Nabila lebih banyak bengong selama Moy terus menjelaskan mengenai 'Grup Kumpulan Janda dan Duda' yang dia buat. Rasanya imajinasi Nabila belum sampai seekstrim itu untuk sampai ikut bergabung ke dalam grup begituan.
"Tidak apa-apa kalian bisa pakai akun samaran jika malu atau takut ketahuan identitas asli kalian. Ada banyak anggota yang benar-benar bisa bertemu jodoh di grup yang sudah kukelola satu tahun ini." Moy terus membujuk kedua sahabatnya untuk mau ikut bergabung.
"Tidak aku tidak mau!" Elice tetap tegas menggeleng.
"Kau, Nabila?" Moy menunjuk sahabatnya yang lebih datar.
Nabila juga menggeleng.
"Emang kau tidak mau anakmu punya bapak lagi yang bertanggung jawab?"
"Dari mana kau tahu mereka malah bukan penjahat kelamin!" tegas Elice hampir jijik.
"Berkenalan lewat media sosial juga bukan melulu penjahat kelamin, sekarang semua orang mengunakan media sosial karena lebih mudah dan bisa langsung to the point tanpa basa-basi canggung."
Moy menggeser tempat duduknya agar lebih dekat, supaya pembicaraan mereka tidak ikut didengar oleh pengunjung kafe lain.
"Sini kuberitahu tipsnya!" Moy benar-benar mulai menjelaskan seperti agen asuransi yang sedang mencari nasabah.
"Perhatikan tiga tipe janda dan duda mayoritas berikut!"
"Ada tiga tipe janda mayoritas, dan jangan sampai kalian jadi seperti itu!" Moy melanjutkan.
"Pertama!" Moy menjentikkan Jari telunjuknya yang bercat kuku merah muda cantik untuk mulai menghitung. "Janda Kaku!" ____ "Biasanya mereka adalah wanita karir yang terlalu sibuk bekerja dan cenderung menyepelekan pasangan karena terlalu mandiri dan kaku untuk dinasehati."
Elice langsung mengerutkan alis karena mersa tersindir.
"Kedua!" ____ "Janda Bodoh!"____ "Mereka terlahir dari pengkhianatan suami, kemudian merasa hidupnya paling menderita sampai akhirnya bertekad untuk hidup sendiri seumur hidupnya atau berharap tiba-tiba datang pria sempurna tanpa dia mau bergerak!"
Elice gantian menatap Nabila, cuma ingin melihat reaksinya tersinggung atau tidak dengan ocehan Moy.
"Tipe ketiga!" ___"Janda Bolong!" ___"Ini tipe wanita yang jadi makin kecentilan begitu menjadi janda, banyak dandan, banyak bersolek, demi bisa menjerat berbagai jenis lelaki ke dalam lobangnya."
Saat Moy bercerita tipe yang ke tiga Elice serta Nabila kompak melihat ke arah Moy.
"Kenapa kalian melihatku!"
Elice dan Nabila langsung pura-pura berdehem.
"Lanjutkan!" dukung Elice yang merasa bakat Moy mulai menarik untuk disimak.
"Perhatikan tiga macam-macam duda berikut ini yang harus kalian hindari!"
Moy kembali menjelaskan satu-persatu.
"Pertam, 'Duda Mesum!' ini jenis paling susah diobati, contohnya mantan suamiku yang sekarang jadi kere!"
Nabila langsung mengerjap mendengar Moy menyebut suaminya sendiri sebagai contoh dan Elice jadi cuma meraba tengkuk belakangnya yang tiba-tiba merinding.
"Kedua! 'Duda Mumpung!' biasanya mereka berawal dari suami baik-baik, setia gak neko-neko, tapi sakit hati karena ditinggal pergi istri sama laki-laki lain. Jadi mumpung sedang jadi duda dia manfaatkan kesempatan kebebasannya untuk banyak berpetualang icip-icip janda muda."
Nabila langsung merinding menggosok punggung lengan sambil terus menyimak keahlian Moy yang luar biasa briliant.
"Ketiga, 'Duda Pengangguran!' ini yang paling banyak produksinya, pria-pria tidak produktif tapi bermimpi untuk hidup mudah dan dimanja wanita, makanya dia tetap akan ditinggalkan perempuan, karena biasanya cuma manis di depan tapi gombal semua isinya!"
Moy kembali melanjutkan dengan penuh semangat. "Intinya kita semua orang-orang yang pernah gagal, jadi harus lebih selektif dan hati-hati, karena sekali gagal manusia akan memiliki 60% kecenderungan untuk tidak takut gagal lagi dan 40% kecenderungan untuk takut mengulang kesalahan yang sama."
Setelah menjelaskan panjang lebar kali ini Moy menatap kedua sahabatnya.
"Tidak, aku tidak mau gabung!" keras Elice saat Moy mengedikkan dagu padanya.
"Baiklah aku tidak akan bertanya ke Nabila karena aku sudah tahu pasti apa jawabannya." Moy mencondongkan tubuhnya pada Elice. "Sekarang aku tanya padamu, bagaimana kau mengatasinya?"
"Apa maksudmu?" Elice pura-pura tidak paham dan segera menegakkan punggungnya ke sandaran kursi.
"Ah, ayo lah kita sudah sama-sama dewasa dan aku tahu kita sama-sama pelaku sex aktif!" Moy masih menunggu reaksi Elice. "Apa yang kau lakukan ketika tidak ada suami lagi? apa kau akan membeli brondong dengan jumlah uangmu yang banyak itu?" kekeh Moy dan Nabila melotot membekap mulutnya karena baru paham dengan pembicaraan mereka berdua.
"Jangan gila!" tolak Elice masih keras kepala dengan sikap kakunya.
"Lalu apa?" Moy memang kadang agak sinting. "Apa kau membeli alat bantu refleksi yang bisa bergetar dan berdenyut panas dingin di online shop?"
Moy kembali terkekeh lagi. "Sungguh kau bisa benar-benar jadi janda kering!" mulut Moy memang tidak pernah punya filter.
Sementara Nabila hanya terus menelan gelak serat di tenggorokannya karena takut untuk ikut tertawa. "Semoga putraku belum paham pembicaraan kalian."
"Hai ..." Moy mencubit pipi putra nabila yang baru kembali terbangun karena mendengar Moy terus tertawa dan ngotot memaksa Elice bergabung ke grup konyolnya.
"Baiklah kita realistis saja." Moy mengajak mereka menghela napas sejenak. "Lihat Nabila! dia sudah punya bocah tampan seperti ini yang bakal setia menemaninya seumur hidup, sedang kita?" Moy mengedikkan bahu pada Elice . "Kita akan semakin tua dan benar-benar kering, wanita tidak akan produktif seumur hidup dan ada masanya tidak diminati lagi oleh laki-laki."
Moy masih menatap Elice. "Aku yakin kau juga tidak akan tergerak untuk menggoda pria lebih dulu, sementara pria yang 'benar' akan takut untuk mendekatimu lebih dulu karena melihat statusmu."
Elice adalah seorang direktur untuk perusahannya sendiri, cantik, kaya raya, dan cerdas. Tipe yang akan membuat pria baik-baik minder untuk mendekatinya. Kecuali pria yang mungkin mengincar hartanya dan cuma mau numpang hidup, karena pria jenis itu biasanya memang tidak tahu malu.
"Menurutku kau lebih baik bertemu orang yang tidak mengenalimu sama sekali, mulailah hubungan yang sehat dan lanjutkan jika kalian cocok."
"Dari mana kau pintar bicara seperti itu?" Elice mulai melunakkan suaranya.
"Sebagai admin grup, aku sudah jadi pakar yang menyelesaikan banyak masalah perkencanan, aku juga profesional!"
"Aku baru tahu ada profesi seperti itu." Elice memutar bola matanya yang sipit hingga terlihat lucu untuk ukuran orang secerdas dia.
Moy sebenarnya juga cerdas bisa mengelola grup aneh macam itu, Nabila paling heran dengan kecekatannya, dan buktinya Moy bisa sukses seperti sekarang meskipun dia tidak pernah menyelesaiakan kuiahnya. Bakat tiap orang memang berbeda-benda meski tidak ada yang mengharapkan bakat jadi mak comblang janda dan duda, tapi itu juga keren.
"Baiklah aku mau!" Akhirnya Nabila mau bergabung meski masih agak takut dan malu jika sampai ketahuan keluarganya ikut bergabung di grup perjodohan online.
"Oke, kukirim undangannya kau tinggal konfirmasi!"
"Bagaimana denganmu?" Moy mengedikkan dagunya sekali lagi ke pada Elice.
"Baiklah aku ikut." Akhirnya Elice ikut mengalah pasrah.
"Aku akan segera carikan duda potensial untuk kalian berdua!"
Walaupun tidak benar-benar mengharap segera dapat jodoh, tapi pertemuan Nabila dengan kedua sahabatnya kali ini ternyata juga mempu kembali menghidupkan semangatnya. Minimal dia tahu jika bukan cuma dirinya yang harus berstatus sebagai janda muda.
Ketika Sunan masuk, dia syok melihat kehebohan tangis dua bayi sekaligus. Sunan malihat Elice sudah menggendong bayinya demikian pulan dengan Marko. Elice melahirkan di atas ranjang dan Nabila melahirkan di sofa."Apa yang terjadi?""Nabila ikut melahirkan karena stres melihat kondisi Elice." Moy yang menjawab sementara Marko masih gemetaran menggendong bayinya."Oh Tuhan!""Dia sehat." Elice tersenyum menunjukkan bayinya dan ternyata Sunan menangis meski tanpa suara isakan.Sunan segera memeluk Elice serta bayinya yang masih kemerahan."Biarkan Nabila yang memberi Nama.""Ya." Sunan terus mengangguk karena tidak perduli dengan apapun asal istrinya selamat."Bagaiman ini?" Marko bingung melihat bayinya menangis masih dengan tali plasenta yang membuat dia takut."Berikan padaku!" Moy meminta bayinya untuk dibawa pada bidan.Setelah memberikan bayinya pada Moy, Marko segera memeluk Nabila dan menciuminya sejadi-jadinya. Rasanya masih sulit dipercaya jika dia sendiri yang baru membantu pe
Nabila sedang melakukan panggilan video dengan Moy dan bayinya yang sekarang sudah berumur tiga bulan. Bayi cantik yang Elice beri nama Moza itu sudah pintar tersenyum dan membalas suara orang dewasa dengan dengungan. Nabila benar-benar gemas hingga tidak sabar menunggu kelahiran bayinya sendiri."OH ... anak perempuan memang mengemaskan!" Nabila melayangkan kecupan pada bayi montok yang menyeringaikan tawa di layar ponselnya."Tapi sepertinya ini laki-laki." Marko meraba perut Nabila yang kebetulan ada di sampingnya."Ini anak perempuan, aku bisa merasakannya!" Nabila ngotot.Setelah memiliki Bagas, sangat wajar jika Nabila sedang sangat menginginkan anak perempuan meski sampai sekarang Nabila sengaja belum mau mengetahui jenis kelamin bayinya."Apa Moza sudah bisa tengkurap?" Nabila melanjutkan obrolannya dengan Moy walaupun Marko terus mengganggu."Baru miring belum bisa terbalik.""Lihat Marko dia tersenyum padamu!" Nabila menghadapkan kameranya ke arah Marko yang sedang memangku l
"Kau tidak akan percaya jika sebenarnya sudah sejak lama aku menatapmu!"Elice berhenti mengunyah makanannya untuk balas menatap Sunan."Aku hanya tidak pernah berani berpikir kau akan mau menikah dengan pria sepertiku, mengandung darah dagingku, dan menghabiskan sarapan bersamaku."Dari dulu Sunan hanya standar, tidak sejenius Clavin yang dapat menahlukkan Elice."Kenapa kau berpikir seperti itu?" Elice juga masih kaget."Aku merasa bukan tipemu.""Siapa yang perduli!" tegas Elice persis seperti gayanya dari dulu.Elice memang tidak akan bertele-tele seperti kebanyakan wanita yang suka main perasaan. Tapi bukan berarti hati Elice tidak tersentuh dengan perhatian tulus yang selama ini diberikan Sunan. Elice hanya tidak pernah membahasnya.Mereka masih saling menatap sampai kemudian Elice kembali bicara lebih dulu."Boleh aku minta brokolimu?" Elice menunjuk potongan brokoli di piring Sunan yang belum dimakan."Kemari, biar kusuapkan." Sunan tersenyum sambil menepuk pahanya agar Elice d
Kehamilan Moy sudah memasuki bulan ke sembilan dengan perut bulat besar dan buah dada makin memadat kencang. Kehamilan anak perempuan ternyata justru membuat wanita terlihat semakin cantik. Moy sedang berbaring lembut di atas ranjang ketika Clavin bantu menarik melepas sisa gaun malamnya yang berbahan ringan. Mereka sedang disarankan untuk lebih banyak berhubungan intim mendekati masa-masa persalinan. "Apa kau tidak kesulitan bergerak?" Clavin ikut merangkak naik ke atas ranjang kemudian menyentuh lembut pada gumpalan buah dada wanitanya yang sedang membengkak penuh. "Tidak, ini masih nyaman." Moy juga mempersilahkan lelaki itu membuka kakinya untuk direntangkan. Clavin memperhatikan Moy sejenak, kemudian membelai ke lipatan lembutnya yang semakin hari semakin sesak untuk dimasuki pria. Clavin terus mengulas-ngulas puncak wanitanya sampai melembut hangat dan tiba-tiba menurunkan kepala untuk menyesap puncak kecilnya hingga mengejang. "Oh ...." Moy melenguh panjang. Rasanya sangat
Kehamilan Moy membuat kedua orang tua Clavin yang sudah lama menunggu keturunan dari putra tunggalnya ikut sangat bahagia dan tidak sabar. Kehamilan Moy sudah memasuki bulan ke enam dengan jenis kelamin bayi perempuan. Setelah resmi menikah bersama Clavin Moy juga selalu dimanja oleh keluarga suaminya. Moy merupakan anak tunggal yang dibesarkan oleh seorang janda, ayah Moy sudah tidak pernah perduli dengan kehidupan sulit mereka sejak bercerai dengan ibunya. Ibu Moy meninggal beberapa tahun lalu, Moy tidak punya sanak saudara lagi di ibukota. Moy berjuang sendiri untuk menjadi wanita mandiri meski dia cuma lulusan SMU dan berhasil sukses. "Istirahatlah jika kau capek." Clavin tahu Moy sudah sibuk dengan keluarganya sejak siang. "Biar aku saja yang menemani tamu." "Aku mau menunggu Nabila dulu." "Apa masih lama?" Clavin menengok arloji di pergelangan tangannya. "Sebentar lagi mereka sudah di jalan." "Jangan terlalu capek." Clavin menggosok puncak perut Moy yang makin membulat besa
"Bagaimana?" Marko sudah tidak sabar menunggu dua garis merah pada benda pipih yang sedang dipegang Nabila."Tunggu sebentar."Mereka sama-sama tegang setelah usaha keras siang dan malam penuh perjuangan."Ya!" Nabila segera menunjukkan dua garis merah yang langsung membuat Marko melompat untuk mengangkatnya."Oh, Tuhan ... terima kasih .... terimakasih ..." Marko terus menciumi perut Nabila yang dia angkat cukup tinggi seperti benda enteng kemudian membawanya berputar."Hentikan Marko! nanti anakmu pusing!"Marko masih terlalu bahagia hingga tidak bisa berhenti tersenyum bangga dengan dirinya sendiri."Terima kasih karena telah menjadikanku seorang ayah." Marko menurunkan Nabila untuk dia cium."Dia masih jentik kecil," Nabila mengingatkan."Berapa kira-kira usianya?" marko meraba perut Nabila."Mungkin sudah memasuki bulan ke dua."Nabila sudah terlambat satu bulan sejak menikah dua bulan lalu."Bagas harus tahu jika akan punya adik!" Marko menangkup pipi Nabila kemudian menciumnya