Haifa mengeliat saat merasakan ada hembusan dingin di tubuh indahnya. Sedikit kaget dan malu, Haifa segera menutupi bagian tubuhnya yang sebagian terbuka.Wajah cantiknya seketika merona saat menyadari untuk pertama kali dalam hidupnya dia mendapati tidur dengan hanya berbalut selimut.Tuhan, aku malu...Tangan Haifa dengan cepat berusaha menjangkau lingerie yang berserak. Mencari sosok pria yang semalam memberinya cinta dan rindu yang tiada berbatas.Sedikit terkantuk Haifa menyibak rambut legamnya yang menjuarai indah menutup sebagian kening dan matanya. Dia mencari Yudha suaminya."Mas?"Mata indah Haifa terpaku pada Punggung yang tengah bersimpuh di atas sajadah dan pelan tengah membaca ayat demi ayat dengan khusu.Ya Allah,itu kah suami hamba?laki-laki yang sekian puluh purnama hilang dan pergi dalam hidupku?
Udara terasa lebih panas dari biasanya. Dengan mata basah dan sudut bibir terasa perih, Sekar bangkit. Menegakkan kepalanya.Aku tidak akan pernah jadi pecundang. Tidak akan. Seumur hidup aku adaldh pemenang. Cantik, kaya, terkanal, muda dan seksi, apalagi yang aku tidak punya untuk meruntuhkan kaum pria?Aku punya segalanya, pun orang tua kaya dan terpandang. Aku biasa berpetualang dengan banyak laki-laki, kalau aku bersikeras mendapatkan seorang Yudha, bukan karena aku mencintainya dengan tulus, tapi juga menyangkut harga diriku. Bagaimana aku bisa kalah bersaing dengan perempuan kampungan istri sah Yudha? Memuakkan. Desis hati Sekar penuh bara."Mengapa tidak pergi, Sekar?""Aku tidak akan pergi." Sekar menantang."Ada harga diriku di dalam mencintaimu. Aku tahu, ka
29Sekar berlari ke luar ruangan, dengan dada yang panas karena amukan amarah dan perasaan terhina yang menjadi satu. Gadis seksi itu bergegas melangkahkan kaki menuju ke luar gedung dengan kepala yang terasa berdenyut.Gegara kehadiran perempyan dengan wajah polos tapi brengsek itu semua rencananya gagal total. Ancur.Di luar ruangan Sekar bertemu dengan sekertaris Yudha yang wajahnya selalu tidak bersahabat jika dia datang. Dibalik kaca mata yang dikenakannya Sekar tahu dia selalu menyelidiki apa saja yang diperbuatnya di dalam ruangan. Dasar sekertaris sialan.Sekar mengusap lehernya yang terasa sedikit berdenyut dan perih, gara-gara gadis bergajul itu ikut-ikutan menekan pisaunya tadi. Huh, Surti tidak akan kumaafkan kelakuanmu padaku. Tujuh turunan kucatat kesalahanmu hari ini. Dengus Sekar penuh amarah.
30Kalau ada mahluk yang paling menyebalkan di bumi ini bagi Sekar dan Duo Bengek, Meri dan Shila, Surtilah orangnya.Gadis dengan paras polos itu ternyata penuh racun dan sangat menjengkelkan.Bayangkan, bagaimana bisa dia bikin konten dengan latar belakang mereka yang sedang saling cakar. Padahal isi konten itu adalah tip membeli dan memburu baju murah di Mall, gak mutu banget."Heh, Surti, kapan Lo pergi dari hidup gue-gue padaan?" Meri melotot."Iyups. Dia kek bakteri kemana kita pergi, ngikut terus.""Virus.""Wabah penyakit, wush...jauh dari hidup gue.""Kek benalu, nempel terus.""Setuju.Dasar Sekar dan duo
31Yudha menghela napas lega menatap langit hitam yang mulai kemerahan di ufuk timur, sepertinya malam akan segera beranjak berganti pagi yang indah. Menghirup teh hangat yang diulurkan perempuan paling dicintainya yang masih mengenakan balutan daster motif yang cerah, kontras dengan kulitnya yang kuning langsat." Terimakasih, Fa." Yudha tersenyum ke arah istrinya. Mengucapkan ucapan terimakasih entah yang keberapa ratus kali semenjak Haifa kembali dalam hidupnya.Bagi Yudha, mengucapkan kata terimakasih bukan hanya sekedar basa-basi pemecah sunyi diantara mereka belaka, melainkan murni ungkapan rasa syukur dan cinta buat perempuan yang telah rela menunggu dan kembali dalam hidupnya.Ungkapan apapun rasanya tak bisa menggambarkan ketulusan cinta Haifa, yang dengan iklas bertahun dan berpuluh purnama menunggu dirinya untuk men
32Seandainya takdir tidak mengembalikanmu padaku, mungkin aku hanyalah sosok lemah, yang memandang cinta dalam balutan air mata, Yudha berbisik dalam hati.Yudha menatap ke arah dua perempuan yang paling dicintainya dengan dada yang dipenuhi rasa syukur. Ibu dan Haifa. Perempuan terindah yang pernah dia miliki.Sinar lampu kristal yang jatuh di wajah Ibu dan Haifa, mempertegas kecantikan keduanya. Perempuan beda generasi yang terpaut umur, tapi disatukan dalam kehangatan cinta dan ketulusan.Demi Haifa Ibu berjuang untuk sembuh, dan demi Ibu Haifa rela melewati dua tahun menyakitkan dalam pernikahannya. Selalu tak ada sia-sia dalam cinta dan ketulusan, Yudha meyakini itu, saat dua perempuan paling disayanginya dengan akrab dan hangat saling berbagi cerita.Tiba-tiba Haifa bangkit."Aku bikinkan ibu wedang jahe dan cemilan, sudah lama aku t
33"Mas lihat," pekik Haifa dengan wajah dipenuhi binar kebahagiaan luar biasa."Garis dua?" MataYudha mengerjap ke arah test pack yang dipegang Haifa."Berarti?" Yudha menatapwajah Haifa."Aku...aku hamil,Mas." Suara Haifa bergetar."Masyaa Allah, kamu hamil Sayang?" Yudha menatap tak percaya."Insyaa Allah, Mas. Kita akan menjadi orang tua sebentar lagi."Terlihat wajah Yudha bersemu merah, tak bisa menyembunyikan rona bahagia di wajah tampannya. Sudut matanya sedikit basah saat tatapan nyajatuh di wajah Haifa."Makasih sayang, sudah membuatku menjadi pria sejati""Terimakasih juga sudah menjadikanku wanita sempurna." Haifa tersenyum, membiarkan tangan Yudha membelai lembut perutnya yang masih rata.
"woy turun, Boni. Mau Mbak mu sambit pakai batu?" Suara Surti terdengar membahana menyuruh bocah usia sembilan tahun itu turun dari pohon jambu. Lapat suara adzan dhuhur makin terdengar samar suaranya."Lo, mau sekolah kagak, Brew?"Kembali melotot dengan wajah emosi."Lo kagak dengar adzan sudah lewat? " Kali ini mendongak dengan membawa batu buat nimpukin bocah laki yang asyik makan jambu dan pura-pura tidak mendengar."Bon, jawab gue. Elo budek ya?""Bon, bon-bon, elo tuli ya?"Surti makin emosi. Adik laki-lakinya jangankan jawab nengok pun kagak." Heh, Bon cabe, elo sudah empat hari kagak masuk sekolah. Gue gak mau Bapak pulang kena omel lagi, sorenya kena omel Emak pula. Pecah kepala gue."Surti m