Share

Hari Pernikahan

Author: Allyaalmahira
last update Last Updated: 2023-12-19 15:46:22

Cukup lama terdiam memikirkan persyaratan yang terlontar dari bibir Marvin, sebelum akhirnya Ginda menjawab.

"Baiklah kalau begitu, saya mau menikah dengan, Tuan!" Jawab Ginda yang membuat Marvin perlahan tersenyum.

Namun, senyuman itu bukanlah senyuman bahagia lantaran Ginda menerima lamarannya, senyuman itu adalah senyuman puas karena telah berhasil menaklukkan persyaratan sang Ibu.

Dipaksa menikahi gadis buta seperti Ginda, bukanlah hal yang mudah, Marvin harus mengorbankan perasaannya, dan mengabaikan harga dirinya.

Namun ini semua demi harta dan tahta, karena jika Marvin tak menikahi Ginda, Sukma akan menarik semua fasilitasnya.

Tidak ada yang tahu apa tujuan Sukma? Bahkan Marvin sendiri pun bingung dan tak habis pikir, dengan permintaan sang Ibu yang terbilang nyeleneh.

Hari demi hari berlalu sebuah pernikahan sederhana yang akhirnya terjadi. Bukan tak mampu untuk membuat pesta dihari ini, namun Marvin tak ingin pernikahannya ini terdengar sampai ketelinga para koleganya.

"Saya terima nikah dan kawinnya Ginda Almaneta binti almarhum Danang dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

Begitu lantang Mavin mengucap kalimat sakral tersebut, kalimat yang kini menggema di tiap sudut rumah sederhana milik Ginda. Sebuah kalimat yang dapat mengikat Ginda dan Marvin menjadi pasangan suami istri.

Tak menyangka, kini statusnya telah menjadi seorang istri. Entah, haruskah Ginda bahagia? atau justru bersedih? Karena sejujurnya Ginda pun menerima pernikahan itu karena terpaksa.

Jika bukan perkara hutang, Ginda tak akan mau menjadi bahan paksaan seperti saat ini, karena menikah hanya karena perkara hutang bukan hal yang membahagiakan bagi Ginda.

"Selamat ya, akhirnya kalian menikah juga. Terimakasih ya Marvin sudah mau menuruti ucapan Ibu," ucap Sukma tersenyum bahagia.

Sukma adalah ibunda Marvin yang memaksanya menikah dengan Ginda, karena sebuah perkara yang telah ia ketahui.

Namun sepertinya kebahagian itu tak terjadi pada Ginda dan Marvin, raut wajah keduanya muram dan tanpa senyuman. Karena mereka berpikir segalanya yang dipaksa tidak akan membuat bahagia.

Kini langkah Ginda perlahan menjauh, menyendiri dengan hati sepi, air mata yang tak terhenti itu terus membasahi pipi.

"Semua ini karena pembunuh itu, kalau bukan karena dia pernikahan ini tidak akan pernah terjadi," batin Ginda terpukul.

Setelah kecelakaan itu terjadi, Ginda harus menerima kenyataan pahit. Selain divonis buta, ia juga harus kehilangan sang ayah.

Dan hari ini ia juga harus mempertaruhkan hidupnya dengan pernikahan terpaksa, Ginda harus menikah dengan laki laki yang tak ia cinta karena sebuah hutang. Hutang yang terjadi karena kebutaan itu lah penyebabnya.

Sementara jiwa yang bersedih terbagi dengan angan angannya, ingatannya tertuju pada cita cita yang harus ia korbankan.

"Dan sekarang apa aku benar benar harus menenggelamkan cita citaku?" Tambah batin Ginda menangis.

Bercita cita menjadi desainer ternama, rasanya semakin sulit Ginda gapai, selain keterbatasan nya kini pun pernikahannya. Rasanya ia sudah pasrah atas hidupnya kali ini.

Gadis yang terbalut kebaya syar'i dan hijab berwarna putih itu terlihat sangat cantik, namun senyumnya terhapuskan karena butiran air mata yang lagi lagi terjatuh.

Di tengah tengah ratapannya, tiba tiba terasa sebuah tangan meraih bahunya, hingga membuat Ginda dengan cepat mengusap air mata.

"Sudahlah, nak. Jangan menangis lagi. Bukankah ini keuntungan buat kamu? Kamu menjadi istri orang kaya, dia pasti akan membantumu keluar dari masalah ini, Nda," ucap seorang wanita paruh baya yang tidak lain adalah Rumi, orang tua Ginda.

"Tapi, Bu. Bagaimana dengan cita citaku setelah ini? Aku pikir aku masih bisa berjuang, tapi ternyata.."

"Ginda, bukan kah harapanmu itu terbengkalai karena kebutaanmu ini? Pernikahan ini bukan akhir dari segalanya, nak. Justru dengan kamu menikah dengan Marvin, kamu akan dengan mudah melakukan operasi mata, kamu akan bisa melihat kembali, dan kamu bisa melanjutkan perjuanganmu," ucap Rumi yang membuat Ginda seketika terdiam.

Masuk akal, Ginda yang sedikit mengangguk atas pernyataan sang Ibu, karena mungkin Marvin tak akan membiarkan istrinya buta begini, apa lagi biaya operasi mata yang harus Ginda lakukan tak akan menguras kantong Marvin.

Percakapan itu terjadi di jarak yang sedikit jauh, hingga tak ada satu orang pun yang mendengarnya.

"Tapi, Bu. apa ya alasan Bu Sukma meminta anaknya untuk menikahi aku? Bukankah aku ini hanya gadis buta, yang ngga sebanding sama mereka?"

"Bersyukur, nak. Itu artinya mereka adalah orang yang baik. Sudahlah, jangan kamu hiraukan masalah itu lagi, karena sepertinya ini memang jalan terbaik untuk masa depanmu."

Tak dapat berkata apa apa lagi, Ginda kini terdiam pasrah, menerima dengan lapang dada takdir apa yang hendak terjadi padanya.

Jika memang menikah dengan Marvin adalah takdirnya, maka ia akan menjalaninya dengan ikhlas dan sabar.

Marvin Marcello adalah pemimpin perusahaan keluarganya, PT Vincell Konstruksi, perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor konstruksi terbesar di kota Jakarta.

Sepertinya tidak akan ada ruginya, jika takdir membawa Ginda kedalam keluarga Marvin, karena keluarga tersebut adalah keluarga kaya yang sangat terpandang.

Namun dengan pernikahannya ini, Ginda tak akan terbuai ia tetap kekeh akan pembalasan dendamnya, pada seseorang yang telah membuat kondisinya seperti sekarang ini.

"Semua ini karena laki laki itu. Bu, laki laki pembunuh yang membuat aku jadi seperti ini, dia juga yang menyebabkan ayah meninggal, Bu. Aku berjanji, akan mencarinya sampai mana pun, karena dia harus bertanggung jawab dengan semua ini."

Mendengar ucapan itu hati Rumi terenyuh, hingga perlahan ia merengkuh tubuh sang anak, membawa dalam dekapannya untuk menenangkan.

"Sudah ya, yang terpenting sekarang kamu tenang dulu, acara pernikahan kalian kan belum selesai, jangan sampai kamu merusaknya," tambah Rumi setelah melepas dekapannya yang membuat Ginda pun terdiam.

Sementara Sukma, yang memandang Ginda dengan seksama, pandangannya seperti memiliki arti, dan senyumannya seperti tampak iba.

Entah apa alasan Sukma sebenarnya? hingga memaksa sang anak untuk menikahi gadis buta seperti Ginda, bukankah Marvin dapat dengan mudah mendapatkan wanita yang lebih cantik dan lebih baik darinya?

"Maafkan saya, Ginda. Mungkin hanya dengan cara ini saya bisa menolong kamu, dan bertanggung jawab atas semuanya," batin Sukma dengan pandangan tak berkedip.

BERSAMBUNG...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (14)
goodnovel comment avatar
Rifatul Mahmuda
kayaknya Bu Sukma yang menjadi penyebab kecelakaan itu
goodnovel comment avatar
lutfi08
aku kok curiga kalau Marvin ya,
goodnovel comment avatar
Zetha Salvatore
Wah Bu Sukma jangan-jangan penabrak lari yang nyebabkan Ginda buta dan Ayahnya tewas. deg2an sayah hihi
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gadis Buta Pilihan Sang Tuan Duda   Happy Ending

    Hari demi hari berlalu, membawa perubahan yang luar biasa dalam kehidupan Ginda. Kini, dengan bantuan setia Marvin, Ginda mampu berjalan kembali meskipun masih perlu bantuan. Suasana bahagia pun terasa di antara keduanya. "Alhamdulillah, Mas, akhirnya aku bisa jalan lagi," ucap Ginda penuh kebahagiaan, senyumnya merekah di wajahnya yang berseri.Marvin tersenyum lembut, "Kamu hebat, kamu bisa melalui cobaan ini."Ginda menatap Marvin dengan penuh rasa syukur, "Ini semua 'kan juga berkat Mas, kalau ngga ada Mas Marvin mungkin aku ngga menjadi Ginda yang setegar ini. Terimakasih, ya, Mas, untuk semua kebaikan kamu, kamu yang udah menerima aku apa adanya, sampai aku bisa jalan lagi seperti sekarang."Marvin tersenyum hangat, "Ini tugasku, Nda. Sebagai suami, sudah seharusnya aku mendampingi kamu, dalam suka maupun duka."Ucapan Marvin membuat Ginda tersenyum bahagia, merasa bersyukur memiliki seorang suami yang selalu ada untuknya, dalam se

  • Gadis Buta Pilihan Sang Tuan Duda   Kedatangan Ginda

    Marvin memasuki hutan dengan hati penuh kekhawatiran, mencari jejak yang bisa mengantarkannya pada keberadaan istrinya, Ginda. Namun, semakin lama ia berada di dalam hutan yang lebat, semakin redup harapan yang ia sandarkan. Setiap langkah yang diambilnya terasa begitu berat, dipenuhi kegelapan dan ketakutan. "Ginda!" teriak Marvin dengan suara gemetar. Namun, tak ada jawaban yang terdengar kecuali desiran angin dan hiruk pikuk hutan yang sunyi. Ia meraba setiap sudut hutan, memanggil nama istrinya tanpa henti. Namun, waktu terus berlalu tanpa kehadiran Ginda yang dicarinya. Kesedihan merayapi hati Marvin, merangkulnya dalam kehampaan yang tak terperi. Pikirannya melayang jauh, membayangkan hal-hal mengerikan yang mungkin terjadi pada Ginda. Dan pada suatu titik, rasa putus asa itu mengubah energinya, membuatnya merasa tak berdaya, hampir tak sanggup melangkahkan kakinya lagi. Dengan langkah tertatih, Marvin berbalik ara

  • Gadis Buta Pilihan Sang Tuan Duda   Terbongkarnya Kejahatan Dinda

    Hari semakin hari Berlalu, Marvin yang semakin curiga pada Dinda karena terdapat keanehan dan kejanggalan pada wanita yang ia anggap istrinya itu. Hari ini Dinda yang duduk menyilangkan kaki di tepi kolam renang tangannya terus menggenggam ponsel sambil tertawa-tertiwi, melihat itu Marvin pun heran rasanya Ini bukan sikap Ginda, pasalnya sejak menjadi istri Ginda tak pernah berperilaku demikian. "Ginda, aku mau bicara sebentar," ucap Marvin yang membuat wanita itu dengan cepat menurunkan kakinya. "Kenapa sih, Mas? mau bicara apa? kalau ngga penting lebih baik ngga udah deh, aku lagi sibuk," jawab Dinda yang membuat Marvin melebarkan mata. Kini rasa curiga semakin memenuhi hatinya, Marvin mengira jika Ginda yang ada dihadapannya saat ini bukanlah Ginda istrinya. Tak menunggu lama, kini Marvin pun mendekat meraih tangan Dinda hingga membuatnya terkejut. "Apa-apaan sih kamu, Mas? kenapa kamu kasar sama aku?"

  • Gadis Buta Pilihan Sang Tuan Duda   Rencana Jahat Dinda Berhasil

    Niat Dinda untuk menggantikan posisi Honda telah berhasil, hatinya bahagia serta puas melihat keberhasilannya saat ini. Karena wajah dan penampilan yang sama persis, hingga Sukma yang tak sadar jika wanita yang ada dihadapannya saat ini bukanlah menantunya. Dinda merasa jantungnya berdegup kencang ketika Marvin tiba-tiba muncul di tengah-tengah kebersamaannya dengan Sukma. Dengan wajah serius, Marvin menyapa mereka, "Assalamu'alaikum.""Walaikumsalam," jawab Dinda dengan cemas, berusaha menjaga ketenangan meskipun hatinya berdebar-debar.Marvin, tanpa menyadari keberadaan sebenarnya, bertanya dengan heran, "Lagi pada bahas apa sih? Serius banget kayanya."Sukma, tanpa sadar memperburuk situasi, menjawab dengan semangat, "Ini loh, Vin, kita lagi bahas Dinda, masa tadi Dinda ninggalin istrimu sendirian, untung dia bisa pulang sendiri kalau ngga gimana coba?"Mendengar ucapan itu, Marvin pun terbelalak. Matanya terbuka lebar, mencari kebena

  • Gadis Buta Pilihan Sang Tuan Duda   Sandiwara Dinda

    Didalam ruang kamar Dinda. Ia yang kini terduduk dengan raut wajah serius. Setelah memasuki kamar dan mengunci pintunya kini Dinda terduduk memperhatikan pemandangan luar. "Aku harus mulai rencanaku secepatnya, sebelum Ginda bisa jalan lagi dan buat aku susah melakukan rencanaku," gumam Dinda lirih. "Maafkan aku, Ginda. Bukan maksud ingin menjadi saudara yang kejam, tapi takdir yang membuatku tega melakukan ini padamu," batin Dinda dengan pandangan tajam. Setelah memikirkan apa yang hendak ia rencanakan kini Dinda pun beranjak, keluar kamar dan menemui Ginda yang sedang berada di halaman belakang rumahnya. "Ginda," panggil Dinda yang membuat Ginda seketika menoleh. "Dinda, ada apa?""Bisa antar aku ke suatu tempat? aku mau ketemu temenku, tapi aku ngga tau tempat itu dimana alamatnya.""Temen?"Sejenak Ginda terdiam, hatinya sedikit merasa tak tenang ada sesuatu yang mengganjal dibalik ajakan saud

  • Gadis Buta Pilihan Sang Tuan Duda   Kehadiran Sri

    "Sesuai rencana," batin Dinda setelah memasuki rumah. Apa maksud ucapannya barusan? rencana apa yang bersarang diotaknya? bahkan ekspresi wajahnya pun menunjukan arti kepuasan. "Akhirnya aku bisa masuk rumah ini dengan begitu mudah," tambah batin Dinda tertawa. Ya, ternyata amnesia yang Dinda alami hanya sebagai sandiwara belaka, demi mewujudkan keinginan dan ambisinya untuk dapat masuk ditengah tengah rumah tangga Marvin Marcello. Benar benar jahat, wanita tak punya hati sudah ditolong malah ingin menikam. Saudara kandung macam apa Dinda ini? mengapa ia begitu tega? "Setelah ini aku akan merebut semuanya dari kamu, Ginda. Aku yang akan menjadi ratu dirumah ini," tambah Dinda tertawa dalam hati. Melihat ekspresi Dinda rasanya Sukma mulai curiga, lantaran ia yang tak menyukai Dinda sejak dulu, ditambah lagi Sukma mengetahui bagaimana perlakuan Dinda pada Ginda menantunya. "Apa yang sedang direncanakan wanita itu? a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status