Share

Gadis Menyebalkan

Kesan pertama sebuah perkenalan adalah saat kita pertama kali bertemu.

Sean Wijaya

Seorang lelaki dengan pakaian rapi berjalan dengan tergesa setelah turun dari mobilnya, dia begitu kesal setelah mendapat laporan bahwa tender perusahaan yang nilainya milyaran rupiah gagal.

"Suruh Dave datang sekarang juga, jika tidak, bilang saja padanya tak perlu datang selamanya ke kantor," ujar pria itu dengan nada kesal.

Dave adalah sahabat sekaligus merangkap sebagai asisten pribadinya, dia memiliki paras tampan dan hobi bermain wanita, semua orang tahu dia playboy.

"Iya, siap Pak," jawab sekretaris Sean dengan suara centil seperti biasa.

"Bagus!"

Sean mematikan ponsel setelah memberikan perintah pada sekretarisnya. Namun, sial saat terburu-buru kakinya menyandung selang hingga membuat pria itu hampir terjatuh.

"Shit! Perbuatan siapa ini!"

Sean meletakkan tangan di pinggang, dengan wajah yang terlihat tegang dan kesal karena tak pasal-pasal dia hampir saja tersungkur gara-gara selang air yang entah siapa yang memasangnya.

Lelaki dengan alis tebal itu mengedarkan pandangannya hingga tatapannya terkunci pada sosok berpakaian security yang sedang asik menyiram bunga.

Sean menarik napas," ouh dia rupanya biangnya!"

Lelaki itu menurunkan kedua tangannya lalu berjalan mendekati security yang sedang asik menyiram bunga sambil bernyanyi kecil.

"Hai!"

Sean menepuk pundak lelaki itu kasar hingga pria itu kaget dan spontan menyemprotkan air dari selang ke tubuh Sean hingga basah kuyup.

"Sial, apa kamu buta!" bentak Sean sambil mengusap wajah dan bajunya.

Lelaki yang kesehariannya bekerja sebagai security kantor itu tampak membulatkan mata, dia kaget sekaligus menciut nyalinya setelah menyadari apa yang terjadi.

Sementara Sean mendengus kesal, wajahnya yang putih berubah merah padam karena menahan amarah.

"Mulai besok, kamu jangan pernah datang ke kantor ini lagi, kamu saya pecat!" seru Sean dengan mata yang membulat.

Security tadi membulatkan mata dan mulutnya bahkan terbuka untuk sesaat.

"Pak, saya mohon jangan pecat saya, Pak, saya baru saja ambil kredit motor, kalau bapak memecat saya bagaimana saya akan membayarnya?" tanya lelaki itu, tatapannya terlihat memohon.

"Itu bukan urusan saya," jawab Sean sambil menunjuk wajah si security lalu memutar tubuh meninggalkan si security. Dia bahkan ak peduli dengan teriakan security tadi.

"Pak, apa ada hujan di rumah bapak?" tanya seorang wanita berpakaian sexsi yang bahkan pakaiannya juga tidak menutup bagian dada yang menonjol miliknya bahkan paha mulusnya juga terlihat jelas.

Sean kembali mendengus kesal.

"Ini bukan saatnya bercanda!"

"Yah, saya kan nanya, Pak," ucap gadis itu pelan.

"Sekarang kamu lari ke toko baju depan itu lalu kamu belikan aku kemeja sama jas, dalam waktu sepuluh menit kamu harus kembali dengan membawa pakaian ganti untuk saya, jika tidak maka sebaiknya kamu membuat surat pengunduran diri saja!"

'Busyet deh ganteng-ganteng kok suka mengancam orang,' kata gadis itu dalam hati.

"Tunggu apalagi, mau kamu dipecat!"

Seruan keras Sean itu mengagetkan wanita cantik yang ternyata adalah sekretaris Sean.

"Iya, Pak, saya akan segera pergi."

Sean kembali mendengus kesal lalu melangkah dan masuk ke dalam mobilnya..

"Sial, dia pikir aku tanaman main siram aja," ujar Sean yang kemudian membuka jas dan kemejanya hingga menyisakan kaos singlet berwarna putih bersih karena takut masuk angin.

Cukup lama pria itu menunggu hingga dari balik kaca mobil dia melihat sekretaris genitnya itu berlari dengan membawa plastik berlogo butik terkenal di tangan. Tanpa membuang waktu Sean membuka pintu lalu keluar dari dalam mobil.

"Aww," teriak gadis genit itu saat melihat dada bidang Sean yang putih dengan bulu halus yang terlihat.

Gadis itu spontan membalikkan tubuhnya.

"Ya Tuhan mimpi aku melihat malaikat tampan dipagi yang cerah ini," gumam gadis berpakaian sexsi lalu tersenyum sambil memejamkan mata.

Otaknya pun traveling kemana-mana membayangkan dipeluk oleh Sean, betapa hangat dan nyamannya saat dada bidang itu menjadi sandaran kepalanya.

"Hai, berikan bajuku!" sinis Sean yang langsung membuyarkan lammunan indah sang sekretaris.

"Ini, Pak," jawabnya sambil menyerahkan plastik berisi baju milik Sean, senyum masih tersungging dibibir berlipstik merah hingga terlihat seperti memakan darah itu.

Sean segera mengambil plastik itu dengan sedikit kasar, wajahnya datar tanpa ekspresi.

"Terimakasih, Pak," ujar sekretaris Sean dengan gaya centilnya.

"Gak jelas banget, sekarang lebih baik kamu cepat masuk ke kantor lalu kerjakan semua pekerjaan kamu!" perintah Sean dengan nada dingin seperti biasanya sebelum memutar tubuhnya dan mengayunkan langkah meninggalkan sekretarnya.

Sean segera masuk ke dalam mobil lalu mengganti bajunya dengan baju yang baru. Pria itu mengambil ponsel dan kembali menelpon seseorang.

"Hallo, Cheterin! Kamu ambil baju kotor saya lalu bawa ke laundry sekarang juga!" perintah Sean pada orang diseberang sana, seperti biasa nada bicara lelaki itu dingin, wajahnya datar tanpa ekspresi dan tak ada senyum sama sekali dibibir merah alami khas pria itu.

Lelaki itu kemudian membenarkan kemeja yang baru saja dia pakai, warnanya tidak terlalu dia suka. Tapi, tak ada pilihan lain mau tak mau dia harus memakainya dari pada masuk angin.

Sean segera melangkahkan kakinya keluar dari mobil sembari kembali menelpon asisten pribadinya yang entah pergi kemana.

"Hallo," sebuah suara lelaki terdengar diseberang sana, suaranya terdengar serak seperti baru bangun tidur. Terdengar juga suara wanita ditelpon itu.

"Aduh sayang, masa mau lagi, kemarin saja aku udah capek, punya kamu itu berdiri terus."

"Sial! Kamu main perempuan lagi ya," kesal Sean, asistennya itu tak pernah berhenti main perempuan.

"Biasalah Bos, refreshing, untuk apa kita tampung benih kita itu lama-lama, lebih baik kita keluarkan biar pikiran kita menjadi lega," jawab Dave santai.

"Dasar pria playboy, di otak kamu itu tak ada yang lain selain selangkangan wanita," kesal Sean.

"Fiuh, begini ni kalau punya bos yang taunya cuma bekerja tanpa tau bersenang-senang."

Sean yang kesal menarik napas dalam.

"Dengar,kita kalah tender dan kita rugi milyaran. Tapi, kamu malah enak-enakan dengan wanita jalanan untuk menyalurkan hasrat, apa kamu gak mikir kalau pabrik ini bangkrut, kamu gak ada kerja?" Wajah Sean terlihat marah sekaligus kesal.

"Tenang, Bos. Gak akan bangkrut karena gagal satu tender kita dapat tender yang lain," jawab Dave santai.

"Hai, kamu gak punya mata, dasar muka saja ganteng. Tapi, akhlak nol."

Mendengar suara sinis seorang gadis yang mengumpatnya Sean menurunkan telepon lalu memegangnya. Dia heran ketika melihat seorang gadis berpakaian service dengan memagang alat pel ditangan menatap kesal ke arahnya. Kesambet apa ini cewek.

"Ada apa?" tanya Sean karena memang dia tak paham kenapa cewek itu tiba-tiba marah tanpa sebab.

"Ada apa, ada apa, kamu gak lihat lantai ini kotor lagi," sinis gadis itu.

"Ya kalau kotor, kamu bersihkan lagilah, apa susahnya," jawab Sean yang baru menyadari kalau dia menginjak lantai yang baru saja di pell, bahkan bekas sepatunya sampai terlihat jelas di lantai yang masih basah itu.

"Eh enak aja ini kan yang buat kotor kan kamu, ya kamu harus tanggung jawab dong," kata gadis itu memberikan pengepel pada Sean membuat pria itu membulatkan matanya.

Dengan nada marah dia berkata," heh, berani sekali kamu menyuruh aku ya, memang kamu gak tahu siapa aku!" teriak Sean.

Mata Sean membola, rahangnya mengeras.

"Gak tau dan gak mau tahu, yang aku katakan tau kamu itu sudah mengotori kembali lantai yang telah susah-susah aku pel dan sekarang kamu harus membersihkannya, titik," balas gadis itu sengit.

Sean begitu kesal, emosinya mulai memuncak.

"Kurang ajar kamu ya!" Sean menunjuk wajah sang gadis hendak mengumpat dan memecatnya seperti yang biasa dia lakukan pada karyawan yang membuat dia kesal. Namun, tiba-tiba ponselnya berbunyi dan ketika dilihat itu adalah telpon dari sang papa.

"Iya, baik. Aku akan segera datang."

Sean membuang alat pel itu dan selanjutnya memutar tubuhnya untuk melangkah menjauh dari gadis tengil tadi.

"Hai, jangan lari dari tanggung jawab ya!" teriak si gadis yang tak dia hiraukan oleh Sean.

"Dasar cewek gila, awas saja," gumam Sean.

Sean terus melangkah. Namun,sesaat kemudian pria itu menjerit," aduh," Sean mengusap kepalanya yang sudah benjol.

Nyatanya....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status