Share

BAB 4 AKIBAT PERCERAIAN

Elice mengantar Nabila sampai di depan rumah orang tuanya dan bantu menurunkan stroller bayi Nabila sementara anak laki-lakinya terus minta gendong tidak mau turun.

"Bagaimana koindisi ibumu?" tanya Elice.

"Sudah lebih baik tapi masih harus rutin menjalani terapi."

"Sampaikan salamku ke padanya, aku tidak sempat mampir karena harus buru-buru, mungkin lain kali nanti aku akan main ke rumah kalian.

"Ya, terimakasih."

Tadi pagi sebenarnya Elice yang menjemput Nabila setelah kemarin mereka tidak sengaja kembali bertukar komentar di media sosial dan Elice baru tahu jika Nabila telah bercerai dari suaminya.

Elice menjemput Nabila dan mereka membuat janji bertemu dengan Moy. Ide yang awalnya hanya untuk sekedar kembali berkumpul setelah sekian tahun sudah tidak pernah lagi nongkrong bareng.

"Da-da ... ganteng ... " Elice sudah duduk kembali di dalam mobil dan hendak mulai menjalankan mobilnya ketika melambai pada putra Nabila.

"Ayo da-da sama tante Elice," Nabila berbisik sambil mengecup pipi montok putranya yang mengemaskan.

Walaupun sudah sangat sukses tapi Elice tetap baik hati seperti dulu. Sejak dulu Elice memang berasal dari keluarga kaya tidak pernah pelit ataupun sombong meskipun hidup serba berada. Elice juga suka berteman dengan Nabila karena anaknya cantik tapi tidak macam-macam, tidak centil dan paling pemaaf. Karena itu kemarin Elice sempat kaget jika wanita sebaik Nabila bisa dikhianati suaminya, padahal mereka sudah memiliki anak laki-laki yang juga sangat mengemaskan dan tampan. Kehadiran seorang anak adalah hal yang pernah sangat Elice harapkan dalam pernikahannya.

Usia Nabila baru dua puluh delapan tahun dan sudah menjadi janda. Sebenarnya kemarin Riko tidak mau menceraikan Nabila tapi Nabila bersikeras untuk tetap bercerai. Nabila tidak sanggup jika harus menerima suami yang sudah mengkhianatinya seperti itu.

Riko yang marah akhirnya segera menikahi Novie begitu resmi bercerai dan sekarang mereka tinggal berdua di rumah yang dulu Riko tempati bersama Nabila. Rumah yang untuk melihat halamannya saja sekarang Nabila rasanya sudah tidak sanggup. Rumah yang dulu dia tempati bersama suaminya dan mengisi banyak angan tentang masa sedap mereka kali ini malah ditempati mantan suaminya dengan perempuan lain.

Nabila sengaja tidak menuntut harta gono-gini asal Riko mau segera menceraikannya dan tetap bertanggungjawab pada putra mereka yang baru berumur satu tahun.

Begitu mulai mengajukan perceraian Nabila pilih pulang ke rumah orang tuanya. Kedua kaka laki-laki Nabila juga tidak terima adiknya diselingkuhi seperti itu. Lebih baik Nabila bercerai mumpung dia masih muda agar bisa segera kembali menata hidup baru.

"Eh cucu kakek sudah pulang," sambut papa Nabila begitu melihat Nabila masuk ke dalam rumah bersama putranya.

Anak laki-laki itu segera minta turun dari gendongan nabila untuk berlari limbung ke arah kakeknya.

"Jangan minta gendong kekek!"

"Tidak apa-apa Kakek masih kuat!"

Papa Nabila seorang pensiunan dosen di sebuah universitas negeri, sekarang usinya sudah kepala enam dan ibu Nabila sekarang sedang struk.

"Apa ibu sudah makan?" tanya Nabila karena biasanya dia yang mengurus dan menyuapi ibunya.

"Sudah, tadi barusan abangmu datang membawakan bubur kesukaan ibu, masih ada sisanya di meja jika anakmu mau makan."

"Tadi Bagas sudah makan sup dan puding."

"Apa itu tadi Elice temanmu dulu?"

"Iya, Pa."

Papa Nabila mengangguk-angguk.

"Tadi Nabila juga ketemu Moy."

"Si Moy yang dulu paling rame itu?"

"Ya, dia kirim salam sama Papa dan Mama."

"Berapa anaknya sekarang?" Orang tua memang paling sering bertanya seperti itu, Nabila jadi cuma bisa menghela napas.

"Moy dan Elice sama-sama belum memiliki momongan dan mereka juga sedang jadi janda."

"Ya, Tuhan ... " papa Nabila langsung menyapu mukanya degan telapak tangan sembari berdoa untuk ketiga anak perempuan yang dulu juga sudah seperti anak-anaknya sangking seringnya mereka bertiga main bersama.

"Tidak ada yang mau jadi janda ketika menikah tapi kadang kami juga tidak memiliki pilihan." Nabila jadi kembali mengenang nasibnya sediri.

"Ya, sudah istirahatlah biar anakmu main sama Papa dulu."

Sebenarnya papa Nabila juga sedih jika melihat nasib satu-satunya anak perempuannya itu. Nabila adalah tiga bersaudara dengan dua kakak laki-laki. Nabila anak yang baik sejak kecil tidak pernah neko-neko tapi dia bernasib harus menjadi janda di usia yang masih sangat muda.

Begitu masuk ke dalam kamar Nabila kembali memeriksa SMS banking di ponselnya dan masih nihil. Sudah dua buan Riko tidak memberi jatah susu untuk putranya. Sebenarnya Nabila juga tidak mau jika sampai harus meninta karena itu seharusnya memang tanggung jawab Riko tanpa harus diigatkan. Jika pun Nabila punya uang sendiri dia juga tidak mau sampai mita pada Riko untuk kebutuhan putranya.

Masalahnya, sekarang putra Nabila baru berumur satu tahun dan Nabila belum bisa meninggalkannya untuk bekerja. Sementara ini Nabila cuma bisa bantu mengurus ibunya yang sedang struk dan kedua kakak laki-laki Nabila yang gantian bantu-bantu membelikan semua keperluan putra Nabila. Tapi lama-lama Nabila tidak enak juga meski menurut kakaknya tidak apa-apa karena Nabila juga sudah bantu mengurus ibu mereka sementara kedua kakak Nabila sibuk bekerja.

Diam-diam akhirnya Nabila nekat menelpon Riko dan yang mengangkat teleponnya ternyata malah Novie.

"Ya, kenapa nyari Mas Rico? apa mau minta jatah bulanan lagi?" belum apa-apa Novie sudah melontarkan kalimat pedas di telinga Nabila.

Nabila coba menahan diri karena sebenarnya dia juga tidak ingin meminta hak putranya sampai seperti mengemis seandainya saja dia masih punya pilihan lain.

"Kalau sudah cerai itu sudah gak etis minta-mita jatah bulanan dari mantan suami. Kau kan sudah tidak mau degan orangnya kenapa masih mau dengan uangnya!"

"Aku hanya minta hak putraku karena itu masih tangung jawab Mas Riko."

"Sekarang Mas Riko sudah punya tanggungjawab untuk istri dan keluarganya sendiri yang harus lebih diutamakan."

Walaupun Novie sempat kehilangan muka ketika Nabila memergoki perselingkuhan mereka, tapi sekarang Novie sudah kembali lagi pada sifat aslinya yang tidak tahu malu dan cenderung ingin membalas sakit hatinya pada Nabila. Apa lagi sekarang Riko sudah menikahi Novie secara resmi.

"Berulang kali kukatakan, Aku hanya minta hak untuk Bagas!"

"Alah paling kamu juga ikut makan jatahnya, nyatanya kamu gak kerja kan?"

"Silahkan bicara sesukamu tapi hak putraku tetap harus diberikan!" tegas Nabila. "Katakan saja sama Mas Riko kalau aku menelpon!"

Dari pada dibuat emosi dengan ucapan Novie, lebih baik Nabila menutup teleponnya lebih dulu. Nabila sengaja tidak mengirim pesan karena tahu Novie pasti akan langsung menghapusnya. Nabila pikir, nanti saja dia menelpon lagi saat jam kantor untuk memastikan Riko tidak sedang berada di sekitar Novie.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status