Share

Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku
Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku
Author: Ayra N Farzana

Siapa Gadis itu?

last update Last Updated: 2023-02-03 19:25:34

“Mas, siapa gadis ini!” Aku menunjuk gadis muda yang berdiri di samping Mas Doni, suamiku. 

Pria yang menikahiku sepuluh tahun lalu itu hanya diam menunduk. Entah rahasia apa yang disembunyikannya. Entah siapa pula gadis belia yang ada di sampingnya.

Pandanganku seketika beralih pada tangan kanan Mas Doni yang menggenggam erat tangan gadis itu. Sedangkan tangan kirinya memegang koper biru berukuran sedang.

Hal itu membuatku benar-benar bingung.  Banyak tanya yang hinggap di kepala. Siapa gadis belia itu. Ada hubungan apa di antara mereka.

“Mas, ada apa ini? Di-Dia, siapa?” Aku menunjuk gadis yang mengenakan celana jeans pendek sebatas paha dengan rambut kucir kuda.

Mas Doni tak menjawab pertanyaanku. Pria itu justru memandang gadis belia yang ada di sampingnya dan mengajaknya masuk ke rumah tanpa menghiraukan kehadiranku.

Cepat, aku mengikuti mereka. Meminta Mas Doni untuk menjelaskan padaku siapa gadis yang dibawanya. Namun, pria itu justru memintaku untuk diam dengan meletakan telunjuk di bibirnya.

Langkah kaki pria itu terhenti, ketika tiba di ruang tamu.. “Mira, kamu duduk di sini dulu. Saya akan segera kembali.” Lembut pria meminta gadis itu untuk duduk.

Sejenak Mas Doni memandangku. Setelahnya dia berjalan meninggalkan gadis itu dan melewatiku begitu saja menuju kamar tamu. Entah apa yang hendak dilakukannya.

Aku mengejarnya. Hendak meminta penjelasan pada pria itu.

“Mas, siapa gadis itu?” Kembali aku bertanya pada pria yang sedang menarik seprai dan membuangnya begitu saja. Pria itu tak menjawab perkataanku. Dia justru membuka lemari kayu dan mengambil seprai baru dan menatanya. 

Tak tahan dengan kediamannya, aku meraih tangan pria itu. Sontak, Mas Doni menghentikan aktivitasnya. “Mas, siapa gadis beliau itu?” tanyaku entah yang ke berapa kalinya dengan mata berkaca-kaca. 

Mas Doni masih tak menjawab pertanyaanku. Dia justru melepas tanganku dari tangannya dan kembali melanjutkan aktivitasnya.

Aku pun duduk di sofa yang ada di kamar itu dan menangis tersedu.

Pikiranku kembali pada kejadian tiga hari lalu.

Pagi itu Mas Doni bersiap untuk melakukan perjalanan keluar kota. Ada pertemuan dengan kliennya. Seperti biasa aku melepasnya dengan senyuman. Seperti biasa pula, pria itu menawarkan buah tangan. 

Hari ini, dia membawakan oleh-oleh tak terduga untukku. Gadis belia yang tak kutahu siapa dia sebenarnya 

“Santi.” Pria itu berlutut di hadapanku. Erat dia menggenggam tanganku.

“Mas, siapa gadis itu?” Entah berapa kali aku menanyakannya pada Mas Doni. Aku tak peduli. Aku hanya ingin tahu, siapa gadis itu. Kenapa dia ada di sini bersamanya.

Aku memandang suamiku itu penuh tanya. Sebisa mungkin, aku menahan gemuruh dalam dada untuk mendengar segala cerita Mas Doni akan gadis beliau yang dia bawa.

“Dia Mira ....”

Aku mendengarkan cerita Mas Doni dengan berurai air mata. Aku tak tahu harus berkata apa.

“Mira tanggung jawabku. Hanya aku satu-satunya yang dia miliki. Tolong, terima dia di sini.”

Aku masih termangu, mendengar kalimat terakhir yang dikatakannya itu. Mendengar ceritanya saja aku tergugu. 

Tanpa menunggu jawaban dariku, Mas Doni keluar dari kamar tamu. Tak ingin Mira terlalu lama menunggu alasannya.

Aku hanya bisa menangis, meraung dengan semua kebenaran yang kudengar ini. Sebisa mungkin, aku bersabar dan kuat agar tak kalah dengan keadaan. Aku wanita kuat. Aku tak boleh lemah hanya karena kehadiran gadis belia itu. Gegas, kuhapus air mata. Menyusul Mas Doni keluar.

Dari depan kamar, aku memandang Mas Doni dan gadis belia itu sedang berbicara. Gadis bernama Mira itu berkali-kali menjawab perkataan Mas Doni dengan anggukan.

Dengan mental penuh, aku berjalan mendekati mereka dan duduk di kursi yang ada di hadapan mereka. Tak tahu harus berkata apa. Mulut ini rasanya terkunci. Susah payah, aku menahan air mata agar tak tumpah begitu saja di hadapan mereka. Aku tak boleh terlihat lemah di hadapan gadis belia itu.

Lekat, kutatap gadis yang duduk di samping suamiku itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Dari penampilannya, aku memperkirakan usianya sekitar belasan tahun.

Berbeda denganku yang begitu terluka dengan hadirnya. Gadis itu justru terlihat santai. Bahkan, kaki gadis itu bergerak lincah seperti sedang menari.  Dari mulutnya keluar balon yang ditiup dari permen karet.

“Santi, terimalah Mira. Jadikan dia bagian dari keluarga kita?”

Argh!

Rasanya aku belum siap untuk menerima gadis belia itu di rumahku. Apalagi setelah mengetahui hubungan di antara keduanya.

“Santi, aku mohon!”

 

Bersambung ....

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Yang Terbaik untuk Semua

    Di halaman, Zahir tampak begitu bahagia bermain dengan Mas Angga. Mereka berdua bergantian menendang bola plastik. Zahir tertawa lepas, ketika dia berhasil menendang bola yang dioper Mas Angga. Hah! Mungkin keputusanku memang yang terbaik. Aku menolak permintaannya untuk kembali. Bukan karena tak setia. Mungkin ini adalah jalan yang terbaik untuk kami agar tak ada yang tersakiti. “Hubungan suami-istri memang bisa terputus, tapi hubungan kakak-adik tak akan pernah terputus.” Itu yang aku katakan pada Mas Angga. Boleh saja, pria itu tak menganggapku sebagai seorang istri. Paling tidak dia mau menerimaku sebagai seorang adik. Kembali meniti rumah tangga dengannya rasanya tak mungkin. Sudah cukup aku menyakitinya. Aku juga tak ingin masalah baru terjadi. Iya, semua yang dekat denganku akan menderita. “Kamu itu bodoh atau dungu?” Nenek menunjuk mukaku. Walaupun hati rasanya sakit mendengar perkataannya, aku coba bersabar. Apalagi beliau ibu dari Papa. “Harusnya kamu bersyukur masih

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Kembali 2

    “Pa, boleh berhenti sebentar,” pintaku ketika mobil yang kami tumpangi melewati toko mainan.“Ada apa?” tanya Papa.Aku mengutarakan keinginanku untuk membelikan mainan Zahir. Namun, Papa melarangku turun. “Biar Papa saja yang beli.”Tanpa menunggu persetujuan dariku, Papa keluar. Pria itu berlari memasuki toko. Tak berselang lama, beliau kembali dengan dua boneka yang sedang viral di tangan. Boneka boba berwarna merah muda dan biru. Papa sengaja membeli dua, satu untuk Zahir, satunya lagi untuk Shakira.Kali ini hanya Papa yang bersamaku. Pagi tadi, usai tahu aku diperbolehkan pulang, Mama Santi pulang lebih dulu. Hendak membereskan kamarku katanya. Mobil kembali melaju. Aku memejamkan mata. Menyiapkan diri untuk bertemu orang yang aku benci. Nenek. Orang yang kuanggap sebagai orang yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada diri ini. Selama berada di rumah sakit, wanita itu tak menjengukku.“Mama.” Baru saja mobil memasuki halaman, Zahir berlari mendekat, disusul Mama San

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Kembali

    Bab 31“Mira.”Ketika terbangun, Mama Santi sudah berada di sampingku.Aku coba untuk bangun. Melihat hal itu, gegas Mama membantuku duduk. Beliau juga meletakan bantal di belakangku. Tak lupa aku berterima kasih pada beliau.Mata wanita yang sudah kembali duduk di kursi yang ada di samping ranjang itu tampak merah. Pasti beliau baru saja menangis. Lagi-lagi aku merutuki diri. Karena aku, semua terluka.“Mir, kenapa tak pernah cerita pada kami. Kenapa kamu tanggung sendiri semua ini.”Mama menyayangkan keputusanku menemui Pak James. Beliau pasti sudah tahu dari Ali. “Ma, jangan menangis. Mira tak apa-apa.” Aku meraih tangan Mama dan menggenggamnya. Tubuh wanita itu berguncang. Dia memang bukan Mama kandungku, tapi dia orang pertama yang merangkul ketika tak ada orang yang mau menerima hadirku. Beliau orang yang mengajarkan untuk menjadi lebih baik lagi.“Tidak apa-apa.” Mama tampak marah. “Lihat dirimu!” Beliau menunjukku. “Bagaimana kalau sesuatu terjadi padamu? Bagaimana nasib Zahi

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Sekali Hina, Tetap Hina

    POV MIRASekali Hina, Selamanya Hina“Zahir bukan putramu!”Aku memandang pria itu nyalang. Tak terima kalau dirinya mengaku sebagai ayah Zahir. Aku tidak mau, putraku itu memiliki ayah seperti dia. Memang diriku juga hina, tapi tak seluruhnya kesalahan diri ini. Semua terjadi karena Jodi.“Apa katamu?” Jodi kembali mengungkit kejadian masa lalu.“Belum pasti kalau dia putramu. Bilamana itu benar, aku tak akan membiarkan kamu membawanya,” tantangku.Ya, tak akan kubiarkan putraku itu jatuh ke tangan Jodi. Aku tidak ingin bocah imut itu mendapat didikan yang salah. Bila pun benar Jodi adalah ayah biologis Zahir, segala cara akan aku lakukan agar Zahir tak jatuh ke tangannya. Aku yang mengandung, dan membesarkannya seorang diri walau menahan malu dan hinaan dari para tetangga.“Ok. Fine. Aku tak akan mengusik kehidupanmu, tapi puaskan aku malam ini!” Pria itu berjalan mendekat. Seketika aku berlari ke arah pintu. Tak kubiarkan Jodi kembali membawaku ke lubang dosa yang sama.“Cek! Suda

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Dia Putraku

    POV MIRADia PutrakuAku mematut diri di cermin. Penampilanku begitu beda dengan riasan sedikit tebal. Sejenak, aku memandang tas kertas yang berisi gaun pemberian Pak James. Gaun itu tak hanya terlalu pendek. Bagian dadanya juga terbuka. Aku membeli pakaian yang lebih tertutup dengan uang pemberiannya. “Sudah selesai.” Wanita berparas cantik dengan celana jeans dan kaos dengan nama salon itu memutar tubuhku menghadapnya. “Cantik sempurna. Mbak pasti hendak bertemu tunangan atau pacarnya mungkin. Wah! Beruntung sekali pasangan Mbak memiliki wanita secantik ini.”8 Aku tak menanggapi perkataan wanita itu. Tak mungkin juga aku mengatakan kalau diri ini akan menjual diri. “Terima kasih, Mbak.” Aku pergi meninggalkan wanita itu. Sebelumnya aku membayar ke kasir terlebih dahulu. Sebelum keluar salon, terlebih dulu aku memesan taksi daring Pikiranku berkecamuk. Aku kembali memandang diri melalui kaca yang ada di atas kepala sopir taksi. Ah ... apa gunanya aku menutup aurat, bila pada ak

  • Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku   Pria Bodoh

    POV AnggaAku rasanya sangat membenci Mira. Karena dia, aku mendekam di penjara. Ah ... bagaimana bisa, aku terjebak dalam pernikahan ini. Harusnya aku tegas dalam menolak perjodohan dulu. Harusnya aku pergi dari rumah itu. Ibarat jatuh tertimpa tangga. Bukan hanya kehilangan Naura, aku juga harus mendekam di penjara. Argh! Dua narapidana yang berada dalam satu sel denganku memandang ketika aku berteriak. Rasanya kepala dan dadaku tertimbun ribuan batu. Berat. Papa Yuda juga sekali tak menjengukku. Mungkin, pria itu malu dan kecewa memiliki putra sepertiku. Apalagi, beliau merupakan abdi negara. Bukan hanya memikirkan diri sendiri. Aku juga kalut ketika Mama Sandra terkulai saat polisi membawaku paksa. Dari kejadian yang menimpa diri ini, aku bisa melihat rasa cinta yang tulus dari seorang ibu untuk anaknya. “Ma, maafkan Angga.” Ada sedikit sesal, ketika mengingat diri ini pernah marah pada Mama. Terutama ketika wanita itu membicarakan Mira. Memang, wanita itu baik. Dia perhati

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status