah sudah cukup dekat. Ternyata benar, itu mereka berdua.

“ Kamu sudah sampai duluan, Kenshin.”  tanya Erina sambil mencari tempat duduk. “ Ya. Hey! kalian berdua ngapain kesini juga? merusuh saja.” tanyaku kepada mereka. “ Erina yang mengajak kami.” Kata Rey dengan wajah tersenyum. “ Maaf Shin, mereka berdua yang memaksaku. Lagipula, kita akan berbagi ilmu.” Kata Erina. “ Iya, santai saja” jawabku.

“ Eh iya Erina, tadi aku lihat dari Internet, ada sebuah blog yang menceritakan tentang keadaan kota Lostcity yang menjadi pusat peradaban pada abad pertengahan, lalu sebuah ledakan membenamkan kota Lostcity dan menimbun mati sejarahnya. Apakah itu benar? Kalau kau tahu sejarah Kerajaan Joseon yang berada di korea dan tidak kita pelajari di sekolah. Kemungkinan, kau yang tampak asli lahir di Eropa pasti tahu tentang peradaban itu?” tanyaku mengintimidasinya. “ Hey Kenshin, pertanyaanmu terlalu menekannya. Apa kau ingin membuat mahasiswi baru, resah dengan kita. Dan, apa kami gak disuruh duduk nih? ” kata Rey yang mencoba menghentikan sikap burukku. “ Sudah, kita duduk aja di sebelah Kenshin. Kyo, bukankah Kenshin selalu tempramental kalau mendapat sesuatu yang baru” jawab Rinsky yang memojokkanku. Merekapun mulai duduk disampingku. Ekspresiku sedikit berubah mendengar kalimat dari mereka, itu seakan-akan pukulan yang mengenai sasarannya dengan tepat. Di satu sisi, aku juga merasa bersalah bertanya seperti itu pada Erina.

“ Tenanglah, itu benar Kenshin. Memang terjadinya di kota ini. Lostcity. Negeri ini, dulunya adalah pusat peradaban kedua setelah Cordoba, Spanyol. Namun, sebuah ledakan terjadi. Ledakan itu, tidak ada yang bisa menjelaskannya.” Jawab Erina. “ Apa mungkin ada ledakan sedahsyat itu pada abad pertengahan? Jika adapun, tidak mungkin ledakannya sekuat bom atom, hingga menghancurkan beberapa wilayah sekitar?” tanyaku lagi.

“ Ya elah, itu pasti bom atom. secara, ledakan apa coba yang lebih dahsyat dari bom atom selain bom nuklir.” Jawab Rey, dengan polosnya. “ Diam kamu, gak usah ikut campur?” bentakku.

“ Itu bohong, kejadiannya tidak seperti itu, dan bukan oleh ledakan bom atom atau bom rakitan. Kalau itu ledakan bom atom, kota ini tidak akan ada sampai sekarang dan pasti meninggalkan bekas. Kejadian itu adalah kesalahan umat manusia sendiri. Dan tentu aku tidak tahu ledakan apa itu persisnya.” Jawab Erina dengan tampang sinis, seolah-olah dia ada sangkut-pautnya dengan kejadian itu. “ Ehhhh. Tapi dari internet.” Jawabku mudah.

Keheningan terjadi. Aku mulai merapat sedikit dengan Erina, sebab, aku ingin tahu bau badannya, selama rasa penasaran ini masih menghantuiku, aku belum bisa lepas dari dirinya, bau badannya belum tercium juga. Sekali tercium, lagi-lagi bau cendana yang dipakainya kemarin.

“ Loh kok diam? ” tanya Rey memecah keheningan. “ Ehh Erina, kamu tau dari mana kalau itu bukan ledakan bom?” tanya Rinski. “ Aku sering membaca buku tentang sejarah.” Jawabnya tanpa ekspresi, “ Bisakah kau beritahu penulisnya?” tanyaku semakin penasaran. “Aku lupa. Mengerti?” jawabnya tegas. Lalu dari kejauhan kulihat, ada seseorang yang datang menghampiri kami, aku tidak tanda dengan orang itu, karena wajahnya tertutup dengan helm hitam miliknya. Kemudian, dia duduk di samping kiri Erina dan melepas helmnya sembari berkata “ Maaf, aku terlambat teman-teman.” ternyata dibalik helm itu adalah Kyo teman kampus kami. Mungkin dia juga di undang kemari oleh Erina, “Ya, gak apa-apa.” sahut Erina.

Waktu tak terasa cepat berputar, sekarang sudah jam sembilan orang-orang pun mulai berdatangan ke taman dan suasana mulai ramai.

“ Hey kalian, aku kesini untuk berbicara dengan Erina. Bukan kalian bertiga.” ucapku bercanda dengan sedikit senyuman. “ Jangan kasar gitu dong Kenshin, aku baru saja datang, dan sekarang sudah kau usir.” Jawab Kyo.

Sekilas aku berfikir kalau wanita ini mampu menyesuaikan ekspresinya dengan cepat dan mudah dalam masalah berteman. Sebab, baru masuk kuliah semalam saja, sudah mendapat beberapa orang teman yang akrab dengannya. Apalagi, kalau sudah setahun, mungkin satu kota ini kenal sama dirinya. Tapi, kulihat sepertinya temannya cowok semua dan sepertinya, dia tidak membatasi lingkarannya.

“ Hey Erina, aku mau bertanya satu hal padamu. Apa maksud ‘Bukan urusanmu?’  saat kau katakan itu diruangan kemarin dan Gresmory itu dimana? Tolong jawab dengan jujur?”  tanyaku serius dengan menatap matanya.

“ Ehm. Maaf soal kemarin itu. Saat itu, aku merasa lagi diambang  kekacauan. Jadi, aku tidak konsen dengan apa yang kau tanyakan dan kau tidak perlu tahu dimana kota Gresmory itu, karena itu tidak penting, lagipula Gresmory sudah tidak terdaftar di peta.” jawabnya lirih. “ Apa maksudmu di ambang kekacauan? Dan itu penting bagiku saat ini.” aku mulai penasaran dengan jawaban darinya.

tanpa kusadari, ucapanku mulai tidak terkontrol dan aku terbawa emosi.

“ Saat itu aku telah menyadari kalau kakak laki-lakiku telah tiada, aku bingung harus mengambil tindakan apa? Dan kota itu, cepat atau lambat kau akan mengetahui dengan sendirinya.” Jawab Erina dengan wajah sedih. “ Ehm, sepertinya pembicaraaan ini mulai intens.” ucap Rey. “ Kayaknya, kita bertiga harus cabut nih.” sambut Rinsky, “ Tidak, kalian tidak usah pergi. Aku membutuhkan bantuan kalian semua. Apakah kalian mau membantuku? Maaf, aku telah membuatmu mengingat kematian abangmu ‘Ucapku pada erina’?” bantahku kepada mereka semua.

“ Kau butuh bantuan kami. Masalah apa yang membuatmu membutuhkan bantuan kami?” tanya Kyo padaku. “ Semalam. Ya, tepat tadi malam. Aku mendapatkan mimpi. mimpi yang berupa pesan tentang sebuah ledakan yang besar, yang membuatku bertanya kepada kalian saat ini. Jadi, aku ingin kalian membantuku untuk mencari referensi tentang sebuah ledakan yang terjadi 500 tahun lalu atau lebih, tepat di kota ini dan apa saja yang terjadi. Bisakan?” Pintaku dengan nada yang memohon. “ Hey, kami datang kemari bukan untuk membantumu dalam hal konyol seperti itu. Tapi karena kau temanku, aku akan mencoba menolong sebisaku meski agak aneh” jawab Rinski.

“ Ya, aku juga. Walaupun, kau teman yang paling menyebalkan sekaligus aneh.” Jawab Kyo, “ Aku masih berhutang nyawa padamu” balas Rey yang berarti dia akan membantuku. “ Terima kasih kawan.  Bagaimanapun juga, jika masalah ini selesai. Pastinya, kalian akan menjadi pahlawan.” Kataku,

“ Maaf Kenshin, sepertinya aku tidak bisa untuk saat ini, aku tidak mengerti hal-hal seperti ini. Sebaiknya, aku tidak ikut campur masalahmu. Aku pulang dulu.”  jawabnya sembari beranjak dari tempat duduknya dan dia pergi meninggalkan kami. “ Maaf” katanya sekali lagi. Aku hanya melihatnya dan tidak bisa berbuat apa-apa, mungkin mengajak wanita untuk membantuku mencari tahu, itu ide yang buruk. Tapi aneh, dia menolaknya dengan kata-kata yang menyembunyikan makna dan dia seperti orang yang memiliki hubungan dengan masalahku, tentu aku menaruh curiga kepadanya.

“ Dia adalah wanita yang baik sehingga dia tidak mau ikut campur dengan masalahku. ” pikirku begitu.

“ Kenshin, kalau begitu kami pulang juga ya. Besok, kami akan membantumu, percayalah pada kami. Kami tidak akan mengecewakanmu.” kata Rey menjanjikan padaku. “ Hey kalian, ayo kita pulang.” ajak Rey kepada mereka berdua. “ Bye” sapa mereka bertiga.

Aku hanya memandangi mereka bertiga dan juga Erina dari belakang, mereka mulai berlajan menjauhiku. Aku sedikit merasa kecewa terhadap Erina. Namun, menurutku itu sedikit wajar, karena kami baru saja kenal.

“ Dia tidak membantuku, Tapi tidak mengapa. Mungkin memang benar apa yang dikatakannya, bahwa ini masalahku. Berarti, aku yang harus menyelesaikannya dengan sendiri. Akh, bodohnya aku, kenapa aku bisa menceritakan mimpiku kepada mereka.” ucapku sendiri dengan kesal.

Aku pun bangkit dari tempat duduk dan mengambil motorku, aku gas motorku dengan sedikit cepat. Di atas motor, aku masih terpikir dengan hal tadi.

“ Kenapa dia menolaknya. Apa alasannya?” dalam benakku. Tanpa sadar aku telah melamun, “ Hey, kau bisa membawa motor, tidak!” bentak seorang pengendara lain yang saat itu hampirku langgar stang motornya. “ Maaf” kataku,

Saat itu aku sedang melamun. Dia hanya menatapku dengan wajah sinisnya saja dan aku tidak menghiraukannya, aku anggap dia hanya angin berlalu.

Ketika dirumah aku tidak bisa berfikir tenang, karena selalu kepikiran tentang seluruh kejadian ini semua, “ Kepalaku bisa pecah kalau begini terus” pikirku. Aku berniat menulis ulang seluruh kronologi tentang hal-hal aneh yang kualami sejak si Erina masuk kampus pertama kali.

Pertama : Kematian seekor rusa tua yang bebeda dengan kematian rusa lainnya.

Kedua : Jejak kaki seorang manusia. Tetapi setelah diteliti, itu bukan dari jejak kaki manusia. melainkan jejak kaki hewan yaitu seekor rusa. Dan ini ada kaitannya dengan kematian rusa itu. Meski sedikitnya berita di mading tidak dapat dipercaya, namun setidaknya, aku telah menyaksikan langsung.

Ketiga : Daerah penduduk tempat rusa tua itu mati menjadi sangat sepi.

Keempat : Berjumpa dengan seseorang berbadan besar menyeruai Bigfoot dengan bulu di seluruh tubuhnya dan membawa seekor rusa tua yang mati.

“ Tunggu?”. “Daerah penduduk itu menjadi sepi. Mungkin, karena seseorang yang berbadan besar. Ya memang sangat logis dan meyakinkan. Ketika dia mengambil dan membawa rusa itu dia sempat membuat kericuhan di daerah, dimana rusa itu ditemukan, sehingga penduduk sekitar takut, lalu menutup semua rumah mereka rapat-rapat. Tapi anehnya tidak ada berita yang mengenai monster itu di televisi. Huwah, sudahlah.” Pikirku.

Kelima : Seekor beruang yang hampir menyerang kami.

“ Ya, meskipun belum bisa dipastikan.”

Keenam : Mimpi tentang sebuah kota yang damai, lalu datang sebuah ledakan besar.

Ketujuh : Sepertinya aku mulai terpikat dengan dirinya.

“ Akhh. Apa yang kutulis ini?.” gumamku dengan nada yang agak kuat, sehingga ibu mendengarnya dari luar. “ Kenapa kau Kenshin?” teriak ibuku. “ Eh, gak apa-apa, Bu” jeritku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status