Share

BAB 6 BANG TOGAR

Author: Jemyadam
last update Last Updated: 2022-06-12 21:43:09

"Ini untuk Bagas, cuma lima ratus ribu, Abang belum gajian bulan ini." Togar menyerahkan lima lembar uang seratus ribuan dari dompetnya ketangan Nabila.

"Jangan Bang, minggu lalu Bang Togar sudah ngasih uang buat beli susu Bagas."

"Tidak apa-apa ini uang simpanan abang sendiri, Mbak Fitri tidak tahu."

"Jangan Bang, sungguh nabila gak enak sama Mbak Fitri."

Sebenarnya kaka ipar Nabila sudah tahu jika tiap bulan suaminya akan menyisihkan uang satu setengah juta rupiah untuk Bagas dan terimakasihnya karena Nabila bantu mengurus ibu mereka. Tapi kadang Bang Togar juga masih sering tidak tega melihat kondisi Nabila. Biasanya Nabila baru akan menemuinya diam-diam seperti ini jika sudah sangat terdesak.

"Sudahlah Nabila, terima saja, Abang tahu kau sedang tidak bisa minta pada mantan suamimu."

Nabila malah kembali meneteskan air mata ketika Bang Togar memaksakan uang tersebut ke dalam genggamannya. Nabila memang sangat butuh uang tapi seperti ini membuat Nabila sangat sedih dan tidak berdaya.

"Terima kasih Bang." Nabila benar-benar sedang tidak memiliki pilihan. Padahal Nabila juga tahu berapa besar gaji kakaknya sebagai pegawai negri yang juga harus membiayai dua anaknya berkuliah.

"Biar Abang antarkan pulang."

Bang Togar sudah hendak berdiri sambil membayar makanan mereka ketika Nabila menghentikannya.

"Tidak usah Bang, Nabila naik angkot aja, tadi Nabila gak bilang papa kalau ketemu sama Abang."

Tadi Nabila memang berbohong pergi bertemu Moy yang mau menawarkan pekerjaan di salonnya.

"Nabila tidak mau papa ikut memikirkan masalah Nabila."

Ibu nabila sudah struk, mereka juga harus menjaga kesehatan sang papa agar tidak banyak pikiran.

"Naik taksi aja jangan naik angkot nanti Abang yang bayar."

"Tidak usah Bang, Nabila gak papa naik angkot. Lagipula Nabila juga mau berhenti buat beliin Bagas susu."

Walaupun Nabila tidak mengatakan sedang sangat butuh uang hanya untuk membeli susu, tapi sebagai kakak laki-laki, Togar bisa melihat kondisi adik perempuannya meski Nabila tidak sampai bicara jika sisa uang di dompetnya hanya tinggal satu lembar lima puluh ribuan.

"Ya sudah, hati-hati di jalan."

"Ya, Bang. Abang juga harus kembali ke kantor."

Nabila berpamitan dengan mencium punggung tangan kakak laki-lakinya. Tadi Nabila menemui abangnya ketika jam makan siang. Mereka bertemu di kafe tidak jauh dari kantor Togar, tapi hampir setengah jam perjalan untuk kembali ke rumah orang tua Nabila jika dalam kondisi lalulintas lancar.

Seperti yang nabila katakan tadi, dalam perjalanan pulang Nabila berhenti di mini market untuk membeli keperluan Bagas. Nabila membeli popok, susu dan beberapa biskuit. Nabila membelanjakan uang lima ratus ribu yang diberikan abangnya dengan rasa syukur tapi juga sekaligus pedih karena seharusnya semua itu menjadi tanggung jawab Riko bukan abangnya yang sampai harus ikut menyisihkan uang gajinya tanpa sepengetahuan sang istri. Nabila benar-benar merasa bersalah tapi juga tidak memiliki pilihan. Nabila hanya bisa mendoakan Bang Togar agar selalu sehat dan ditambah rejekinya karena Nabila tidak bisa membalas kebaikannya selain dengan doa.

Nabila pulang dengan membawa kantong belanjaan yang isinya juga cuma keperluan untuk putranya, paling tidak cukup untuk dua minggu. Papa Nabila sedang terlihat menyiram tanaman di halaman ketika nabila turun dari angkot.

"Dimana Bagas, Pa?" Nabila tersenyum untuk menutupi kegundahannya dari sang papa.

"Masih tidur."

"Dari sejak Nabila tinggal tadi?" tanya Nabila dengan nada agak heran.

"Ya, baru saja Papa lihatin masih tidur di depan TV."

Nabila langsung buru-buru masuk ke dalam rumah karena tidak biasanya Bagas tidur selama itu. Nabila segera memeriksa dahi putranya dan benar saja Bagas demam.

"Bagas, bangun sayang bunda sudah pulang." Nabila membangunkan putranya pelan-pelan dengan ciuman. Bocah laki-laki itu hanya menggeliat lesu. " Bagas bangun sebentar Bunda buatkan susu," bujuk Nabila supaya anaknya minum minuman hangat.

"Kenapa dengan Bagas?" tanya papa Nabila ketika melihat Nabila mengendong putranya utuk dia ajak ke dapur memanaskan air.

"Sepertinya Bagas demam Pa."

"Oh, Papa tidak tahu."

Papa Nabila langsung ikut mendekat untuk memeriksa suhu tubuh cucunya yang dari tadi memang hanya tidur tidak berlarian seperti biasanya.

"Nabila buatkan minuman hangat dulu biar keringatan, siapa tahu Bagas flu."

Nabila membuatkan susu sambil mengendong putranya karena anak laki-laki itu sedang tidak mau turun dan nampaknya akan rewel semalaman.

Nabila memberikan susu, roti dan membujuk Bagas agar mau makan sebelum memberinya obat penurun demam. Tadinya anak laki-laki itu masih rewel karena tidak suka minum obat tapi Nabila lega akhirnya Bagas tidak memuntahkan sirup turun panasnya.

Bagas sudah kembali lesu setelah minum obat karena efek kantuk dari obat tersebut. Sambil terus mengendong putranya Nabila mengetik pesan kepada Riko untuk memberitahu jika putranya sedang demam. Sepanjang malam itu Bagas juga terus rewel hingga Nabila tidak bisa istirahat dan belum makan sama sekali sejak siang. Riko juga tidak ada menelpon sama sekali, Nabila coba menahan dadanya yang memberat untuk berpikir positif jika mungkin Riko hanya belum membaca pesannya karena mungkin Novie yang membuka pesan.

Setelah Bagas mau tidur dan tidak terbangun ketika Nabila membaringkannya pelan-pelan, Nabila coba kembali menelpon Riko, sudah hampir tengah malam dan sama saja tidak dijawab. Nabila terus berusaha berpikir positif mungkin mantan suaminya sudah tidur, meski dulu biasanya Riko baru tidur setelah lewat tengah malam karena kadang masih harus lembur di ruang kerjanya.

Nabila memperhatikan Bagas yang sudah tertidur, bibir kecilnya merona kemerahan dan sedikit terbuka menghembuskan napas hangat karena demamnya belum juga turun setelah tiga jam minum obat. Padahal ketika Nabila tinggalkan pagi tadi putranya terlihat sehat dan ceria, tapi anak-anak di usia balita memang masih sangat rawan sakit dan perlu penjagaan ekstra. Nabila juga khawatir jika mungkin Bagas demam karena bisa ikut merasakan susana hati orang tuanya. Apa lagi sejak nabila dan Riko berpisah bagas juga cuma bertemu beberapa kali dengan Riko, mungkin anak laki-laki itu juga kangen dengan papanya.

Dulu Nabila pikir dirinya sudah sangat siap menghadapi segala resiko dari perceraian tapi nyatanya tetap tidak mudah ketika harus benar-benar di jalani. Terutama ketika harus mengurus anak yang sedang sakit seorang diri. Bukan karena rasa lelahnya yang harus ikut bergadang semalaman tapi lebih karena rasa cemasnya. Bagi seorang ibu jauh lebih baik ia sendiri yang menanggung rasa sakitnya dari pada melihat anaknya yang sakit meskipun itu hanya sekedar demam karena flu.

Nabila ikut berbaring di samping Bagas dan sama sekali tidak bisa memejamkan mata hingga pagi.

"Apa demamnya sudah turun?" tanya papa Nabila yang kembali menengok ke kamar cucunya.

"Belum, Pa." Nabila kembali memeras kompres untuk berusaha menurunkan demamnya.

"Sebaiknya kita bawa ke klinik biar Bang Togar yang antar."

Nabila mengangguk setuju karena memang tidak memiliki pilihan, Nabila sangat takut sebab demam Bagas sama sekali belum turun sejak semalam.

Akhirnya Bang Togar yang datang untuk mengantarkan Nabila dan putranya pergi ke klinik dokter anak.

"Apa Riko sudah kamu beri tahu?" tanya Bang Togar sambil menyetir.

"Sudah bang tapi sepertinya pesan nabila belum dibaca sama Mas Riko."

Togar masih berusaha untuk tenang meski sebenarnya sudah sangat keterlaluan jika Riko belum tahu putranya sakit sejak kemarin. Togar menemani Nabila sampai Bagas mendapatkan penanganan dan akhirnya memang harus menginap karena anak laki-laki itu mulai kehabisan cairan disebabkan dehidrasi.

Ketika Nabila menjaga putranya, Togar permisi untuk keluar dan diam-diam menelpon Riko. Panggilannya langsung diangkat karena nama Togar yang muncul di layar.

"Ya, Bang," jawab Riko yang sedang berada di kantor.

"Apa Nabila belum memberitahumu jika putra kalian sakit!" tegas Togar tanpa basa-basi.

"Nabila tidak memberitahuku."

"Cepat kemari dan lihat kondisi putramu!" Bang Togar tipe pria yang keras dia juga tidak suka laki-laki yang banyak bicara.

"Aku masih kerja Bang, Aku tidak bisa meninggalkan kantor begitu saja."

"Apa kau tidak bisa pergi untuk putramu!" nada sura Togar mulai meninggi karena dia saja ijin bolos dari kantor demi menemani Nabila dan putranya tapi Riko malah masih banyak alasan. "Aku tidak mau tahu! anak laki-laki itu anakmu, tanggungjawabmu meski adik perempuanku adalah ibunya!"

Jemyadam

JANGAN LUPA VOTE UNTUK DUKUNG CERITA BARUKU INI YA . AKU AKAN BERUSAHA UP BERSAAMAN DENGAN 'HOT NIGHT' seasons4

| 7
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Kikiw
selepet aja si riko
goodnovel comment avatar
Leni Riyana
seru ceritanya
goodnovel comment avatar
Ummu Shalma
gws bagas..!!!
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • GRUP JANDA DAN DUDA BERSATU   BAB 90 END

    Ketika Sunan masuk, dia syok melihat kehebohan tangis dua bayi sekaligus. Sunan malihat Elice sudah menggendong bayinya demikian pulan dengan Marko. Elice melahirkan di atas ranjang dan Nabila melahirkan di sofa."Apa yang terjadi?""Nabila ikut melahirkan karena stres melihat kondisi Elice." Moy yang menjawab sementara Marko masih gemetaran menggendong bayinya."Oh Tuhan!""Dia sehat." Elice tersenyum menunjukkan bayinya dan ternyata Sunan menangis meski tanpa suara isakan.Sunan segera memeluk Elice serta bayinya yang masih kemerahan."Biarkan Nabila yang memberi Nama.""Ya." Sunan terus mengangguk karena tidak perduli dengan apapun asal istrinya selamat."Bagaiman ini?" Marko bingung melihat bayinya menangis masih dengan tali plasenta yang membuat dia takut."Berikan padaku!" Moy meminta bayinya untuk dibawa pada bidan.Setelah memberikan bayinya pada Moy, Marko segera memeluk Nabila dan menciuminya sejadi-jadinya. Rasanya masih sulit dipercaya jika dia sendiri yang baru membantu pe

  • GRUP JANDA DAN DUDA BERSATU   BAB 89 SEMAKIN KACAU

    Nabila sedang melakukan panggilan video dengan Moy dan bayinya yang sekarang sudah berumur tiga bulan. Bayi cantik yang Elice beri nama Moza itu sudah pintar tersenyum dan membalas suara orang dewasa dengan dengungan. Nabila benar-benar gemas hingga tidak sabar menunggu kelahiran bayinya sendiri."OH ... anak perempuan memang mengemaskan!" Nabila melayangkan kecupan pada bayi montok yang menyeringaikan tawa di layar ponselnya."Tapi sepertinya ini laki-laki." Marko meraba perut Nabila yang kebetulan ada di sampingnya."Ini anak perempuan, aku bisa merasakannya!" Nabila ngotot.Setelah memiliki Bagas, sangat wajar jika Nabila sedang sangat menginginkan anak perempuan meski sampai sekarang Nabila sengaja belum mau mengetahui jenis kelamin bayinya."Apa Moza sudah bisa tengkurap?" Nabila melanjutkan obrolannya dengan Moy walaupun Marko terus mengganggu."Baru miring belum bisa terbalik.""Lihat Marko dia tersenyum padamu!" Nabila menghadapkan kameranya ke arah Marko yang sedang memangku l

  • GRUP JANDA DAN DUDA BERSATU   BAB 88 KACAU

    "Kau tidak akan percaya jika sebenarnya sudah sejak lama aku menatapmu!"Elice berhenti mengunyah makanannya untuk balas menatap Sunan."Aku hanya tidak pernah berani berpikir kau akan mau menikah dengan pria sepertiku, mengandung darah dagingku, dan menghabiskan sarapan bersamaku."Dari dulu Sunan hanya standar, tidak sejenius Clavin yang dapat menahlukkan Elice."Kenapa kau berpikir seperti itu?" Elice juga masih kaget."Aku merasa bukan tipemu.""Siapa yang perduli!" tegas Elice persis seperti gayanya dari dulu.Elice memang tidak akan bertele-tele seperti kebanyakan wanita yang suka main perasaan. Tapi bukan berarti hati Elice tidak tersentuh dengan perhatian tulus yang selama ini diberikan Sunan. Elice hanya tidak pernah membahasnya.Mereka masih saling menatap sampai kemudian Elice kembali bicara lebih dulu."Boleh aku minta brokolimu?" Elice menunjuk potongan brokoli di piring Sunan yang belum dimakan."Kemari, biar kusuapkan." Sunan tersenyum sambil menepuk pahanya agar Elice d

  • GRUP JANDA DAN DUDA BERSATU   BAB 87 TIDAK PEKA

    Kehamilan Moy sudah memasuki bulan ke sembilan dengan perut bulat besar dan buah dada makin memadat kencang. Kehamilan anak perempuan ternyata justru membuat wanita terlihat semakin cantik. Moy sedang berbaring lembut di atas ranjang ketika Clavin bantu menarik melepas sisa gaun malamnya yang berbahan ringan. Mereka sedang disarankan untuk lebih banyak berhubungan intim mendekati masa-masa persalinan. "Apa kau tidak kesulitan bergerak?" Clavin ikut merangkak naik ke atas ranjang kemudian menyentuh lembut pada gumpalan buah dada wanitanya yang sedang membengkak penuh. "Tidak, ini masih nyaman." Moy juga mempersilahkan lelaki itu membuka kakinya untuk direntangkan. Clavin memperhatikan Moy sejenak, kemudian membelai ke lipatan lembutnya yang semakin hari semakin sesak untuk dimasuki pria. Clavin terus mengulas-ngulas puncak wanitanya sampai melembut hangat dan tiba-tiba menurunkan kepala untuk menyesap puncak kecilnya hingga mengejang. "Oh ...." Moy melenguh panjang. Rasanya sangat

  • GRUP JANDA DAN DUDA BERSATU   BAB 86 ACARA DI RUMAH MOY

    Kehamilan Moy membuat kedua orang tua Clavin yang sudah lama menunggu keturunan dari putra tunggalnya ikut sangat bahagia dan tidak sabar. Kehamilan Moy sudah memasuki bulan ke enam dengan jenis kelamin bayi perempuan. Setelah resmi menikah bersama Clavin Moy juga selalu dimanja oleh keluarga suaminya. Moy merupakan anak tunggal yang dibesarkan oleh seorang janda, ayah Moy sudah tidak pernah perduli dengan kehidupan sulit mereka sejak bercerai dengan ibunya. Ibu Moy meninggal beberapa tahun lalu, Moy tidak punya sanak saudara lagi di ibukota. Moy berjuang sendiri untuk menjadi wanita mandiri meski dia cuma lulusan SMU dan berhasil sukses. "Istirahatlah jika kau capek." Clavin tahu Moy sudah sibuk dengan keluarganya sejak siang. "Biar aku saja yang menemani tamu." "Aku mau menunggu Nabila dulu." "Apa masih lama?" Clavin menengok arloji di pergelangan tangannya. "Sebentar lagi mereka sudah di jalan." "Jangan terlalu capek." Clavin menggosok puncak perut Moy yang makin membulat besa

  • GRUP JANDA DAN DUDA BERSATU   BAB 85 BAHAGIA

    "Bagaimana?" Marko sudah tidak sabar menunggu dua garis merah pada benda pipih yang sedang dipegang Nabila."Tunggu sebentar."Mereka sama-sama tegang setelah usaha keras siang dan malam penuh perjuangan."Ya!" Nabila segera menunjukkan dua garis merah yang langsung membuat Marko melompat untuk mengangkatnya."Oh, Tuhan ... terima kasih .... terimakasih ..." Marko terus menciumi perut Nabila yang dia angkat cukup tinggi seperti benda enteng kemudian membawanya berputar."Hentikan Marko! nanti anakmu pusing!"Marko masih terlalu bahagia hingga tidak bisa berhenti tersenyum bangga dengan dirinya sendiri."Terima kasih karena telah menjadikanku seorang ayah." Marko menurunkan Nabila untuk dia cium."Dia masih jentik kecil," Nabila mengingatkan."Berapa kira-kira usianya?" marko meraba perut Nabila."Mungkin sudah memasuki bulan ke dua."Nabila sudah terlambat satu bulan sejak menikah dua bulan lalu."Bagas harus tahu jika akan punya adik!" Marko menangkup pipi Nabila kemudian menciumnya

  • GRUP JANDA DAN DUDA BERSATU   BAB 84 PASANGAN YANG TEPAT

    [Lusa aku akan kembali ke New York, apa malam ini aku boleh menginap?] pesan yang dikirim Noah untuk Elice tapi kebetulan Sunan yang membacanya. [Jangan ganggu istriku!] tegas Sunan dengan kalimat singkat. Mungkin karena kaget, Noah langung beralih menelpon. Sunan juga tidak segan untuk langung menjawab panggilan dari anak muda itu. "Di mana Elice?" tanya Noah begitu mendengar suara pria dewasa yang menjawab panggilan teleponnya. "Dia masih mandi." Sunan tidak berbohong. "Kau siapa?" Noah bertanya lagi karena masih penasaran. "Aku suaminya!" "Mustahil!" Noah tidak percaya. "Elice tidak pernah memberitahuku jika dia sudah menikah." "Sekarang aku yang memberitahumu!" Sunan terus mempertegas tanpa basa-basi. "Siapa?" tanya Elice yang baru keluar dari bilik kamar mandi dan melihat Sunan sedang menjawab panggilan teleponnya. "Keponakan Marko!" Sunan yakin Noah juga ikut mendengar percakapan mereka dari seberang telepon. "Berikan padaku?" Elice meminta ponselnya tapi tidak Sunan b

  • GRUP JANDA DAN DUDA BERSATU   BAB 83 PENGANTIN BARU

    Tiba-tiba ponsel Nabila berbunyi dengan sebuah notifikasi pesan. "Moy, membubarkan grupnya!" Nabila terkejut. "Kenapa?" tanya Marko. "Aku tidak tahu, biar nanti aku telepon." Nabila memang tidak tahu dengan apa yang sedang bergulir, dia cuma terkejut jika Moy sampai membubarkan grup kesayangannya. "Bukankah kau ada meeting siang ini?" Nabila mengingatkan Marko. "Aku tidak akan lama dan akan segera pulang," Marko berbisik sambil memeluk Nabila dari belakang dan tidak berhenti menciumi sisi kening serta lehernya. Mereka berdua sedang berdiri di depan cermin meja wastafel setelah mandi bersama di tengah hari mumpung Bagas sedang tidur siang. "Cepatlah berpakaian, nanti kau terlambat." Nabil menoleh agar Marko bisa menggapai bibirnya. Mereka bertukar lumatan lembut saling mengais dan semuanya sedang terasa sangat manis untuk dinikmati. Marko dan Nabila adalah pasangan pengantin baru yang sedang lengket-lengketnya tidak ingin terpisah meski cuma sejengkal, tapi Elice tetap memaksa

  • GRUP JANDA DAN DUDA BERSATU   BAB 82 BIANG MASALAH

    Clavin benar-benar syok melihat Elice ada di apartemen Sunan, hari masih pagi, Elice kelihatan baru bangun dengan kemeja pria milik Sunan."Bagaimana kau bisa ada di sini?"Tatapan Clavin terus mengoreksi penampilan mantan istrinya sementara otak Elice sudah benar-benar padam tidak bisa berpikir. Clavin jelas melihat jejak cupang merah kemerahan bekas hisapan pria di kulit leher Elice. "Siapa yang datang?" tanya Sunan yang baru ikut menyusul ke depan dan langkahnya terhenti mendadak begitu melihat Clavin sudah berdiri di ambang pintu. Sunan masih menggenggam ponsel yang baru dia matikan dan cuma memakai celana pendek pria tanpa pakaian yang lain. "Apa yang kalian lakukan?" Elice dan Sunan benar-benar sudah tertangkap basah tidak bisa mengelak. Clavin segera menerobos masuk dan melihat celana dalam Elice yang masih tergeletak di samping sofa. Otak Clavin ikut padam membayangkan mantan istrinya telah dicumbu oleh sahabatnya sendiri. "Beri aku alasan yang masuk akal dengan semua in

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status