Share

Sengit

Author: Miss Wang
last update Last Updated: 2025-11-30 13:42:32

Empat layar menampilkan empat sudut gudang bawah tanah. Hujan deras memantul di jendela ruangan kontrol, menerangi wajah Mireya yang tegang—namun bibirnya tersenyum tipis.

“Lihat itu…” gumamnya sambil menyilangkan kaki. “Dia benar-benar datang untuk perempuan itu.”

Di sebelahnya, Tn. Thomas berdiri dengan wajah masam, kedua tangan di belakang punggung. Ny. Audrey duduk dengan pose kaku, kuku-kukunya yang panjang mengetuk meja, hampir patah saking tegangnya.

Di layar utama, Arsenio muncul dari kegelapan, masuk ke dalam frame.

Ny. Audrey bergidik. “Dia… mengerikan.”

Thomas mendengus. “Dia memang begitu. Kau lupa siapa dia?”

Mireya mengangguk kecil. “Dia monster. Tapi… monster yang tampan kalau sedang marah.”

Mireya menggeser kursinya lebih dekat, memerhatikan ekspresi Alexa yang ketakutan, dan bagaimana tubuh Arsenio otomatis melindunginya.

Senyum Mireya memudar.

“Aku tidak suka itu.”

Tn. Thomas menatapnya. “Rencana tetap berjalan. Kita tidak butuh dia mati. Kita butuh… tekanan.”

Mireya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gelora Gadis Buta & Bodyguard Dingin   Bulan Madu

    Keesokan harinya, pesawat lepas landas di pagi yang cerah, meninggalkan tanah yang menyimpan terlalu banyak kenangan duka—menuju kota yang berjanji pada keindahan dan permulaan baru.Alexa duduk di dekat jendela, tangannya digenggam Arsenio erat. Ketika roda pesawat terangkat, ia menutup mata sejenak, menarik nafas panjang. Ada getar kecil di dadanya—campuran harap, gugup, dan kebahagiaan yang terasa hampir tak nyata.“Kita benar-benar pergi,” bisiknya.Arsenio tersenyum, mencium punggung tangannya. “Tentu saja.”Perjalanan terasa singkat ketika mereka menghabiskannya dengan obrolan ringan dan tawa kecil. Arsenio berkali-kali memastikan Alexa nyaman, menata bantal, menyodorkan air hangat, memeriksa jadwal makan. Alexa menggodanya, menyebutnya terlalu protektif. Arsenio hanya mengangkat bahu—ia tak berniat berubah.Setelah menempuh perjalanan yang jauh, Paris menyambut mereka dengan cahaya lembut sore hari. Dari jendela mobil yang membawa mereka ke hotel, Alexa memandangi bangunan-ban

  • Gelora Gadis Buta & Bodyguard Dingin   Bahagia

    Hari-hari setelah pernikahan terasa seperti halaman baru yang ditulis dengan tinta hangat.Bukan karena mansion menjadi lebih terang atau dunia tiba-tiba ramah, melainkan karena ritme hidup Alexa dan Arsenio berubah—lebih pelan, lebih penuh perhatian, lebih hadir. Pagi tak lagi dimulai dengan agenda dan ancaman, melainkan dengan suara nafas satu sama lain. Malam tak lagi ditutup dengan kewaspadaan, melainkan dengan doa singkat dan genggaman tangan.Arsenio menjadi sosok yang nyaris berbeda— Menjadi lebih baik. Ia tetap tegas, tetap berwibawa, namun di hadapan Alexa—ia adalah pria yang selalu memastikan selimut menutup bahu istrinya, yang mengingatkan jam minum vitamin, yang menahan pintu lebih lama agar Alexa bisa melangkah tanpa terburu.Dan Alexa… menemukan dirinya belajar hidup tanpa takut.Suatu pagi, Arsenio mengantar Alexa ke rumah sakit untuk pemeriksaan kehamilan. Tangannya tak pernah lepas dari pinggang Alexa, seolah dunia di luar sana masih terlalu ramai untuk dibiarkan men

  • Gelora Gadis Buta & Bodyguard Dingin   Menjadi Ibu Rumah Tangga

    Malam itu berakhir dengan keheningan yang tidak lagi menakutkan.Alexa berdiri di balkon kamar, memandangi taman yang remang, sementara lampu-lampu kecil berkelip pelan seperti napas yang ditahan. Udara malam menyentuh kulitnya, dingin namun menenangkan. Ia menarik napas panjang—bukan untuk menahan tangis, melainkan untuk meredamnya.“Bu Peni sudah tenang,” katanya lirih, seolah berbicara pada angin. “Aku tahu… Ibu ingin aku bahagia.”Arsenio mendekat dari belakang, tak langsung memeluk. Ia memberi ruang—seperti yang selalu ia lakukan ketika Alexa sedang berdamai dengan perasaannya sendiri. Baru setelah bahu Alexa sedikit turun, Arsenio menyelipkan lengannya, menarik Alexa ke dalam dekapan yang hangat dan pasti.“Kita akan hidup,” katanya pelan. “Bukan untuk melupakan. Tapi untuk melanjutkan.”Alexa mengangguk. Di dada Arsenio, ia menemukan ritme yang sama seperti hari-hari terburuk mereka dulu—tenang, setia, tak pernah pergi.***Keesokan harinya... Pagi pertama sebagai istri Arseni

  • Gelora Gadis Buta & Bodyguard Dingin   Pemakaman

    Langit kelabu menggantung rendah di atas pemakaman itu, seolah ikut berduka.Tanah masih basah oleh hujan semalam ketika iring-iringan pelayat berdiri mengelilingi liang lahat Ny. Peni. Tak ada musik, tak ada pidato panjang—hanya isak yang tertahan dan doa-doa lirih yang bergetar di udara. Bunga-bunga putih ditaburkan perlahan, satu per satu, jatuh di atas peti yang sebentar lagi akan ditutup tanah.Alexa berdiri di barisan depan, mengenakan pakaian hitam sederhana. Tangannya menggenggam tangan Arsenio erat-erat, seolah jika ia melepaskan sedikit saja, seluruh tubuhnya akan runtuh. Wajahnya pucat, matanya sembab, namun tatapannya kosong—seperti sedang menatap masa lalu yang datang berbondong-bondong tanpa ampun.Ketika peti itu diturunkan, nafas Alexa tersendat.Ingatan itu datang begitu jelas.Ia melihat dirinya bertahun-tahun lalu—seorang gadis muda yang baru kehilangan dunia. Gelap total. Mata yang tak lagi bisa melihat. Orang tua yang pergi untuk selamanya. Dan di tengah kekosonga

  • Gelora Gadis Buta & Bodyguard Dingin   Pergi dengan Tenang

    Suara langkah kaki berlari memenuhi ICU. Perintah dokter bersahutan, tangan-tangan cekatan bekerja di atas tubuh Ny. Peni yang rapuh. Alexa berdiri terpaku di ambang pintu, napasnya tercekat, matanya tak lepas dari layar yang seakan menentukan nasib seorang perempuan yang baginya lebih dari sekadar ibu panti—ia adalah rumah.“Mohon menunggu di luar!” seru seorang perawat.Arsenio menarik Alexa ke dadanya, memeluknya erat ketika pintu kembali tertutup. Alexa gemetar, tubuhnya seperti kehilangan tulang.“Tidak… jangan sekarang,” bisiknya berulang-ulang. “Tolong… jangan sekarang…”Detik berjalan seperti jam yang patah.Lalu—bunyi monitor itu berubah.Bukan lagi nada panjang yang menusuk, melainkan irama pelan yang tertatih, seolah jantung itu sedang berjuang mengingat cara berdetak.Seorang dokter keluar. Wajahnya letih, namun matanya memberi sedikit cahaya.“Dia sadar,” katanya pelan. “Sebentar saja. Satu per satu. Jangan terlalu lama.”Alexa nyaris jatuh karena lututnya melemah. Arsen

  • Gelora Gadis Buta & Bodyguard Dingin   Kritis

    Tawa itu pecah terlalu tiba-tiba—lalu lenyap seketika.Di tengah pesta yang masih dipenuhi musik lembut dan gemerlap lampu, Ny. Peni terhuyung saat hendak berdiri. Gelas di tangannya jatuh, pecahannya berdering nyaring di lantai marmer, memotong suasana seperti pisau. Beberapa anak panti berteriak panik. Dania berlari mendekat, wajahnya pucat. Ny. Eli menjerit memanggil nama Ny. Peni berulang-ulang. Musik dihentikan mendadak. Para tamu berdiri, kebingungan. Arsenio bergerak cepat, menopang tubuh Ny. Peni yang melemas, sementara Alexa membeku—jantungnya seakan berhenti—melihat perempuan yang selama ini menjadi tiang cinta itu perlahan kehilangan kesadaran di pelukannya.Teriakan Arsenio menggema, "Siapkan mobil, CEPAT!"***Satu jam kemudian... Langkah seorang dokter berhenti tepat di hadapan mereka.Semua suara seperti menghilang—tangis anak-anak, derap langkah perawat, dengung lampu neon. Yang tersisa hanya satu detik yang menggantung, terlalu lama, terlalu kejam.“Pasien mengalam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status