Sementara itu, suasana di ruang gedung Perusahaan sudah sangat rame dan banyak pegawai yang lalu lalang untuk melakukan aktivitasnya.
Begitu juga salah satu rekan kerja Intan sedang mengeringkan lantai yang basah karena air yang tumpahan dari ember yang tertendang oleh kaki Rain. Banyak yang pura-pura sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing, namun mereka secara diam-diam memperhatikan yang sedang terjadi. "Hm, seperti itu caramu meminta maaf, mudah sekali bagimu dengan cara begitu saja kamu minta maaf kepadaku, apa kamu kira aku sama seperti temanmu pemungut sampah jalanan," hina Chris kepada Intan. "Lalu bagaimana caranya saya meminta maaf" tanya Intan kembali kepada Chris. "Dilempar pun kamu dari lantai lima ke lantai bawah ini, tidaklah cukup, yang artinya nyawamu pun tidak ada artinya buatku untuk menebus kesalahanmu ini, kamu camkan itu!" bentak Chris kepada Intan. Sontak semua orang-orang terkejut dan melihat ke arah Intan dan Chris. "Mulai aku di lahirkan Ibuku sampai detik ini, belum pernah ada yang berani meremehkan aku, baru kamu ini satu-satunya orang, yang berani meremehkan aku" hentak Chris kembali kepada Intan. "Lalu, bagaimana caranya aku meminta maaf kepadamu?" Tanya Intan. "Bagus kalau kamu mau tanyakan itu, sekarang kamu berlutut di kakiku lalu cium sepatu mahalku ini, kamu tidak akan pernah sanggup untuk membeli barang mahal ini, paling tidak aku masih memberimu kesempatan menyentuhnya, cepat!" Chris kembali berteriak kepada Intan. Intan masih terlihat terdiam, dan berdiri tepat di depan Chris. "Cepat!." teriak Chris kembali. Intan kembali terkejut, begitu juga dengan orang-orang yang berada di ruangan itu. Berlahan-lahan Intan mulai berlutut di depan Chris. Intanpun memandangi sepatu Chris itu, dan berlahan-lahan menundukkan wajahnya ke arah sepatu Chris. Betapa hancurnya hati Intan harus mendapatkan perlakukaan ini. Intan ingin memberontak seandainya dia bisa menolak hal ini. Namun karena kesulitan ekonomi dalam keluarganya membuat Intan saat ini benar-benar membutuhkan pekerjaan. Intan kembali mengingat sepuluh hari yang lalu, saat Ibu Selvi hampir mengusir paksa mereka dari rumah kontrakan mereka. Bruak .... Saat itu suara meja yang terpental karena tendangan pemilik rumah kontrakan yang mereka tempati membuat Intan dan Ibunya sampai memejamkan mata karena ketakutan. "Pergi kalian dari rumah ini!" hentak Ibu Selvi mengusir keluarga Intan dari rumah yang dikontrakkannya itu. "Tolong Bu, beri kami waktu berapa hari lagi," ujar Ibu Rahma Ibunya Intan itu. "Tidak! Aku tidak akan memberi kalian waktu lagi, kalian itu semakin diberi kesempatan berkali-kali, kalian semakin melonjak!" hentak Ibu Selvi membalas ucapan Bu Rahma Ibunya Intan saat itu."Ku mohon Bu, kasihani kami, kami janji kami akan segera membayar uang sewa rumah ini." Intan dengan wajah yang memelas memohon kepada Bu Selvi. Namun Bu Selvi sepertinya tidak peduli, Bu Selvi tetap dengan keputusannya, akan mengusir keluarga Intan. Intan bersimpuh duduk didepan kaki Bu Selvi dan memohon kepada Bu Selvi agar mengasihi keluarganya, agar mereka tidak diusir dari rumah itu."Bu Selvi, tolong kasihani kami, kemana kami akan pergi jika Ibu Selvi mengusir kami, apalagi ini sudah menjelang malam Bu, tolong kasihani kami," rintih Intan dengan suara yang meraung. Namun tetap saja Bu Selvi tidak menaruh iba, Bu Selvi malah mendorong tubuh Intan, sehingga membuat Intan hampir rebah dilantai."Angga, jangan begitu Nak" tegur Ibu Rahma kepada Angga anaknya itu. "Tuh dengarin kalau orang tuamu kasih tau cara sopan santun ya, jangan jadi orang yang keras kepala" semprot Ibu Selvi kepada Angga sambil menunjuk wajah Angga dengan jari telunjuknya. "Sudahkan Bu, tidak ada yang perlu dibahas lagi?" ujar Angga kepada Ibu Selvi.Sontak Ibu Selvi mengerutkan dahinya dan matanya melotot menatap ke arah wajah Angga. "Dasar! Baru saja dibilangin sudah ngebantah, memang anak tidak tau diri kamu itu" umpat Ibu Selvi kepada Angga dengan nada marah. "Ibu Selvi, maaf atas sikap Angga anakku ya Bu." kata Ibu Rahma meminta maaf kepada Ibu Selvi atas sikap Angga anaknya itu. "Makanya Bu Rahma, anak itu diajarin tata krama dan sopan santun, terutama lebih tau diri lagi," umpat Ibu Selvi kembali kepada Ibu Rahma menyindir sikap Angga yang tidak sopan saat memberikan uang kepadanya. "Baik Bu, aku pasti menasehati anakku nanti, sekali lagi aku mohon maaf ya Bu." kata Ibu Rahma sembari memoho
"Oh jadi akhirnya kamu setuju Intan, tapi ingat ya, bukan berarti segampang hanya mengucapkan dimulut saja, aku beri kamu waktu seminggu lagi untuk mulai mencicil tunggakan sewa rumah ini" kata Ibu Selvi mengingatkan kepada Intan. "Baik Bu, aku janji aku akan berusaha mencicilnya mulai minggu depan" jawab Intan kepada Ibu Selvi. Ibu Selvi tampak mengerutkan dahinya melihat sikap Intan yang enteng saat mengucapkan kata-katanya itu. "Hei Intan! kamu jangan anggap sepele ya, ingat jika kamu tidak sanggup membayar cicilannya minggu depan, tanpa basa-basi lagi, aku akan akan perintahkan anak buahku untuk membuang barang-barang kallian ke jalanan sana, ingat itu!" hentak Ibu Selvi kemudian. "Iya Bu, aku janji Bu, aku tidak akan mengecewakan Ibu Selvi lagi" kata Intan untuk menyakinkan Ibu Selvi. "Okey, aku tagih janjimu minggu depan" kata Ibu Selvi membalas ucapan Intan. "Oh ya, waktuku sudah banyak terbuang sia-sia untuk kalian, Ibu Rahma! sekarang kasih aku uang berapa saja yang ka
Ibu Selvi berteriak memanggil kedua anak buahnya yang sedang berdiri diluar rumah kontrakan itu. Dengan sigap kedua anak buah Selvi itu datang menghampiri Ibu Selvi kedalam rumah. "Iya Bu" sahut ke dua anak buah Ibu Selvi pada waktu itu secara bersamaan saat mereka sudah berdiri tepat disamping Ibu Selvi. "Tolong kalian buang barang-barang mereka ini kejalanan sana, mereka tidak mau keluar rumah ini dengan baik-baik, mereka sepertinya menginginkan diusir dengan secara paksa," ucap Ibu Selvi menjelaskan kepada kedua anak buahnya itu. Namun suami Ibu Selvi tampak mengerutkan dahinya, sebenarnya dia tidak sejalan dengan pikiran istrinya itu, namun karena suaminya tidak bekerja dan hanya mengandalkan pendapatan istrinya saja untuk kebutuhan rumah tangga khususnya anak-anak mereka, membuat dirinya tidak bisa bertindak tegas pada istrinya itu. "Ma, apa harus malam ini, apa Mama tidak bisa kasih mereka waktu menunggu sampai besok? ini sudah malam loh Ma" suami Ibu mencoba untuk membuju
"Intan tidak bermaksud begitu kepada Ibu Selvi, saat ini yang kami bisa lakukan hanya memohon kepada Ibu Selvi," Intan masih terus memohon dengan suaranya yang lirih. Namun Ibu Selvi terus saja menatap Intan dengan tatapan yang sinis. "Aku sudah kasih kalian kesempatan, asalkan kalian mau menyanggupi syarat yang aku berikan, apa kalian masih bilang aku tidak punya perasaan?, atau kalian memang benar-benar mau diusir malam ini juga?" hentak Ibu Selvi dengan mata tertuju kepada Intan. Intan kini terlihat diam dan tidak langsung menanggapi perkataan Ibu Selvi. Begitu juga dengan Ibu Rahma hanya tertunduk dan diam saja, Ibu Rahma tidak berani menanggapi syarat yang diajukan oleh Ibu Selvi. Karena Ibu Selvi kuatir tidak mampu mengatasinya dan Ibu Rahma tidak mau membebani anak-anaknya dikemudian hari. "Aku mohon Bu Selvi, tolong kasihani kami, Intan sudah berjanji kepada Ibu Selvi akan segera mencari pekerjaan, begitu Intan dapat pekerjaan, Intan akan mencicil uang sewa rumah yang s
"Aku janji kepada Ibu Selvi, aku akan usahakan dapatkan kerjaan, aku akan menyicilnya nanti, aku janji Bu," mohon Intan kembali dengan wajah yang memelas. "Rugi aku kalau masih kasih kalian kesempatan lagi, nanti kamu nyicil tunggakan untuk satu bulan saja udah berapa lama, yang ada malah tunggakan kalian makin tambah, kalau aku sewakan rumah ini keorang lain, maka aku bisa dapat uang sewa dengan rutin, tidak seperti kalian yang kerjanya menunggak terus, jujur selama ini aku udah merasa kesal harus menghadapi orang seperti kalian, makanya daripada aku semakin pusing, lebih baik aku sewakan ini kepada orang lain." cerca Ibu Selvi dengan wajah kesalnya. "Aku mohon Bu, aku janji, aku akan mencari pekerjaan itu secepatnya" Intan masih belum menyerah membujuk Ibu Selvi agar mengurungkan niatnya mengusir keluarganya. "Intan, kamu pikir apa aku dan keluargaku tidak butuh uang? Sampai kapan aku menunggunya? apalagi mencari pekerjaan itu sulit." semprot Bu Selvi kembali. "Bu, aku janji ak
Bu Rahma yang melihat putrinya diperlakukan seperti itu membuat hatinya seperti dikoyak-koyak. "Intan!" Rintih Ibu Rahma yang melihat putrinya hampir tergeletak di lantai. Bu Rahma langsung menghampiri Intan dan membantu Intan untuk berdiri. "Bu Selvi, saya mohon Bu, beri kami waktu lagi, jangan usir kami apalagi ini sudah malam Bu Selvi" Ibu Rahma kini yang kembali memohon kepada Ibu Selvi. "Tidak! Aku tidak akan beri kalian kesempatan lagi" hentak Ibu Selvi. "Ingat! kalau kalian tidak mau pergi juga dari rumah ini, maka aku akan menyuruh anak buahku mengusir kalian secara paksa, aku akan suruh mereka membuang semua barang-barang kalian ke jalanan sana" kata Ibu Selvi kembali dengan nada mengancam. Sesaat setelah Ibu Selvi melontarkan kata-kata ancamannya itu, ke tiga Adik laki-laki Intan pun datang. Angga Anak ke dua Ibu Rahma itu terperanjat melihat Kakaknya dan juga Ibunya berdiri dengan posisi Ibunya memeluk Intan. Angga melihat Ibu Selvi dengan wajahnya yang terlihat g