/ Romansa / Gadis 50 Juta Sang Presdir / Bab 4. Sikap Tidak Terduga Amira

공유

Bab 4. Sikap Tidak Terduga Amira

last update 최신 업데이트: 2023-08-04 19:36:01

Secara logika, seharusnya punggung Amira terasa dingin karena dirinya berdiri tepat di depan kulkas yang terbuka, tetapi udara dingin itu tidak terasa sama sekali saat embusan udara panas dari ujung hidung Erzhan menyapa leher serta daun telinganya. Mie dalam genggaman Amira segera jatuh saking gugupnya. Pria ini menyadarinya, kemudian memandangi si gadis tampa melepaskannya dari penjara kedua tangan berotot miliknya. “Lapar?” Seringai tipisnya.

Amira mengangguk saat udara seakan terhenti hingga paru-parunya seakan mengering. Jawabannya membuat Erzhan melepaskan penjaranya, mengambilkan mie yang terjatuh. “Kamu bisa memasak?” Tatapannya mulai menghangat hingga atmosfer mengerikan tadi terkikis.

Amira kembali mengangguk sebagai jawaban hingga Erzhan berlalu untuk mengambilkan panci yang berada di dalam lemari, meletakannya di atas kompor. “Aku akan kembali ke kamar. Jangan lupa matikan kompornya kalau kamu ingin hidup, jangan sampai kamu terpanggang di tempatku!” Seringai menyeramkannya seolah dirinya adalah pshycopat.

Saat Erzhan berlalu, barulah pasokan udara dalam dada Amira kembali normal. “Ya Tuhan ..., kenapa Ami harus keluar dari kamar, kenapa Ami harus kelaparan ..., kalau perut Ami tidak lapar tidak akan bertemu pria itu kan.” Gadis ini mengomeli dirinya sendiri dan nasibnya. Namun, karena semuanya sudah terlambat maka mie tetap menjadi sumber energinya. Amira memasaknya, kemudian menyantapnya begitu saja tanpa memerdulikan rasa takutnya pada tuan rumah.

Sementara, Erzhan sedang memandangi dirinya di dalam permukaan cermin. “Besok apa yang harus aku lakukan dan penjelasan apa yang harus aku berikan pada papa? Papa inginkah perusahaan kembali berjalan sebagaimana mestinya, tapi aku masih belum mendapatkan solusi sedikit pun. Apakah itu artinya aku gagal. Apakah aku satu-satunya pria yang tidak dapat diandalkan dan tidak dapat menjadi harapan keluarga?”

***

Erzhan menuruni anak tangga sekitar pukul tujuh pagi, tetapi di bawah sana sudah tercium wewangian masakan. Maka, pria ini tidak bisa jika tidak mengintip ke arah dapur. Seorang gadis yang masih memakai kemeja miliknya hingga paha putih nan mulusnya terekspos sedang berdiri di hadapan kompor, tangan kanannya sibuk membalik serta mengaduk sesuatu di dalam penggorengan. “Hm!” Dehamnya. Satu tangannya dimasukan ke dalam saku celana bahan berwarna hitam, berdiri di ambang pintu dapur.

Amira menoleh. “Pagi ...,” sapa ragunya ditambahkan sedikit senyuman dan sikap santun.

“Iya, pagi.” Erzhan melangkah menuju tempat berpijak Amira, mengintip pada sesuatu di dalam penggorengan, ternyata itu memang sebuah menu.

“Kau memasak?” Sebelah alisnya terangkat heran. Pertanyaannya segera mendapatkan jawaban anggukan kecil Amira. “Tidak ada apapun di dalam kulkas selain makanan instan, tapi yang kamu masak sayuran. Dari mana?” heran Erzhan segera diungkapkan.

“Eu-itu—“ ragu Amira menjelaskan, tetapi dirinya harus tetap memberikan jawaban, “tadi aku jalan-jalan di halaman, terus ada ibu-ibu yang ajak aku ke rumahnya, ibu-ibu tetangga kamu. Eu, maksudnya Tuan. Eu-Anda!” Wajahnya segera menunduk gelisah.

“Lalu?” Erzhan ingin mendengarkan cerita selanjutnya tanpa memerdulikan sikap Amira yang memerlihatkan kegelisahannya, bahkan kalimat si gadis sering tergagap.

“Ibu-ibu itu tawarin aku petik sayuran di kebunnya sambil tanya-tanya aku siapa dan apa hubungan aku sama ..., Anda.” Lagi, wajah Amira turun seakan takut salah bicara dan semacamnya.

“Astaga.” Erzhan menepuk dahinya, “semudah itu kamu percaya dan akrab sama orang asing sampai-sampai mau saja diajak ke rumahnya?” Pria ini menggelengkan kepalanya, tetapi Amira hanya mengangguk polos. “Pantas saja ibumu menjualmu!” ceplos frontalnya di akhir hingga membuat Amira memerotes dengan mata berkaca.

“Mama tidak menjualku ....”

Erzhan tidak menanggapi, dirinya segera menggeser bahu Amira hingga tubuh gadis itu bergeser beberapa langkah ke samping. Bunyi klik kompor yang dimatikan si pria menyadarkan Amira jika dirinya sedang memasak. “Aku tidak suka sayurannya dimasak sampai layu.” Datarnya yang segera meninggalkan Amira, beralih duduk seakan menunggu menu yang akan disajikan si gadis. Maka, dengan cekatan Amira menyediakan sarapan untuk Erzhan. Dirinya juga sudah membuat balado telur. Maka, pertanyaan si pria kembali meluncur. “Dapat telur sebanyak ini dari mana?”

“Itu ... dari kang sayur yang tadi lewat. Aku sudah bilang tidak punya uang, tapi katanya kenal sama tuan rumah jadi boleh membuat catatan hutang.” Amira segera menyodorkan catatan hutang telur yang dimaksud.

“Ya Tuhan ....” Lagi, Erzhan dibuat tidak paham dengan kelakuan gadis yang baru saja dikenalnya semalam.

“Apa Anda marah?” Amira tidak memiliki keberanian sama sekali untuk duduk. Jadi, dirinya tetap berdiri seiring menunggu dipersilakan walaupun tidak berharap Erzhan akan menambah kebaikannya padanya.

“Lupakan.” Datar Erzhan yang tidak ingin membahasnya, “duduklah, kita sarapan.” Kali ini senyuman tipis ditambahkan walau alakadarnya dan terlihat tidak berniat sama sekali. Hendak dirinya mengambil sendok nasi, tetapi Amira sudah mendahui lalu mengisi piring milik Erzhan hingga sesaat pria ini dibuat tabu dengan sikap si gadis, tetapi dirinya tidak menolak perhatian seperti ini.

Setelah mengisi perut, Erzhan berpesan, “Jangan kemanapun, aku akan mengantarmu sore ini!” Amira segera menjawab dengan anggukan patuh. Hendak membuka pintu mobil, tetangga menyapa Erzhan.

“Nak Erzhan punya adik yang cantik,” kekeh hangat wanita tua ini. Maka, Erzhan membalas dengan ekspresi yang sama karena walaupun pria ini hidup dengan misterius, tetapi segelintir orang di sekitar sini mengenalnya sebagai pribadi hangat dan terpelajar.

“Iya, begitulah.” Senyuman ramah Erzhan ke arah tetangga, tetapi kemudian melirik tidak bersahabat pada Amira. ‘Bisa-bisanya dia mengaku sebagai adikku. Astaga ..., prilakunya memang sulit ditebak.’ Sikap Amira di pagi hari memang berhasil memberikan kejutan tidak terduga, sikapnya memang tidak mengganggu tetapi tidak akan membuat Erzhan memeliharanya di rumah, pria ini akan tetap mengantarkan si gadis pada keluarganya yang tega menjualnya. “Gadis malang ....” Pertama kalinya rasa empati bersarang, tetapi karena masalah yang dimilikinya lebih besar, maka Erzhan mengabaikan nasib Amira.

Setibanya di perusahaan, sang ayah sudah di sana. “Bagaimana sekarang?” pertanyaan mendesak ini adalah penyambut Erzhan.

“Erzhan akan tetap mencari jalan keluarnya, Pa ...,” santunnya bersama rasa hormat.

“Papa sudah berusaha mempercayai kamu, Nak. Tapi kamu mengecewakan.” Tatapan mengiris Cakrwala, kemudian tiba-tiba saja emosinya melonjak, “kamu juga mempermalukan Papa. Apa tujuan kamu mendatangi tempat kotor!”

Seketika, Erzhan mengerjap kaget. “A-pa maksud Papa?”

“Jangan kamu pikir Papa tidak tahu semalam kamu memesan seorang wanita. Lalu bagaimana dengan perjodohan kamu bersama Alisha. Kamu sangat mengecewakan, Erzhan!” Dengusan Cakrawala, kemudian tumbang di atas sofa. “Perjodohan kalian akan tetap berlangsung, malam ini kalian bertunangan. Tolong jangan kecewakan Papa lagi!” Pria ini masih bisa bersabar menunggu Erzhan memperbaiki saham perusahaan, tetapi jika tentang kehormatan rasanya sangat fatal dan tidak bisa ditunggu, Cakrwala harus segera memperbaikinya.

‘Aku tidak menyukai Alisha, apa aku harus membawa gadis itu, mengenalkannya sebagai kekasihku, supaya perjodohan dengan Alisha dibatalkan?’

Bersambung ....

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Gadis 50 Juta Sang Presdir   Bab 144

    Beberapa hari berlalu, Tasya masih tinggal bersama Cakrawala tetapi dia juga rajin menemui ibunya hingga komunikasi tidak pernah terputus. Hari ini gadis cantik yang semakin bersinar meluncurkan sebuah album, album pertamanya yang akhirnya dapat dinikmati oleh banyak orang. Senyuman merekah hingga menambah aura cantik di wajah Tasya. “Selamat.” Erlangga mengulurkan tangannya seiring memberikan senyuman teduh. Saat ini Tasya tidak memiliki alasan menolak Erlangga karena mereka sedang berada di antara para staf. “Terimakasih.” Dengan berat hati tangannya menjabat tangan kanan Erlangga. “Setelah ini jadwal kamu akan semakin padat. Apa kamu siap?” Masih teduh Erlangga. Raut wajahnya ini adalah raut wajah yang biasa digunakannya saat memiliki hubungan spesial dengan Tasya. “Ya. Saya juga akan berusaha.” Senyuman kecil Tasya yang dibentuk dengan terpaksa. Erlangga melepaskan jabatan tangannya dengan Tasya, tetapi rupanya pria itu meninggalkan secarik kerta yang sengaja diberikannya pad

  • Gadis 50 Juta Sang Presdir   Bab 143

    Maria menemui Amira dengan fashionnya yang anggun dan ayu. “Ami sudah siap dari tadi ..., maaf ya jadi menunggu Mama,” kekeh hangatnya.“Tidak kok, Ami baru turun.” Pun, Amira menunjukan senyuman hangat untuk mertuanya. Jadi, keduanya segera menuju kediaman sanak saudara terdekat yaitu yang hanya berjarak sekitar sepuluh rumah, tetapi Maria memilih menggunakan mobil hingga menantunya dibuat sangat tabu.‘Kalau Ami sih saat menemui teman satu daerah tinggal jalan saja. Kehidupan keluarga Erzhan emang beda sekali sama Ami.’ Udara ditiup dari mulutnya.“Nanti Ami bisa kumpul sama keponakannya Erzhan, ada kok yang usianya hampir sejajar sama Ami,” tutur lembut Maria.“Iya, Ma. Tapi yang mana ya? Saat pernikahan Ami melihat keponakan Erzhan cukup banyak.”Maria terkekeh kegelian dengan singkat. “Mama tahu kok Ami pasti bingung. Memang iya, keponakan Erzhan ada banyak, makannya Mama mengajak Ami ke rumah sanak saudara agar Ami mengenal keluarga kami perlahan.”“Iya, Ma.” Senyuman bahagia Am

  • Gadis 50 Juta Sang Presdir   Bab 142

    Amira kembali ke kediaman mertuanya. Maria segera menyambut hangat nan lembut, “Kamu dari mana saja, Sayang ....” Belaian ditambahkan selayaknya seorang ibu yang merindukan anaknya.“Ami barusaja bertemu Tasya, Ma.” Senyuman santun nan hangat Amira. Namun, ternyata kalimatnya ini membuat perubahan ekspresi pada wajah Maria.“Kenapa harus menemui Tasya, memangnya adik kamu tidak sibuk?” Senyuman hangat Maria berkurang banyak.“Sibuk sih, cuma Tasya menyempatkan waktu untuk menemui Ami,” kekeh hangat Amira tanpa mengatakan pembahasan mereka.Maria mendesah kecil, kemudian berkata lembut walau isi kalimatnya sensitif, “Kalian memang adik dan kakak, tapi kalian berbeda ibu. Maaf ya, bukan maksud Mama membatasi hubungan kalian apalagi ingin memutus hubungan kalian, tapi lebih baik jaga jarak sedikit ....”Amira tersenyum kecil. “Mama Fatma memang pernah jahat sama Ami, tapi Tasya tidak begitu kok Ma, Tasya anak yang baik, Tasya juga sering membela Ami.” Kalimat ini diungkapkan dengan maksu

  • Gadis 50 Juta Sang Presdir   Bab 141

    Hari ini Tasya mengunjungi Amira untuk menceritakan perintah Fatma kemarin. "Kak, mama menyuruh Tasya tinggal bersama papa selama beberapa hari. Mama bilang tunggu kabar dari papa karena papa harus meminta izin pada mamanya Erzhan.""Kamu mau?" tanya Amira untuk mencari tahu isi hati Tasya."Tasya tidak mau ..., Tasya tidak mau tinggal sama mama tiri!" tegasnya walaupun selama ini posisi Amira adalah posisi yang tidak diinginkannya sekarang."Iya sih, lagian kisah hidup kamu beda sama kisah hidup Kakak. Mungkin Kakak masih baik-baik saja karena kisah hidup Kakak masih terbilang lumrah, maka mama bisa menerimanya, sedangkan kamu ...." Amira tidak lantas melanjutkan karena asal-usul kelahiran Tasya bukan untuk dibahas secara panjang lebar. Namun, Tasya tidak keberatan dengan kalimat yang dilontarkan Amira. "Tasya mengerti, Kak. Itu juga yang Tasya pikirkan.""Lebih baik tidak usah sih. Kakak takut mamanya Erzhan memperlakukan kamu tidak baik," ceplos Amira yang sudah merasakan bagaiman

  • Gadis 50 Juta Sang Presdir   Bab 140

    Amira baru saja menemukan Maria saat mencari mertuanya di dapur. “Ami sudah memakainya, tapi sepertinya Mama lebih cocok,” kekehnya saat merendah.“Kamu juga cocok memakainya, kamu sangat cantik,” pujian tulus Maria. Kemudian mengajak menantunya ke ruang keluarga, tempat Cakrawala bersantai.Saat ini senyuman Cakrawala segera mengarah pada Maria. “Mama dari mana saja? Papa menunggu Mama sejak tadi.” Ini bukan hanya senyuman pormalitas karena berkat Amira akhirnya Cakrawala menemukan kembali masalalu indahnya dengan Maria.“Mama di dapur membantu bibi,” jawab lembut Maria yang juga bukan sekedar pormalitas karena dirinya merasa puas saat hati dan pikiran suaminya kembali padanya.Saat ini Amira mengerti situasi karena dirinya juga sudah memiliki pasangan. “Eu-Ami mau menemani Erzhan, kasihan Erzhan sedang bekerja sendiri di kamar, mungkin Erzhan butuh air apapun itu,” pamitnya menggunakan alasan untuk memberikan waktu berdua pada Cakrawala dan Maria yang tampak kembali harmonis.“Iya,

  • Gadis 50 Juta Sang Presdir   Bab 139

    Fatma berjalan cepat meninggalkan gedung entertaint karena terlalu cemas air matanya akan menetes. Tanpa diketahui oleh Erzhan dan Tasya jika wanita ini mendengar semua percakapan mereka walaupun tanpa sengaja. Niatnya adalah mengunjungi Tasya untuk memastikan putrinya tetap aman, tetapi pendengarannya harus disuguhi oleh hal di luar dugaan yang berhasil menyayat hatinya. “Jadi selama ini Tasya mengetahui hal-hal yang aku sembunyikan.” Suaranya terkecik karena rasa sakit, dadanya dipegangi kemudian dengan cepat mengunci diri di dalam rumah.“Sengaja mama menyembunyikannya karena belum saatnya kamu tahu, Sayang ...,” lirih Fatma yang terjatuh ke atas lantai. Cakrawala dihubungi, Fatma menyimpan nomor AB Gruf bukan nomor pria itu. “Saya ingin bicara dengan tuan Cakrawala, sambungkan telepon pada tuan Cakrawala,” ucapnya tidak berbasa-basi.“Maaf Nyonya, saat ini tuan Cakrawala sedang tidak dapat diganggu.”“Saya istrinya. Sambungkan saja!” tegas Fatma yang menambahkan wibawa dalam suara

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status