Share

BAB 5 MASA SULIT

Penulis: Jemyadam
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-26 12:11:14

Hari Senin siang Nabila kembali nekat menelpon Riko yang seharusnya sedang berada di kantor.

"Selamat siang Mas." Nabila juga membuka dengan salam untuk tetap menghormati mantan suaminya seperti dulu, karena Riko tetap ayah dari putranya.

"Ya kenapa?" nada sura Riko justru terdengar agak ketus hingga rasanya Nabila igin kembali menelan kata-katanya ke tengorokan.

Rico memang jadi ketus seperti itu sejak Nabila bersikeras minta bercerai dan tidak mau mendengarkan perkataanya..

"Sudah dua bulan Mas Riko tidak memberikan jatah bulanan untuk Bagas."

"Apa sudah habis lagi?"

"Sudah dua bulan Mas Riko tidak mengirim apa-apa." Nabila kembali mengingatkan.

"Dengar Nabila, sekarang Novie juga sedang hamil kami juga memiliki banyak kebutuhan sendiri jadi jangan terlalau bergantung terus padaku!"

"Ini untuk Bagas, Mas. Bukan untuk kebutuhanku!" tegas Nabila mulai ikut tersulut Emosi degan perkatan suaminya yang juga sudah mulai mirip dengan Novie.

Sepertinya dua orang yang tidur bersama lama-lama akan jadi semakin mirip, pikir Nabila dalam hati karena sekarang dia juga jadi seperti sudah tidak mengenal Riko sama sekali, sifatnya sudah banyak berubah. Nabila yakin Novie sudah banyak mempengaruhi suaminya hingga jadi sangat ketus seolah tidak punya hati.

"Ya sudah Mas, jika Mas Riko khawatir aku akan ikut makan uang jatah untuk Bagas, Mas Riko kirim saja susu dan keperluannya yang lain ke rumah."

"Kau tetap harus mandiri Nabila, jangan terus bergantung padaku untuk semua kebutuhan Bagas. Aku dan Novie juga akan memiliki anak yang kelak juga akan memiliki banyak kebutuhan."

Sungguh Nabila paling tidak terima ketika Riko tega bicara seperti itu, sampai tanpa terasa air mata Nabila mulai merembas.

"Tidak ada mantan anak Mas! ingat itu! Bagas tetap memiliki hak yang sama dengan anak-anak mas bersama Novie!"

Seharusnya tanpa harus Nabila bicara seperti ini Riko sudah paham, atau lebih manusiawinya lebih peka karena Bagas adalah darah dagingnya dan seharusnya tidak ada yang mampu memutus kasih seorang ayah pada putranya meski orang tuanya telah bercerai.

"Bukankah perceraian ini maumu! Kau yang mau berpisah, jadi jangan menyesal dan ingin terus bergantung padaku!"

Nabila sangat sedih luar biasa karena baru sadar jika keputusannya utuk minta bercerai juga ikut membuat putranya kehilangan hak dan cinta dari ayahnya. Memang bukan salah Nabila, tapi nyatanya tidak semua pria bisa bertanggung jawab dengan bijak.

"Ya'sudah Mas, aku tidak mau mengganggu pekerjaan Mas Riko." Nabila segera mengucapkan salam dan menutup teleponnya lebih dulu karena tidak sanggup dan napasnya mulai sesak.

Seandainya saja Bagas sudah bisa Nabila tinggalkan bekerja atau ada orang yang bisa dia percaya untuk menitipkanya dengan biaya murah pasti Nabila sudah bekerja sejak kemarin-kemarin. Walaupun mencari pekerjaan juga sedang tidak mudah tapi Nabila sudah pernah memiliki pengalaman bekerja selama dua tahun. Mungkin dia masih bisa mendapatkan pekerjaan, meski gajinya tidak besar. Yang penting cukup untuk dia sendiri dan putranya hidup berdua tanpa perlu-meminta-mita jatah susu lagi untuk Bagas.

Ketika memutuskan untuk bercerai Nabila memang tidak menyangka jika kondisinya akan jadi sesulit ini. Nabila sama sekali tidak menyesal, tapi realitanya sedang banyak yang harus dia hadapi. Tadinya Nabila pikir Riko masih mau menanggung kebutuhan putranya sementara Bagas masih balita. Nabila tidak tahu jika meminta hak bisa jadi seperti mengemis belas kasihan. Padahal gaji matan suaminya cukup besar, Riko bekerja di perusahan asing dan memiliki jabatan. Tidak akan terasa bagi Riko jika hanya memberikan jatah putra mereka sama seperti keputusan dalam sidang perceraian dan hak asuh anak. Yang lebih meyakitkan lagi buat Nabila adalah perhatian dan kasih sayang riko yang telah ikut hilang untuk Bagas.

Malam harinya Nabila semakin sedih luar biasa ketika menatap wajah polos putranya yang sedang tertidur lelap. Nabila merasa sangat berdosa pada anak laki-lakinya karena keegoisannya untuk nekat bercerai telah membuat anak itu kehilangan hak untuk dicintai ayahnya. Berulang kali memang bukan salah Nabila, tapi seandainya Nabila lebih kuat untuk bertahan dalam pernikahan demi anak, mungkin Bagas tidak akan ikut terlantar.

"Maafkan Bunda, Nak."

Nabila membelai kepala putranya dengan air mata yang juga bercucuran. Meskipun dia sudah bertekad sanggup menghadapi apapun ternyata sebagai seorang ibu Nabila tetap tidak sanggup membayangkan putranya harus tumbuh tanpan kasih sayang seorang ayah.

Walaupun nanti Nabila telah bekerja dan sanggup memenuhi segala kebutuhan putranya tapi Nabila tetap tidak akan bisa mengantikan peran seorang ayah.

*****

Keesokan harinya Nabila diam-diam pergi menemui kakak tertuanya tanpa sepengetahuan papanya, karena Nabila tidak mau papanya ikut semakin sedih memikirkan nasib Nabila. Nabila bahkan tidak pernah bercerita jika sudah dua bulan Riko tidak memberikan jatah untuk Bagas. Nabila beruntung masih memiliki dua orang kakak laki-laki, meski tidak bisa juga untuk tergantung terus pada mereka tapi paling tidak Nabila punya tempat untuk minta nasehat.

Nabila menceritakan semua masalahnya pada Bang Togar sebagai kakak yang paling tua.

"Sudah kukatakan, biar aku yang mengurus putramu jangan pernah lagi menghubungi laki-laki brengsek itu!" mau tidak mau Bang Togar juga ikut emosi mendengar cerita Nabila. "Aku masih sanggup memberi kalian berdua makan!"

"Nabila ingin bekerja Bang, tapi Nabila tidak tahu bagaimana dengan Bagas. Siapa yang akan menjaganya."

"Cukup jaga saja putramu dan temani papa serta mama di rumah, aku yang akan menanggung semua kebutuhan kalian."

Nabila menggeleng. "Aku tetap harus punya pekerjaan Bang."

"Ya, bekerjalah nanti jika anakmu sudah cukup besar untuk bisa kau tinggalkan."

Nasehat Bang Togar memang benar, tapi nyatanya Nabila tetap tidak bisa bergantung terus pada abang-abangnya. Untuk satu atau dua bulan mungkin tidak apa-apa, tapi jika terus-menerus sepertinya tetap tidak mungkin. Kedua kakak laki-laki Nabila hanya pegawai negeri dan mereka juga memiliki keluarga yang harus dicukupi kebutuhannya. Meski mereka ikhlas tapi bagaimana dengan istrinya, Nabila tidak mau menimbulkan masalah dengan kakak iparnya.

Walaupun setelah bercerai Nabila kembali menjadi tanggung jawab ayah serta saudara laki-lakinya tapi Bagas tetap tanggung jawab Riko. Nabila tidak akan bisa menyalahkan kakak iparnya jika di kemudian hari akan merasa tidak ikhlas. Apalagi secara finansial Riko juga jauh lebih mapan dari mereka semua, Riko sangat sanggup jika hanya memberikan hak untuk Bagas. Tapi Riko pilih tidak memberikannya entah untuk membalas sakit hati atas keputusan Nabila atau karena dia memang sudah sangat dipengaruhi oleh istri barunya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Kikiw
broken home.. sedih
goodnovel comment avatar
Barra
selalu pihak perempuan yg menderita dengan perceaian meski yg salah si pria ......
goodnovel comment avatar
intan
nggak ada jaminan sih ayah yg udah/suka selingkuh akan tetap sayang anak walaupun tidak cerai contoh aku dan adik²ku kasih sayang gak ada samsek dan kebutuhan kami sangat memprihatinkan seperti anak² yg gak punya ayah,,jadi pas ortu ku akhirnya pisah rasanya lega banget udah gak sesak lagi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • GRUP JANDA DAN DUDA BERSATU   BAB 90 END

    Ketika Sunan masuk, dia syok melihat kehebohan tangis dua bayi sekaligus. Sunan malihat Elice sudah menggendong bayinya demikian pulan dengan Marko. Elice melahirkan di atas ranjang dan Nabila melahirkan di sofa."Apa yang terjadi?""Nabila ikut melahirkan karena stres melihat kondisi Elice." Moy yang menjawab sementara Marko masih gemetaran menggendong bayinya."Oh Tuhan!""Dia sehat." Elice tersenyum menunjukkan bayinya dan ternyata Sunan menangis meski tanpa suara isakan.Sunan segera memeluk Elice serta bayinya yang masih kemerahan."Biarkan Nabila yang memberi Nama.""Ya." Sunan terus mengangguk karena tidak perduli dengan apapun asal istrinya selamat."Bagaiman ini?" Marko bingung melihat bayinya menangis masih dengan tali plasenta yang membuat dia takut."Berikan padaku!" Moy meminta bayinya untuk dibawa pada bidan.Setelah memberikan bayinya pada Moy, Marko segera memeluk Nabila dan menciuminya sejadi-jadinya. Rasanya masih sulit dipercaya jika dia sendiri yang baru membantu pe

  • GRUP JANDA DAN DUDA BERSATU   BAB 89 SEMAKIN KACAU

    Nabila sedang melakukan panggilan video dengan Moy dan bayinya yang sekarang sudah berumur tiga bulan. Bayi cantik yang Elice beri nama Moza itu sudah pintar tersenyum dan membalas suara orang dewasa dengan dengungan. Nabila benar-benar gemas hingga tidak sabar menunggu kelahiran bayinya sendiri."OH ... anak perempuan memang mengemaskan!" Nabila melayangkan kecupan pada bayi montok yang menyeringaikan tawa di layar ponselnya."Tapi sepertinya ini laki-laki." Marko meraba perut Nabila yang kebetulan ada di sampingnya."Ini anak perempuan, aku bisa merasakannya!" Nabila ngotot.Setelah memiliki Bagas, sangat wajar jika Nabila sedang sangat menginginkan anak perempuan meski sampai sekarang Nabila sengaja belum mau mengetahui jenis kelamin bayinya."Apa Moza sudah bisa tengkurap?" Nabila melanjutkan obrolannya dengan Moy walaupun Marko terus mengganggu."Baru miring belum bisa terbalik.""Lihat Marko dia tersenyum padamu!" Nabila menghadapkan kameranya ke arah Marko yang sedang memangku l

  • GRUP JANDA DAN DUDA BERSATU   BAB 88 KACAU

    "Kau tidak akan percaya jika sebenarnya sudah sejak lama aku menatapmu!"Elice berhenti mengunyah makanannya untuk balas menatap Sunan."Aku hanya tidak pernah berani berpikir kau akan mau menikah dengan pria sepertiku, mengandung darah dagingku, dan menghabiskan sarapan bersamaku."Dari dulu Sunan hanya standar, tidak sejenius Clavin yang dapat menahlukkan Elice."Kenapa kau berpikir seperti itu?" Elice juga masih kaget."Aku merasa bukan tipemu.""Siapa yang perduli!" tegas Elice persis seperti gayanya dari dulu.Elice memang tidak akan bertele-tele seperti kebanyakan wanita yang suka main perasaan. Tapi bukan berarti hati Elice tidak tersentuh dengan perhatian tulus yang selama ini diberikan Sunan. Elice hanya tidak pernah membahasnya.Mereka masih saling menatap sampai kemudian Elice kembali bicara lebih dulu."Boleh aku minta brokolimu?" Elice menunjuk potongan brokoli di piring Sunan yang belum dimakan."Kemari, biar kusuapkan." Sunan tersenyum sambil menepuk pahanya agar Elice d

  • GRUP JANDA DAN DUDA BERSATU   BAB 87 TIDAK PEKA

    Kehamilan Moy sudah memasuki bulan ke sembilan dengan perut bulat besar dan buah dada makin memadat kencang. Kehamilan anak perempuan ternyata justru membuat wanita terlihat semakin cantik. Moy sedang berbaring lembut di atas ranjang ketika Clavin bantu menarik melepas sisa gaun malamnya yang berbahan ringan. Mereka sedang disarankan untuk lebih banyak berhubungan intim mendekati masa-masa persalinan. "Apa kau tidak kesulitan bergerak?" Clavin ikut merangkak naik ke atas ranjang kemudian menyentuh lembut pada gumpalan buah dada wanitanya yang sedang membengkak penuh. "Tidak, ini masih nyaman." Moy juga mempersilahkan lelaki itu membuka kakinya untuk direntangkan. Clavin memperhatikan Moy sejenak, kemudian membelai ke lipatan lembutnya yang semakin hari semakin sesak untuk dimasuki pria. Clavin terus mengulas-ngulas puncak wanitanya sampai melembut hangat dan tiba-tiba menurunkan kepala untuk menyesap puncak kecilnya hingga mengejang. "Oh ...." Moy melenguh panjang. Rasanya sangat

  • GRUP JANDA DAN DUDA BERSATU   BAB 86 ACARA DI RUMAH MOY

    Kehamilan Moy membuat kedua orang tua Clavin yang sudah lama menunggu keturunan dari putra tunggalnya ikut sangat bahagia dan tidak sabar. Kehamilan Moy sudah memasuki bulan ke enam dengan jenis kelamin bayi perempuan. Setelah resmi menikah bersama Clavin Moy juga selalu dimanja oleh keluarga suaminya. Moy merupakan anak tunggal yang dibesarkan oleh seorang janda, ayah Moy sudah tidak pernah perduli dengan kehidupan sulit mereka sejak bercerai dengan ibunya. Ibu Moy meninggal beberapa tahun lalu, Moy tidak punya sanak saudara lagi di ibukota. Moy berjuang sendiri untuk menjadi wanita mandiri meski dia cuma lulusan SMU dan berhasil sukses. "Istirahatlah jika kau capek." Clavin tahu Moy sudah sibuk dengan keluarganya sejak siang. "Biar aku saja yang menemani tamu." "Aku mau menunggu Nabila dulu." "Apa masih lama?" Clavin menengok arloji di pergelangan tangannya. "Sebentar lagi mereka sudah di jalan." "Jangan terlalu capek." Clavin menggosok puncak perut Moy yang makin membulat besa

  • GRUP JANDA DAN DUDA BERSATU   BAB 85 BAHAGIA

    "Bagaimana?" Marko sudah tidak sabar menunggu dua garis merah pada benda pipih yang sedang dipegang Nabila."Tunggu sebentar."Mereka sama-sama tegang setelah usaha keras siang dan malam penuh perjuangan."Ya!" Nabila segera menunjukkan dua garis merah yang langsung membuat Marko melompat untuk mengangkatnya."Oh, Tuhan ... terima kasih .... terimakasih ..." Marko terus menciumi perut Nabila yang dia angkat cukup tinggi seperti benda enteng kemudian membawanya berputar."Hentikan Marko! nanti anakmu pusing!"Marko masih terlalu bahagia hingga tidak bisa berhenti tersenyum bangga dengan dirinya sendiri."Terima kasih karena telah menjadikanku seorang ayah." Marko menurunkan Nabila untuk dia cium."Dia masih jentik kecil," Nabila mengingatkan."Berapa kira-kira usianya?" marko meraba perut Nabila."Mungkin sudah memasuki bulan ke dua."Nabila sudah terlambat satu bulan sejak menikah dua bulan lalu."Bagas harus tahu jika akan punya adik!" Marko menangkup pipi Nabila kemudian menciumnya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status