Share

BAB III

Langit terlihat mulai mendung dan sedikit gelap dengan suasana di sekitar sangat amat sunyi, Bahkan, tak terlihat satu pun penebang pohon lainnya. Setelah kami pikir aman, kami pun berhenti untuk beristirahat sejenak. Kami duduk di sebuah kedai di pinggir jalan.

“ Hey Kenshin. Kita tidak mungkin pulang jalan kaki bukan?”  oceh Juna kepadaku. “ Iya sih, jadi gimana? Kita kembali lagi ke hutan terus kita ambil mobilmu?" jawabku dengan nafas yang belum normal dan terengah-engah.

“ Ya itu maksudku. Tapi...?” bilangnya begitu dan aku langsung memotong ucapannya “ Tapi apa? takut ada monster itu. Gak usah khawatir, ayo kita kembali. Cuaca disini sudah mulai mendung dan disini juga sepi. Kau tidak takut?”  kataku. “ Ya sudah” jawabnya dengan nada gantung.

Langit benar – benar gelap dan keadaan kami berada ditengah-tengah hutan, lebih tepatnya berada di pinggir jalan yang dihimpit di antara hutan lebat. Kami pun berjalan kembali ke tempat semula kami menebang pohon. Ada sekitar 500 meter lagi hingga kami sampai ke tempat kami menebang pohon, namun hujan sudah turun dengan derasnya. Tentu, kami kebasahan. Dari kejauhan aku melihat seperti ada mobil di tempat semula Juna memarkirkan trucknya. Namun, aku belum yakin kalau itu truck milik Juna, sebab truck dia sudah terbalik-balik di hutan sebelumnya, sesaat di tendang oleh Bigfoot sebelumnya. Lagipula disini hujan, sehingga hanya terlihat samar-samar. Setelah kami sangat dekat dengan lokasi semula, benar saja bahwa mobil yang terlihat samar itu adalah truck Juna. Tapi anehnya, truck itu terparkir rapi di pinggir jalan dengan bekas peotan dimana-mana. Mungkin, monster tadi iba melihat kami, makanya dia meletakkan kembali mobil itu di pinggir jalan dengan keadaan lampu mobil hidup. Tapi, mana mungkin monster punya hati. Tanpa basa-basi lagi kami menaiki mobil itu dan kami pun akan pulang tanpa mendapatkan hasil pohon satu pun. Ketika Juna menghidupkan mobilnya, ternyata mesinnya tidak hidup dan terpaksa aku harus mendorongnya terdahulu, Aku mendorong trucknya dengan agak cepat yang kebetulan jalanannya sedikit menurun, hujan sudah turun dengan sangat deras dan aku semakin memperkuat doronganku. Tidak beberapa lama aku mendorong, terdengar suara aungan. Tapi entah dari hewan apa.

“ Suara apa itu shin?” kata Juna yang samar-samar karena hujan. “ Entah, sebaiknya kita cepat.” jawabku begitu. Aku mendorongnya lagi dan akhirnya mesinnya hidup, aku bergegas masuk ke dalam mobil karena mungkin aungan tadi dari sekitar sini. Kulihat dari pantulan spion yang di penuhi tetes air hujan. benar saja, ternyata ada seekor beruang besar yang bergerak cepat ke arah mobil Juna. Sangat jelas terlihat dan mungkin raungan sebelumnya di sebabkan oleh beruang tersebut.

“ Cepat Jun, gawat!” teriakku. Juna menjawab dengan spontan dan menancapkan gasnya yang membuat mobil kami melesat dengan sangat kencang meninggalkan beruang dan hutan tersebut. Cuaca semakin gelap; hujan pun belum berhenti, tapi kami belum sampai juga. Di pertengahan jalan, lampu depan mobilnya mati dan jalan mulai tidak terlihat. “ Pelankan laju mobilmu Jun” kataku. “ Santai aja, gak usah takut aku kan ahli.” jawabnya tanpa merasa takut, tapi menurunkan gas sedikit demi sedikit. Mobil juna melaju masih dalam keadaan cepat hingga dia mulai memperlambat laju mobilnya karena sudah berada di persimpangan St. Gonymph yang penduduknya sangat ramai dan di sini hujan sudah terlihat reda. Setelah melewati simpang St. Gonymph kami memasuki jalan Nymfa dan di jalan itu lah rumahku. Aku sampai dirumahku dengan pakaian basah. “ Aku luan Jun.” kataku sambil turun dari mobilnya. “ Ya” teriaknya dan memutar mobilnya.

Aku pun masuk ke dalam rumah dengan baju basah dan kotor, begitu pula rambutku yang berantakan. Aku mengambil handuk dan menuju ke kamar mandi. Untuk mandi, bukan yang lain. Setelah mandi aku membenahi kamarku yang berantakan. Sebab tadi siang, aku tidak sempat membenahi kamar, setelah selesai membereskan kamar, lalu aku ke dapur untuk mengambil makanan dan membawanya ke ruang tamu, di sana aku melihat adik perempuanku satu-satunya, sedang melihat acara tv, yang menurutku itu hanyalah omong kosong. Adikku bernama Lidya Adam Landers, entah apa maksud ayahku mencantumkan nama lengkapnya di nama Lidya, walaupun itu terlihat aneh, tetap saja Lidya menyukai nama itu.

“ Ibu mana, Lid?” tanyaku. “ Bagaimana aku bisa tahu kalau ibu saja tidak memberitahukan kepadaku. Mungkin, bayar pinjaman ke bank.” jawabnya sedikit sinis, aku hanya mengecapkan bibirku. Lidya belakangan ini memang sedikit berubah sikapnya dan sedikit sentimentil terhadapku tanpa alasan yang jelas.

Setelah makan, aku pun beranjak dan kembali ke kamarku. Badan ini terasa sangat letih dan seperti remuk setelah apa yang terjadi pada hari ini. Masalah datang setelah aku mimpi aneh seperti itu. Tapi, setelah jumpa Erina hidup ini terasa sedikit nyaman. Aku masih penasaran dengan bau badannya. Mungkin, kalau terjawab, aku tidak perlu pusing-pusing memikirkannya.

Oah

aku menguam, “ Letih sekali” ucapku. Perlahan-lahan mataku terpejam dan mulai larut oleh keheningan kamar. Namun keheningan itu pecah dan menjadikanku tersentak saat itu pula dan aku pula menjadi sedkit syok, karena aku telah berada di tempat lain kala itu. “ Apa-apaan ini. Di mana aku?” ucapku yang saat itu tidak sadar dimana lokasiku.

Orang-orang disini, tidak ada yang kukenal. Tapi, mereka terlihat begitu damai dan tenang. Anak kecil bermain-main dan terlihat bahagia,

“ Dimana aku sebenarnya.”

Aku mencoba bertanya tapi mereka tidak ada yang menjawab. “ Siapa mereka atau siapa aku ini?” pikirku, “ Hey Bu, ini di mana?” aku bertanya kepada seorang ibu-ibu yang mengenakan syal bewarna merah belang. “ Masa kamu tidak tanda di kotamu sendiri?” Jawab ibu-ibu itu. Aku kaget mendengarnya.

“ Kotaku sendiri, apa ini Lostcity?” gumamku. “ Bukan kotaku bukan seperti ini. Ini seperti kota di era abad ke-13 atau lebih sedikit, bukan abad ke-20. Apa mungkin ini Lostcity era abad ke-13 atau 14 atau bahkan lebih ” ungkapku bertanya-tanya dalam diri.

Aku melihat-lihat daerah sekitar untuk memastikan nama jalan atau apa pun itu yang kemungkinan aku mengenalinya. Ya, mungkin ini benar-benar Lostcity Lima Ratus Tahun yang lalu atau Lostcity di abad pertengahan. Setelah aku telusuri, aku bertemu seorang bapak-bapak dan dia memberiku sebuah makanan berbentuk seperti kue. Dia berkata makanan ini, makanan khas daerah sini. Tapi, aku tidak pernah tahu, kalau makanan ini, makanan khas kota Lostcity. Aku mencicipinya, ternyata makanan yang berbentuk kue ini sangat enak. “ Hey Pak, Makanan apa ini namanya?” tanyaku pada bapak tua itu.

“ Madora, Nak. Madora nama makanan itu.”  jawabnya. Mendengar jawaban tersebut, aku hanya tersenyum.

Aku pun berjalan lagi untuk melihat-lihat. Tiba-tiba, ada beberapa orang menaiki kuda mendatangi sebuah toko, mereka ada sekitar Lima orang. Tak lama setelahnya, terjadi sebuah bentrokan di sana, sontak suasana yang tadinya bahagia dan damai. Kini, menjadi kacau dan ribut. Suara tembakkan ada di mana-mana, petugas keamanan lokal pun mengambil tindakan. Aku tidak terlalu memperdulikan kejadian itu. Dari keramaian itu pula, aku melihat seorang wanita muda berkulit putih, ia sedang membeli sayuran di pasar dan tidak peduli akan suasana yang terjadi. Jadi, aku mencoba untuk mendekatinya dan bertanya tentang tempat ini. Aku tidak tahu wajahnya, sebab aku melihatnya dari belakang.

“ Ini di mana?”  tanyaku, tangan kananku memegang pundaknya untuk menyadarkan dirinya akan kehadiranku. Dia tak menjawab. “ Hey.” sahutku kembali.

Tapi, tiba-tiba terdengar suara ledakan yang berasal dari sebuah gedung besar.

BLAAAM

Suara itu membuat semua orang ketakutan. Awalnya, kukira ledakan itu hanya terjadi di gedung itu saja. Tapi, ternyata ledakan itu terjadi sampai lebih dari wilayah ini.

“ Iya” jawab wanita tadi sembari membalikan badannya. Tapi sayang, ketika dia membalikkan diri. Tiba-tiba, cahaya seperti kilat menghalangi penglihatanku, mungkin efek dari ledakan itu. Semua yang disana, mungkin rata oleh tanah.

“ Siapa ulah dari semua ini ?” pikirku dalam sebuah ledakan. Tapi anehnya, aku tidak mati.

“ Apa yang terjadi denganku, semua lenyap sedangkan aku tidak.” Aku berbicara dengan diriku sendiri yang sedang berada diruang hampa tanpa kendali dan kesadaran.

“ Kenshin, Kenshin.  Bangun ini sudah jam setengah tujuh loh” ucap seseorang berbayang di kepalaku.

Aku tersentak bangun. Penglihatanku masih dalam keadaan samar-samar. Rupanya, ibuku telah membangunkanku. “ Sial! berarti yang tadi, bahkan,  semuanya cuma mimpi dan wanita itu juga” pikirku kesal.

“ Kok di bangunin sih, Bu” tanyaku kesal. “ Loh, kamu gak kuliah!.” jawab ibuku sambil keluar dari kamarku. Aku duduk dan merenung di atas tempat tidurku hingga tenagaku pulih. Aku menarik nafas dan mencoba berfikir sejenak.

“ Hem, tadi mimpi yang buruk. Tapi, ada indahnya juga. Apa ini akan menjadi sebuah kenyataan? Mimpi yang lalu saja belum kelar dengan seluruh hiruk-pikuknya. Masa datang mimpi baru lagi sih? Apa ada kaitannya dengan mimpi yang kemarin? Sepertinya, tidak mungkin. Dalam mimpiku tadi, kota ini berada sekitar 500-an tahun yang lalu. Jadi, tidak mungkin menjadi sebuah kenyataan” feelingku yang sudah menjadi sedikit was-was.

Aku masih terlihat santai dengan wajah yang belum kubasuh. Aku beranjak dan  membuka komputer milikku. Lalu, aku menghidupkan modem, agar komputerku dapat terhubung jaringan. “ Kota Lostcity 500 tahun lalu.”  begitu kuketikkan di dalam kotak pencaharian di internet explore untuk memuaskan rasa penasaranku.

“ Akh sial, ternyata tidak ada. yang ada malah yang lain”.

Lantas, aku membuka satu persatu, hingga sepuluh kali pencaharian yang terkait oleh tema diatas. Namun, tdak ada sedikit pun referensi tentang Lostcity 500 Tahun lalu. Aku pun menyerah dan aku berfikir kembali. “ Makanan Madora” kuketik sekali lagi di dalam mesin pencaharian. Ternyata ada, terus aku membuka Wikipedianya dan perlahan membacanya.

Madora berasal dari dua kata yaitu, Madore dan madoru. Madore memiliki arti kue dan Madora memiliki arti adonan, makanan ini, tidak diketahui asal dari mana. makanan ini di ambil dari bahasa Gresogn yaitu bahasa yang di pakai orang-orang Gresmory, sejak lebih dari 500 tahun lalu. Sekarang, makanan ini sudah tidak di produksi massal lagi, hanya kaum tertentu saja yang memakannya”.

“ Madora, persis penjelasannya dengan penjelasan yang di berikan pak tua dalam mimpi itu. Tapi, sepertinya aku pernah mendengar kata ‘Gresmory’ sebelumnya. Hem,?” pikirku sembari menggarukkan kepalaku.

Tidak ada sedikitpun referensi yang berguna tertinggal, melainkan, orang-orang Gresmory. Aku melihat jam, ternyata sudah jam tujuh. Aku mematikan komputer dan bergegas mandi. Kemudian aku makan dan menyantap hidangan yang disajikan, setelah ibuku menyuruhku untuk makan. Selepasnya, aku bangkit dan menuju ke bagasi motor. Ketika aku mengeluarkan motorku yaitu Binter. Aku baru sadar kalau ini hari Minggu,

Aku tertawa konyol, “ Astaga, konyolnya diriku.” Pikirku, setelah menyadarinya. Aku memasukkan kembali Binterku, lalu aku kembali ke kamar.

“ Loh, Kenshin. kok gak jadi pergi?” ibuku bertanya. “ Ibu gak ingat apa? Inikan hari Minggu.” ucapku kesal. “ Hah. Iya, ya, Ibu lupa.” jawab ibu sambil tertawa. “ Lidya mana, Bu? udah pergi sekolah juga?” tanyaku. “ Gak, dia ada di kamarnya.” Jawab ibuku.

Aku langsung menuju ke kamarku, aku mengganti bajuku dan menghidupkan komputerku kembali, seperti biasa, aku mengaktifkan modem dan bermain sosial media. Iseng-iseng, aku pun mencari nama akun media sosialnya teman baruku yaitu Erina Mctreat, aku mencoba mengetik namanya dan mencarinya, setelah ketemu dan pasti kalau itu dia, tanpa ragu aku langsung menambahkan dia sebagai teman. Dalam hitungan detik, dia menerima permintaan pertemananku, dia terlihat sedang aktif saat itu. Aku ingin memulai chattingan dengannya, hanya saja aku bingung pesan apa yang ingin aku tanyakan kepadanya. Aku mencoba mengecek kembali daftar pertemananku, ternyata teman-temanku seperti Rinsky, juga sedang aktif. Aku mencoba mengirim pesan pertanyaan kelada Rinsky tentang kejadian 500 tahun lalu.

“ Hey, Ki. Kau tahu tentang insiden 500 tahun yang lalu? Aku membutuhkan referensi darimu?” aku mengirim chat kepada Rinsky. Dia tidak membalasnya. Aku berfikir sejenak dan mencoba berfikir positif tentang Rinsky. Sekarang aku tahu harus memulai dari mana  untuk chat dengan Erina, “ Hi Erina, kamu tahu  tragedi 500 tahun lalu? Aku membutuhkan sedikit referensi tentangnya” tanyaku. Sepertinya dia sedang membalas pesanku, sebab, di kotak pesan terlihat sedang mengetik. Namun, tidak lama kemudian, tulisan itu hilang dan timbul kembali, kelihatannya dia belum tahu mengoperasikan sosial media tersebut. Tidak lama kemudian, setelah menutup kotak pesan.

Terdengar bunyi “ PING!” tanda kalau pesanku telah dibalas. Tepat sekali, yang balas adalah Erina. Aku membuka kotak pesan darinya.

“ Tentu saja aku tahu. Pada tahun 1392, Dinasti Goryeo digantikan oleh Dinasti Joseon, yang akan menguasai Semenanjung Korea selama kurang lebih 500 tahun. Pada dekade yang sama, pemerintahan Dinasti Yuan di Tiongkok digulingkan oleh rakyat dan digantikan dengan pemerintahan Dinasti Ming (1368–1644) oleh orang Han. Di Eropa tersendiri sedang mengalami Zaman Kegelapan sekitaran abad pertengahan atau yang lebih jelas disebut periode kekuasaan agama, dimana seluruh hukum akan kembali ke gereja. Namun pengecualian untuk Andalusia yang saat itu, dalam masa kejayaan. Begitulah setahuku yang tertulis dibuku. Namun faktanya, tidak seluruh Eropa berada pada zaman itu. Wabah Black Death yang menebarkan rumor menakutkan, itu hanyalah sesuatu kesalahan yang banyak memakan korban di era Dark Ages. Bahkan di Eropa Utara, penduduknya tidak sesuram Eropa Barat.” pesan Erina.

Erina menjelaskan sesuatu yang tidak masuk diakal dan sangat jauh dari apa yang aku harapkan, memang benar bahwa pada abad pertengahan, banyak sekali insiden-insiden yang muncul. Tapi, aku tidak pernah tahu bahwa Eropa Utara dalam keadaan baik-baik saja.

“ Terima kasih. Sebenarnya, aku hanya bertanya tentang insiden yang bersangkut paut dengan ledakan.” kirimku pesan balasan kepada Erina. Dia membalas dengan cepat. “ Emangnya, ada apa bertanya seperti itu? Setahuku, ledakan bom yang dahsyat baru muncul pada abad ke-19 keatas. Ya sama-sama” pesannya.

“ Ehh iya, kalau aku boleh tahu,. Dimana letak kota Gresmory itu? Maaf sebelumnya, tapi kau pernah menyebutnya saat perkenalan ?” tanyaku dalam bentuk pesan, karena penasaran. Awalnya kukira dia akan membalas, ternyata dia tidak membalasnya. lalu aku bertanya kepadanya tentang siapa saja yang dia hubungi. “ Sama kamu, Rinsky, Kyo, Rey dan lainnya” balasnya polos. Aku telah menduga hal itu sebelumnya.

“ Sialan Rinsky, mereka telah mendahuluiku” ucapku kesal dalam hati.

“ Men, dalam mengejar wanita itu harus adil dan jujur tanpa perlu keributan.” begitu pesan Rinsky kepadaku, yang seketika ucapannya terngiang dikepalaku.

“ Ehh erina, kamu ada waktu ? Kalau ada. Aku mau jumpaan sama kamu, itu pun kalau boleh? Sebab kamu terlihat berilmu dan aku ingin mengetahui beberapa tragedi abad pertengahan dan tentang ledakan juga.” Pesanku. “ Boleh, dimana?” balasnya dengan cepat. “ Terserah kamu?” Kukirim pesanku.

Mungkin ini adalah kesempatanku, supaya aku tau, siapa dia sebenarnya. Aku membuka tab baru di internet exploreku, sebelum dia membalasnya. Aku mengetikkan tentang ledakan abad ke-15. Setelah aku mencermati layar komputerku, aku masih belum mendapatkan sedikitpun referensi tentang sebuah ledakan itu, aku mencarinya lagi dan pada akhirnya, aku menemukan sebuah blog yang menceritakan beberapa tragedi abad pertengahan. Blog itu ditulis oleh seseorang yang disamarkan, gaya tulisannya sangat mirip dengan tulisan berita di mading yang aku lihat tadi pagi.

“ PING!” bunyi suara pesan.

“ Di taman kampus aja.” Aku membaca pesan Erina. “ Ok” kirimku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status