Amira tiba-tiba saja dipaksa Ibu untuk menjual diri demi ekonomi keluarga. Namun, tanpa diduga gadis polos itu justru salah menemui client, yakni Erzhan--ahli waris keluarga old money di kota. Pria itu bahkan mengaku ingin memesan wanita untuk menghabiskan malam terlihat berbeda. Jadi, apa yang akan terjadi selanjutnya antara Amira dan pria itu? Lalu, apakah Amira akan terjerumus selamanya ke dalam dunia haram yang diciptakan ibunya?
View MoreSeorang gadis berusia dua puluh satu tahun berjalan menunduk di hadapan banyak pria yang meliriknya. Terdapat berbagai macam pria dan wanita di dalam ruangan yang mirip dengan ruangan pesta, minuman berwarna-warni tersebar di setiap meja, juga berbagai makanan manis.
Namun, yang membuat gadis bernama Amira ini tidak berani mengangkat wajahnya adalah banyak sekali pasangan yang mengumbar kemesraan mereka. Entah itu wanita muda bersama pria tua atau wanita tua dan menyukai pria muda. Banyak sekali jenis pasangan aneh di dalam ruangan besar ini.
Dress berwarna putih gading dengan sentuhan bias peach yang digunakan Amira cukup berani jika dibandingkan dengan usianya. Model dress dengan punggung terbelah itu tidak menyisakan sehelai benang pun untuk menutupi kulit halus nan mulusnya. Di bagian bawahnya hanya terdapat kain dress yang menggantung menutupi bokong hingga melebihi mata kaki, tetapi terdapat belahan hingga mengekpos paha putihnya.
Heels yang tinggi nan ramping adalah pelengkap penampilannya malam ini. Rambut hitam panjang dengan ikal menggantung bermain seiring hentakan langkah kakinya. âMa, ini tempat apa, kita di mana?â Suara Amira baru terdengar lagi setelah menapaki tempat ini.
Amira memang tidak berjalan sendiri, di sampingnya adalah wanita glamour. Fashionnya tidak berbeda dengan semua wanita yang menghuni ruangan walau kebiasaan Fatma hanya dengan kain sederhana di tubuhnya, tetapi kali ini wanita berusia empat puluh tujuh tahun itu menjelma selayaknya manusia berada bergelimang harta. âMama akan mengantar kamu ke ruangan lain setelah ini, duduk manis di sana, jangan biarkan riasan wajahmu luntur karena keringat apalagi air mata.â Datarnya tanpa menambahkan senyuman sama sekali.
âTempat apa lagi itu?â penasaran Amira yang memilih memandangi Fatma seraya mengambil langkah, dibandingkan harus menatap persekitaran yang seolah hanya dipenuhi dengan dosa.
âJangan banyak bertanya. Melangkah saja dengan anggun!â Wajah Fatma terangkat seolah sedang menonjolkan aura serta keanggunannya. Namun, Amira selalu menunduk hingga akhirnya langkahnya terhenti setelah keluar dari ruangan pesta tadi serta melewati beberapa lorong mewah.
Bukan semata-mata Amira menghentikan langkahnya, itu karena Fatma merentangkan tangannya di hadapan perut si gadis. âIni adalah tempatnya.â Kedua mata bulat wanita ini mengarah lurus pada nomor kamar yang tertulis di atas permukaan pintu.
Dahi Amira berkerut heran memandang ibunya, kemudian mengalihkan tatapan pada angka yang tercetak cukup besar. âTempat apa?â
Fatma hanya melirik sekilas ke arah Amira, kemudian membuka pintu perlahan hingga menciptakan celah selebar tubuh Amira. âMasuklah, yang harus kamu lakukan hanya duduk manis dan menunggu.â
Ekspresi datar Fatma selalu menjadi satu-satunya lukisan di wajahnya hari ini. Padahal biasanya wanita itu menggunakan banyak sekali ekspresi dalam satu hari, terkadang kesal melihat Amira, meluapkan amarah serta ketus. Namun, khusus hari ini semuanya hilang, semua ekspresi itu digantikan dengan sikap datarnya.
Amira memandang bingung ke arah Fatma, âApa atau siapa yang Ami tunggu?â
âMasuk saja,â titah Fatma dengan lirikan kecil dan wajahnya selalu datar.
Kini, Amira mencoba mencari tahu apa yang terdapat di dalam sana lewat celah pintu yang selebar tubuhnya. Tampak sebuah gorden mewah lalu sofa panjang yang tidak kalah mewah, juga terdapat sebuah cermin besar yang memantulkan seberang ruangan, hanya saja tidak banyak yang terlukis di dalam pantulannya. Semua yang dilihat Amira berada di bawah cahaya lampu yang begitu terang.
Maka, gadis ini menyimpulkan jika di dalam sana adalah tempatnya orang-orang hebat. Segera, jantungnya melonjak, maka dengan cepat diungkapkan, âMa, Ami tidak mau masuk ke dalam sana. Mau apa Ami di sana? Dan mungkin Ami tidak cocok berada di sana.â
Kali ini Fatma menatap Amira, bukan hanya sekedar lirikan alakadarnya, tetapi wajahnya tetap datar walau terdapat sedikit teguran serta desakan, âDengarkan Mama, jauh-jauh Mama membawa kamu kesini. Kamu pikir untuk apa, jika tujuan Mama bukan untuk membuat kamu pantas berada di tempat itu.â
âTapi Ami tidak mau masuk sendiri ..., Mama ikut kan?â Tangan kanan Fatma sudah digandeng, tetapi dengan kasar ibunya membuang tangan putrinya.
âMasuk, sekarang!â Kedua mata Fatma sudah membulat sempurna. Ini adalah pertanda jika dirinya tidak bisa dibantah. Ekspresi serta sikap seperti ini memang sudah biasa didapatkan Amira. Maka, gadis itu sudah tidak berani mengatakan apapun selain memasang tatapan ingin mendapatkan belas kasihan. Pintu masuk dilebarkan sedikit oleh Fatma seiring mendorong perlahan punggung Amira hingga tubuh gadis itu masuk ke dalam ruangan.
Amira segera menghadapkan tubuhnya ke arah Fatma. âMa, nanti Mama jemput Ami kan?â cemas sudah hinggap di dalam dadanya, ditunjukan di atas permukaan wajah cantiknya.
âIya.â Pintu segera ditutup oleh Fatma. Bagi Amira, perpisahan dirinya dan ibunya adalah devinisi terbelahnya dunia. Tangannya mengulur, tetapi seolah tidak cukup untuk menggapai sang ibu.
âMama ....â Amira sempat merengek, dia adalah gadis yang polos, ini adalah pertama kalinya Amira dipisahkan jarak dengan Fatma-wanita yang telah mengurusnya sejak usia delapan tahun. Pintu tinggi nan kokoh masih dipandangi hingga akhirnya Amira mencoba menoleh pada ruangan yang kini menaunginya.
Seisi ruangan hanya dipenuhi benda-benda mewah yang bahkan baru pertama kali dilihat Amira. Sepanjang hidupnya, gadis ini belum pernah memanjakan pandangannya dengan benda mewah yang kini sedang mengelilinginya. Sejenak, pupil matanya melebar karena terpukau.
Namun, sejurus kemudian jantungnya kembali berdegup kencang. âRuangan apa ini, apa aku memang harus duduk dan menunggu di sini, kapan mama kembali?â Raut wajahnya hanya melukiskan perasaan cemas, bahkan kedua telapak tangannya sudah basah akibat keringat hingga diusapkan pada dress yang melekat rapuh di tubuhnya.
Kedua mata indah Amira masih menyisir persekitaran, langkah kakinya tidak berani beralih dari pertama kali memasuki ruangan. Di depan sana, terdapat sebuah balkon, pintunya terbuka lebar hingga embusan angin menyapa wajah serta rambut Amira.
Lagi, gadis ini mencoba mencari tahu, ada apa atau siapa yang berada di sana. Kepalanya sedikit dimiringkan, hingga seolah dirinya melihat sosok pria berjas hitam berdiri. Sontak gadis ini terhenyak hingga kakinya mundur satu langkah ke belakang, alhasil punggungnya menyentuh pintu. âA-apa aku salah lihat?â Kedua lengannya mengepal di depan bibir tipisnya, tetapi bervolume di bagian bawah. Saat ini, dirinya sedang merasa gelisah berlebihan.
Tubuh tinggi berkat heels ramping itu mulai berbalik, memutar handle pintu dengan cepat, tetapi rupanya pintu tinggi nan kokoh itu terkunci dari luar. âAstaga, kenapa ini!â Kedua tangannya terus memutar handle pintu walau tidak menghasilkan apapun. Degupan jantung Amira semakin menjadi saja, hingga akhirnya telapak tangannya mencoba menggedor daun pintu. âSiapapun, tolong buka pintunya ....â
âHm!â Suara dehaman yang terdengar indah, tetapi dingin itu membuat Amira mengerjap gugup, tubuhnya kaku.
Bersambung ....
Beberapa hari berlalu, Tasya masih tinggal bersama Cakrawala tetapi dia juga rajin menemui ibunya hingga komunikasi tidak pernah terputus. Hari ini gadis cantik yang semakin bersinar meluncurkan sebuah album, album pertamanya yang akhirnya dapat dinikmati oleh banyak orang. Senyuman merekah hingga menambah aura cantik di wajah Tasya. âSelamat.â Erlangga mengulurkan tangannya seiring memberikan senyuman teduh. Saat ini Tasya tidak memiliki alasan menolak Erlangga karena mereka sedang berada di antara para staf. âTerimakasih.â Dengan berat hati tangannya menjabat tangan kanan Erlangga. âSetelah ini jadwal kamu akan semakin padat. Apa kamu siap?â Masih teduh Erlangga. Raut wajahnya ini adalah raut wajah yang biasa digunakannya saat memiliki hubungan spesial dengan Tasya. âYa. Saya juga akan berusaha.â Senyuman kecil Tasya yang dibentuk dengan terpaksa. Erlangga melepaskan jabatan tangannya dengan Tasya, tetapi rupanya pria itu meninggalkan secarik kerta yang sengaja diberikannya pad
Maria menemui Amira dengan fashionnya yang anggun dan ayu. âAmi sudah siap dari tadi ..., maaf ya jadi menunggu Mama,â kekeh hangatnya.âTidak kok, Ami baru turun.â Pun, Amira menunjukan senyuman hangat untuk mertuanya. Jadi, keduanya segera menuju kediaman sanak saudara terdekat yaitu yang hanya berjarak sekitar sepuluh rumah, tetapi Maria memilih menggunakan mobil hingga menantunya dibuat sangat tabu.âKalau Ami sih saat menemui teman satu daerah tinggal jalan saja. Kehidupan keluarga Erzhan emang beda sekali sama Ami.â Udara ditiup dari mulutnya.âNanti Ami bisa kumpul sama keponakannya Erzhan, ada kok yang usianya hampir sejajar sama Ami,â tutur lembut Maria.âIya, Ma. Tapi yang mana ya? Saat pernikahan Ami melihat keponakan Erzhan cukup banyak.âMaria terkekeh kegelian dengan singkat. âMama tahu kok Ami pasti bingung. Memang iya, keponakan Erzhan ada banyak, makannya Mama mengajak Ami ke rumah sanak saudara agar Ami mengenal keluarga kami perlahan.ââIya, Ma.â Senyuman bahagia Am
Amira kembali ke kediaman mertuanya. Maria segera menyambut hangat nan lembut, âKamu dari mana saja, Sayang ....â Belaian ditambahkan selayaknya seorang ibu yang merindukan anaknya.âAmi barusaja bertemu Tasya, Ma.â Senyuman santun nan hangat Amira. Namun, ternyata kalimatnya ini membuat perubahan ekspresi pada wajah Maria.âKenapa harus menemui Tasya, memangnya adik kamu tidak sibuk?â Senyuman hangat Maria berkurang banyak.âSibuk sih, cuma Tasya menyempatkan waktu untuk menemui Ami,â kekeh hangat Amira tanpa mengatakan pembahasan mereka.Maria mendesah kecil, kemudian berkata lembut walau isi kalimatnya sensitif, âKalian memang adik dan kakak, tapi kalian berbeda ibu. Maaf ya, bukan maksud Mama membatasi hubungan kalian apalagi ingin memutus hubungan kalian, tapi lebih baik jaga jarak sedikit ....âAmira tersenyum kecil. âMama Fatma memang pernah jahat sama Ami, tapi Tasya tidak begitu kok Ma, Tasya anak yang baik, Tasya juga sering membela Ami.â Kalimat ini diungkapkan dengan maksu
Hari ini Tasya mengunjungi Amira untuk menceritakan perintah Fatma kemarin. "Kak, mama menyuruh Tasya tinggal bersama papa selama beberapa hari. Mama bilang tunggu kabar dari papa karena papa harus meminta izin pada mamanya Erzhan.""Kamu mau?" tanya Amira untuk mencari tahu isi hati Tasya."Tasya tidak mau ..., Tasya tidak mau tinggal sama mama tiri!" tegasnya walaupun selama ini posisi Amira adalah posisi yang tidak diinginkannya sekarang."Iya sih, lagian kisah hidup kamu beda sama kisah hidup Kakak. Mungkin Kakak masih baik-baik saja karena kisah hidup Kakak masih terbilang lumrah, maka mama bisa menerimanya, sedangkan kamu ...." Amira tidak lantas melanjutkan karena asal-usul kelahiran Tasya bukan untuk dibahas secara panjang lebar. Namun, Tasya tidak keberatan dengan kalimat yang dilontarkan Amira. "Tasya mengerti, Kak. Itu juga yang Tasya pikirkan.""Lebih baik tidak usah sih. Kakak takut mamanya Erzhan memperlakukan kamu tidak baik," ceplos Amira yang sudah merasakan bagaiman
Amira baru saja menemukan Maria saat mencari mertuanya di dapur. âAmi sudah memakainya, tapi sepertinya Mama lebih cocok,â kekehnya saat merendah.âKamu juga cocok memakainya, kamu sangat cantik,â pujian tulus Maria. Kemudian mengajak menantunya ke ruang keluarga, tempat Cakrawala bersantai.Saat ini senyuman Cakrawala segera mengarah pada Maria. âMama dari mana saja? Papa menunggu Mama sejak tadi.â Ini bukan hanya senyuman pormalitas karena berkat Amira akhirnya Cakrawala menemukan kembali masalalu indahnya dengan Maria.âMama di dapur membantu bibi,â jawab lembut Maria yang juga bukan sekedar pormalitas karena dirinya merasa puas saat hati dan pikiran suaminya kembali padanya.Saat ini Amira mengerti situasi karena dirinya juga sudah memiliki pasangan. âEu-Ami mau menemani Erzhan, kasihan Erzhan sedang bekerja sendiri di kamar, mungkin Erzhan butuh air apapun itu,â pamitnya menggunakan alasan untuk memberikan waktu berdua pada Cakrawala dan Maria yang tampak kembali harmonis.âIya,
Fatma berjalan cepat meninggalkan gedung entertaint karena terlalu cemas air matanya akan menetes. Tanpa diketahui oleh Erzhan dan Tasya jika wanita ini mendengar semua percakapan mereka walaupun tanpa sengaja. Niatnya adalah mengunjungi Tasya untuk memastikan putrinya tetap aman, tetapi pendengarannya harus disuguhi oleh hal di luar dugaan yang berhasil menyayat hatinya. âJadi selama ini Tasya mengetahui hal-hal yang aku sembunyikan.â Suaranya terkecik karena rasa sakit, dadanya dipegangi kemudian dengan cepat mengunci diri di dalam rumah.âSengaja mama menyembunyikannya karena belum saatnya kamu tahu, Sayang ...,â lirih Fatma yang terjatuh ke atas lantai. Cakrawala dihubungi, Fatma menyimpan nomor AB Gruf bukan nomor pria itu. âSaya ingin bicara dengan tuan Cakrawala, sambungkan telepon pada tuan Cakrawala,â ucapnya tidak berbasa-basi.âMaaf Nyonya, saat ini tuan Cakrawala sedang tidak dapat diganggu.ââSaya istrinya. Sambungkan saja!â tegas Fatma yang menambahkan wibawa dalam suara
Hari ini tepat hari ketiga setelah pernikahan, Erzhan sudah kembali memulai aktivitasnya setelah mengambil cuti dari perusahaan, tetapi hal pertama yang dilakukannya saat menginjak AB Gruf adalah mengancam Cakrawala, ayahnya sendiri, âJika Papa masih berhubungan baik dengan Fatma, jangan harap Papa akan melihat Erzhan dan mama lagi. Kami akan pergi.â Pembawaannya sangat santai.âApa maksud pembicaraan kamu ini, Nak?â heran Cakrawala karena ternyata bukan hanya Maria, tetapi Erzhan mulai tidak menghormatinya sebagai seorang ayah padahal biasanya putranya sangat patuh dan tidak banyak bicara.âErzhan tidak ingin punya ibu tiri dan mama tidak ingin dimadu. Erzhan yakin Papa mengerti itu.â Lagi, pembawaannya masih sangat santai.âJangan membicarakan hal di luar bisnis. Ini perusahaan, bukan tempat bergossip.â Cakrawala berusaha menunjukan wibawa serta kedudukannya dalam keluarga maupun dalam gedung ini karena tidak ingin kehilangan martabat di depan anak dan istrinya.Namun, rupanya kalim
Fatma sedang bersantai di dalam kediamannya. âAku harus segera mendekatkan Tasya dengan mas Cakra karena Tasya juga ahli waris, Tasya berhak mendapatkan saham AB Gruf!â Niat jahatnya meletup-letup, tetapi Fatma terlalu bingung untuk menyampaikan hal ini pada putrinya, âTasya sedang memulai kariernya, aku tidak boleh memberikan berita mengejutkan, tapi sampai kapan aku akan menunda?âSifat serakahnya mengatakan Tasya harus segera mendapatkan harta milik Cakrawala karena Tasya juga darah daging pria itu, tetapi hati nuraninya tidak ingin mengganggu putrinya dengan kabar mengejutkan karena pasti berpengaruh pada kariernya yang barusaja dirintis.âAku masih harus bersabar sedikit lagi, tapi aku juga tidak bisa hanya diam menunggu. Maria sangat berbahaya, dia bisa membatalkan hak Tasya untuk mendapatkan harta Cakrawala, aku harus mengawasinya sekalian mencegah hal itu terjadi!âHari kembali berganti, pukul sembilan pagi Erzhan dan Amira sudah didandani selayaknya pengantin daerah. Resepsi
Amira terpaku dengan wajah datar saat isi kepalanya kebingungan, maka selama beberapa saat tidak ada kalimat apapun yang keluar dari mulutnya hingga akhirnya sebuah pertanyaan diutarakan, âMemangnya kamu mau melakukannya sekarang, apa tidak mau menunggu besok?ââAstaga.â Erzhan menepuk dahinya, kemudian menerangkan, berdiri dengan gagah walaupun hanya menggunakan kemeja berdasi, âsemua pria akan menjawab iya!ââOh,â sahut datar Amira seiring mengangguk kecil hingga membuat dahi Erzhan berkerut.âJadi bagaimana, kamu sudah mengerti kan?â Erzhan masih tidak yakin jika Amira menangkap maksud perkataannya.Amira meninggalkan duduk manisnya, berdiri di hadapan Erzhan dengan jarak pemisah sekitar dua meter. âYa sudah.â Pun, kalimat ini dikatakan sangat datar.Erzhan memandangi Amira, mencoba mencari kebenaran dalam diri si gadis, apakah sifat polosnya masih mendominasi atau tidak. âKamu yakin? Jika melakukannya malam ini maka kamu harus membuka semua pakaian di depanku. Terbaring pasrah di
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments