Share

Chapter 7.

Author: Sang_Dewi
last update Huling Na-update: 2024-09-11 13:00:49

"Halo, siapa ini?"

"Sayang, ini aku Adnan." Suara Adnan dari sambungan telepon.

"Adnan, kamu pakai nomer baru?"

"Iya, Sayang. Hari ini aku mulai kerja, tolong doakan aku supaya pekerjaanku lancar."

Sedikit lega perasaan Naura setelah mendengar suara orang terkasih walau setelah ini dia kembali harus dihadapkan dengan pil pahit mengenai keluarganya.

"Pasti, aku pasti mendoakan yang terbaik untuk kamu. Kamu hati-hati dalam bekerja yah."

"Terima kasih, sekarang aku sudah sampai di tempat kerja. Nanti aku hubungi lagi saat jam istirahat."

Pria tampan ini berdiri dan menatap bangunan tinggi sebuah hotel tempat dia bekerja. Dengan penuh keyakinan Adnan melangkahkan kakinya masuk dan mulai kerja dengan beberapa temannya.

Mengenakan seragam cleaning service sambil membawa sapu dan beberapa alat pembersih hotel.

"Permisi, Mas Adnan. Tolong buatkan teh hangat untuk Mommy Jihan, bawa teh itu ke ruang kerjanya." ucap salah satu pelayan wanita.

"Baik, Mba."

Dalam sekejap secangkir teh hangat siap disajikan Adnan mengantar ke ruangan Jihan.

Tok! Tok!

"Permisi."

"Masuk," jawab seorang wanita bersuara serak basah di dalam.

"Permisi, Nyonya. Saya mengantarkan teh hangat untuk Nyonya."

"Terima kasih," ucapnya sambil menerima secangkir teh tersebut dan menyeruputnya. Tatapan mata yang membelalak tersamarkan dengan hembusan asap hangat dari teh membuat wajah putih itu kian terlihat memerah.

"Kamu pegawai baru di sini?"

"Iya, Nyonya. Saya Adnan, cleaning service baru di sini."

"Oh, Adnan. Nama yang bagus."

Wanita berambut pirang mengombak yang memakai atasan blouse berwarna putih, berbelahan dada rendah itu bangun dari duduknya dan menghampiri Adnan dengan langkah manjanya.

"Kalau begitu panggil saya, Mommy. Saya pemilik hotel ini dan semua karyawan memanggilku dengan sebutan, Mommy."

Suara lembut yang mengalun indah tepat di telinga sampai nafas hangatnya kian terasa yang membuat Adnan kesulitan menelan salivanya sendiri.

"Oh, ba_baik, Mo_Mommy."

"Saya bisa kasih kamu bonus besar kalau kinerja kamu bagus di sini, apa kau senang bekerja di sini?" Adnan mengangguk.

"Bagus, jadi selamat bekerja. Kamu boleh melanjutkan tugasmu. Adnan."

"Terima kasih, Mo_Mommy. Sa_saya permisi."

Langkah seribu Adnan ambil dengan dada yang berdebar hebat. Pasalnya baru kali ini dia didekati wanita dengan penampilan terbuka.

"Astagfirullah hal adzim! Ingat Naura, Adnan. Kamu di sini untuk bekerja, jadi kamu harus fokus bekerja," gumamnya dalam hati.

Semua temannya memandang berbeda saat Adnan kembali membaur dengan raut wajahnya yang gugup. Bahkan salah satu dari mereka menggeleng seolah tau apa yang baru saja terjadi.

"Kamu kenapa, Nan?" tanya Nino penasaran.

"Hem? Aku? Aku nggak apa-apa."

"Yakin? Jangan bohong." Nino lalu mendekatinya.

"Beruntung kalau bisa mendapatkan wanita seksi seperti Mommy Jihan. Dia janda kesepian." Adnan terperanjat kaget.

Sepertinya teman yang satu ini sudah tau banyak tentang atasannya itu. Nino memang sudah lama bekerja di hotel ini bahkan semua pelayan sudah mengenal siapa dirinya.

"Ja_janda?"

"Iya janda. Andai dia mau sama aku, aku tentu mau. Tapi ya ..."

"Ah sudahlah, kita lupakan saja masalah ini."

Sampai tiba waktunya pulang kerja Adnan kembali menelepon Naura. Namun wanita muslimah itu tak mendengar ponselnya berbunyi.

Melihat ponsel anaknya berdering, bu Ningrum mengambil lalu mengangkatnya.

"Halo, siapa ini?"

"Tante ini aku, Adnan."

"Nak Adnan."

"Iya aku Adnan, Tante. Maaf Nauranya ada?" Belum sempat bu Ningrum menjawab, Adnan memicingkan matanya saat mendengar suara monitor yang membuat dia bertanya-tanya.

"Naura, ada. Dia sedang mengaji, Adnan."

"Mengaji? Tante apa semuanya baik-baik saja?" Perasannya mendadak tak enak.

"Kami baik-baik saja, Nak. Tapi Om Danu harus dirawat di rumah sakit."

Degh!

"Apa? Om Danu sakit? Astagfirullah hal adzim, jadi sekarang Tante ada di rumah sakit?"

"Iya, Tante dan Naura sedang menemani Om Danu di rumah sakit."

"Kalau begitu aku ke sana sekarang, Tante." Padahal Naura berniat untuk tidak memberitahu pada tunangannya ini tapi ternyata Adnan tau dari bu Ningrum.

Membawa parcel buah-buahan segar Adnan membesuk calon mertuanya yang kini masih terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.

Suara lantunan ayat suci Al-Quran yang Naura bacakan seakan membuatnya tenang sampai pak Danu enggan untuk membuka matanya.

Tok! Tok!

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam," jawab bu Ningrum dan Naura serentak.

"Adnan, kamu tau dari mana kalau kita di sini?" Naura segera bangun dari duduknya sebelum pembicaraan mereka didengar oleh ayahnya.

Wanita muslimah itu membawa Adnan sedikit menjauh dan bicara di depan kamar rawat.

"Kamu tau dari mana kalau aku ada di sini?"

"Ibu kamu yang cerita. Kenapa kamu tidak bilang padaku tentang semua ini? Kamu sendiri yang bilang kalau kita harus terbuka." Naura hanya merasa akan manjadi beban jika Adnan tau yang sesungguhnya.

Tapi dia tak punya cara lain selain membawa tunangannya itu masuk ke dalam masalahnya, Naura lalu bercerita.

"Astagfirullah hal adzim," ucap Adnan sambil mengusap wajahnya kasar.

"Kalau begitu kita harus segera melakukan operasi, Sayang. Aku takut terjadi sesuatu pada Ayah kamu."

"Tapi uang dari mana untuk biaya operasi itu, Adnan?" Adnan berfikir sejenak, mendadak pikirannya mengarah pada seseorang yang bisa membantunya.

"Kamu jangan khawatir, soal biaya aku pasti bisa mendapatkannya."

BERSAMBUNG.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 111.

    Tuan Gultaf mengambil ponsel milik Sean yang tersimpan di saku celananya. "Bawa dia masuk ke dalam. Helena, kau bersiaplah." Dua memerintah kedua anak buahnya untuk mengangkat Sean yang sudah tidak berdaya membawanya ke dalam kamar.Sementara Helena masuk ke dalam kamar mandi dan mengganti baju yang dia kenakan menjadi baju tidur berbahan satin tipis berwarna hitam.Tuan George bertanya-tanya apa yang akan dilakukan oleh tuan Gultaf dengan ponsel milik putranya yang kini sedang dimainkan olehnya sambil menjauh."Apa yang sedang anda lakukan dengan ponsel anakku?" Dia memberanikan diri untuk bertanya.Tuan Gultaf justru menyerkitkan bibirnya. "Menyuruh Nyonya Alexander untuk datang kemari.""Apa?""Kenapa? Kau keberatan?""Tapi itu tidak ada dalam kesepakatan kita."Semula memang tuan George ingin memisahkan Sean dari Naura tapi entah mengapa sekarang hatinya berkata lain. Dia seperti tidak rela jika tuan Gultaf menyakiti Naura.Namun semua itu sia-sia, Naura bergegas kemari setelah t

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 110

    "Atau jangan-jangan kau belum bisa move one darinya?" Naura dibuat salah tingkah oleh ucapan Sean. "Apa maksud kamu? Aku bukan berniat untuk mengingat Adnan lagi tapi ..., tapi wanita itu_" ucapannya itu seperti tercekat di tenggorokan. Sean semakin penasaran. "Wanita? Siapa yang kau maksudkan?" Sambil menahan sebak di dada Naura berusaha mengatakan semuanya pada Sean. "Tadi ada seorang wanita datang ke sini dan mengatakan kalau kamu ada hubungannya dengan foto Adnan dan seorang wanita di hotel waktu itu. Tapi aku tidak tau siapa namanya." Sean menyerkitkan bibirnya. Rupanya masih ada yang ingin bermain-main dengannya. Dia berusaha mendekati Naura dengan halus, berharap tidak ada perlawanan lagi darinya. "Baby kau dengar. Banyak sekali orang di luaran sana yang berusaha menjatuhkan kita. Jadi aku harap kau jangan mudah percaya dengannya." Naura sadar kalau masa l

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 109.

    "Mencari aku? Untuk apa kamu mencari aku?"Kate kembali menyunggingkan senyumnya. "Kau memang bodoh! Bisa-bisanya kau tertipu oleh suamimu sendiri."Degh!"Apa maksud kamu?" Perasaan Naura semakin tidak enak. Wajahnya seketika memucat dengan nafas memburu karena merasa wanita ini tau banyak tentang Sean."Asal kau tau! Demi mendapatkan-mu Sean rela melakukan apa saja, termasuk menuduh kekasihmu itu.""Kekasihku?" Pikiran Naura mengingat kembali kekasih siapa yang Kate maksudkan. Sedang dia hanya punya satu mantan kekasih yaitu Adnan."Iya, kekasihmu yang sudah mati itu!"Tidak salah lagi, yang Kate maksudkan adalah si Adnan. "Adnan, me_memang apa yang sudah Sean lakukan pada Adnan?" Suara Naura bergetar. "Kau ini benar-benar bodoh! Coba kau pikir secara logika apa mungkin kekasihmu itu melakukan itu dengan wanita lain?" Jauh dari lubuk hati Naura memang dia menolak kenyataan itu karena dia tau bagaimana sifat A

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 108.

    Pagi hari Sean yang masih menutup matanya sambil tengkurap menggerayangi tempat tidur mencari istrinya, tapi Naura tidak ada di sampingnya.Penasaran apa yang sedang dilakukan oleh istrinya Sean pun membuka matanya dan segera beranjak turun.Dia mengendus, menghirup bau masakan yang tidak pernah terhirup di pagi harim"Hem, wangi sekali masakan ini."Dalam hatinya sudah menebak-nebak kalau yang masak di dapur adalah Naura. Walau Sean suka dengan aroma masakan itu tetapi dia mengerutkan keningnya.Dia tidak pernah mengizinkan orang yang disayang terjun langsung ke dapur dan mempercayakan pada kedua asisten rumah tangganya yakni Hilda dan Yusa.Sean turun. "Pagi, Honey," sapa Naura sambil tangannya tak berhenti memegang pekerjaan dapur."Sedang apa kau di sini?""Bikin nasi goreng! Kamu pasti suka nasi goreng buatanku.""Nasi goreng?" Rasanya nama itu tidak asing bagi Sean tapi dia belum pernah memakannya

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 107.

    "Kalian berdua sudah siap?""Tunggu sebentar, Honey." Naura berdiri sesaat melihat bangunan tua rumahnya. Rumah sederhana itu penuh dengan kenangan bersama sang ayah yang telah lama tiada. Hari ini dia harus ikut Sean ke kota untuk tinggal di istananya.Naura tak mungkin meninggalkan ibunya sendirian oleh karena itu dia mengajak bu Ningrum juga ikut ikut tinggal di sana.Sementara Jhoni sudah menunggu di dalam mobil. Sean mendekatinya dan memeluk Naura dari samping. "Aku tau ini tidak mudah untukmu, tapi aku yakin kalau Ayah pasti setuju dengan keputusanku." Naura menunduk sambil menahan air mata yang akan terjatuh."Kita berangkat sekarang." Karena Sean merasa dia akan lebih mudah untuk mengawasi dan melindungi keluarga barunya ini. Naura dan ibunya akan aman tinggal bersamanya.Mereka lalu berangkat ke istana Alexander dalam satu mobil yang dikendarai oleh Jhoni.Sekitar 15 menit mereka sampai di sana. Bu Ningrum membelalakkan matanya saat melintasi sebuah istana yang begitu besar

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 106.

    "Kau serius?" Tuan besar George mengangguk. "Iya, aku serius! Maafkan Daddy-mu ini, Nak." Sambil menahan rasa haru mereka mendekat satu sama lain dan berpelukan.Saat itu juga Naura keluar. "Hon, aku ..." Ucapannya terhenti saat melihat dua pria itu berpelukan. Dirinya yang baru saja selesai mandi kehilangan suaminya yang tidak ada di kamar, oleh karena itu Naura keluar untuk memastikan dimana Sean berada.Mendengar suara Naura datang mereka segera melepas pelukannya. Keduanya terlihat malu."Em, Babby. Kau sudah selesai mandi?" Naura menggeleng heran kenapa tuan George ada di sini. Kenapa mereka berpelukan, apakah mereka sudah baikan? Lalu apa tuan George mau menerima dirinya?Banyak sekali pertanyaan yang menaungi pikiran Naura saat ini."Kalian sedang apa di sini?""Kemari." Sean menyuruh Naura mendekat, tapi sepertinya dia masih ragu."Babby kemari." Wanita itu tidak melangkahkan kakinya sama sekali.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status