Gadis desa yang kini sedang mengandung dibawa kekantor kepala desa, warga desa telah ramai berkumpul untuk membicarakan kehamilan itu.
Didesa yang kini masih kuno, memiliki keyakinan bahwa wanita hamil diluar nikah membuat leluhur mereka marah, dan paling ironisnya mereka takut terjadi bencana yang akan melanda desa jika membiarkan wanita hamil tanpa suami."Usir gadis ini dari desa," seru mereka."Anak diluar nikah akan berdampak buruk bagi desa kita. Sebaiknya wanita itu segera diusir.""Dia hamil pasti karena mencari uang dengan menjual diri."Ucapan para warga menunjuk-nunjuk kewajah gadis yang tidak terbedaya."Tenang semuanya, jangan saling menghakimi, kita harus dengarkan dulu penjelasannya," ucap kepala desa."Apa benar kamu sedang hamil, terus siapa laki-laki yang telah menghamilimu? " tanya kepala desa baik-baik."Semua sudah jelas bahkan kami sudah memeriksanya kerumah sakit." Salah satu warga."Anak itu harus digugurkan, atau kamu pergi dari desa ini," ucap warga lain.Mendengar it, gadis yang sedang menangis terisak tidak sanggup membayangkan membunuh anaknya yang belum lahir.Warga desa tak punya hati nurani, terus memaksa gadis itu untuk menggugurkan kandungannya. Jelas gadis itu menentang dan menolak perkataan para warga."Tidak, aku tidak mau membunuh bayiku," ucap gadis itu.Gadis itu yang memandang ke arah ayahnya. Dia menghampiri ayahnya berharap ayahnya akan menolongnya."Ayah, tolong aku, katakan pada mereka untuk tidak melakukannya, aku janji setelah ini aku akan menjadi anak yang lebih baik lagi, kumohon ayah. Kumohon." Gadis itu bersujud sambil menangis."Kamu harus mendengarkan kata mereka," ucap Ayahnya marah.Ayah gadis itu memilih untuk mengikuti permintaan warga agar putrinya tidak diusir dari desa.Mendengar perkataan sang ayah tidak mendukungnya, gadis itu merasa kecewa dan sedih. "Aku tidak mau melakukannya." Menggelengkan kepalanya."Dia harus segera diusir sebelum kita semua terkena dampaknya. Jika dia tidak bersedia, kita usir sekarang juga." Warga mengamuk.Warga mulai mendekati gadis itu, dengan tatapan hina dan rasa jijik para warga berusaha membawa gadis itu, bahkan mereka tidak segan untuk menyeret gadis itu kerumah sakit."Lepaskan aku, jangan menyentuhku." Perlahan gadis itu berjalan mundur sambil menyentuh perutnya.Gadis itu masih bersikeras menolak, para warga merasa marah, karena itu warga siap menghukum gadis itu, mereka mengambil kerikil dan batu, mereka mulai melempari gadis itu dengan kerikil.Kerikil mulai terlempar keseluruh tubuh gadis itu.Gadis itu melindungi diri dengan kedua tangannya, tetap saja gadis itu terkena batu yang dilempari oleh warga."Sakit! ayah tolong aku." Dengan menangis gadis itu memohon meminta pertolongan.Gadis itu berlari dari kerumunan warga, kakinya yang lemah membuatnya terjatuh, dan tidak sanggup berdiri, tetapi gadis itu masih berusaha untuk berdiri, dia menyeret kakinya menjauh dari warga.Mereka mengejar gadis itu tanpa henti. "Cepat katakan bahwa kamu akan setuju melakukan," ucap para warga sambil melempari gadis itu denagan kerikil.Gadis itu masih melindungi perutnya dengan kedua tangannya, dahinya terkena lemparan mengeluarkan darah, tubuhnya menjadi memar karena dilempari kerikil. Sekujur tubuh kecil gemetar menahan rasa sakit dan ketakutan.Arghhh."Hentikan, aku mohon. Aku yang bersalah jangan menghukum bayiku yang belum lahir." Gadis itu menangis tersedu-sedu."Kamu harus setuju dulu, jangan menyalahkan kami, ini semua agar desa ini tidak terkena sial karena gadis sepertimu.""Betul.""Betul itu."Warga tidak merasa kasihan dengan gadis itu, mereka terus melemparinya sampai gadis itu setuju mengugurkan bayinya.Suara langkah mendekat. Dia adalah Robin sahabatnya, mendengar kabar tentang sahabatnya yang sedang di lempari warga membuatnya bergegas datang.Robin melihat sahabatnya telah dilempari dengan batu, ia ikut menangis melihat kondisi sahabatnya."Lempar! lempar! lempar sampai dia setuju."Hiks, hiks, hiks."Ini salahku, ini salahku." Menahan rasa sakit dan suara yang merintih kesakitan.Gadis itu bertekuk dan menutupi seluruh perutnya dengan badanya, batu yang terkena di tubuhnya sangat sakit rasanya, sejenak gadis itu tidak lagi merasakan sakit, pikirnya mereka sudah berhenti, tapi saat melihat tubuh seseorang melindunginya. Dia tak lain adalah Robin.Robin meraih tubuh sahabatnya itu, lalu dipeluknya dengan erat, Robin juga ikut menangis bersama. "Maafkan aku datang terlambat," ucap Robin menangis.Gadis itu memeluk balik tubuh Robin.Hiks,,, hiks,,, hiks"Robin sakit,,, aku sangat takut." Tangisan gadis itu dipelukan Robin."Kenapa kamu melindunginya." Kata warga sambil menarik-narik Robin."Jangan sakiti dia, aku yang melakukannya, hukum saja aku," ucap Robin berteriak pada warga."Kamu jangan berbohong, kami tau gadis itu selama ini pergi ke penginapan dan menjadi simpanan orang kaya."Penjelasan warga bukannya tidak beralasan, adik tiri dan ibu tiri dari gadis itu telah menyebarkan gosip bahwa gadis itu menjadi simpanan."Itu tidak benar, aku mengenalnya sejak lama, bagaimana bisa dia melakukan hal seperti itu. Aku akan bertanggung jawab. " Teriak Robin marah."Adiknya sendiri yang menyaksikannya. Selama ini dia tidak ada dirumah dan mencari pekerjaan dengan menjual diri." Warga yang tidak mau menerima penjelasan Robin.Adik tiri dan ibu tirinya menjadi pucat dan takut karena berbohong pada warga. Tapi tetap saja walau mereka berbohong kenyataannya masih tetap sama bahwa gadis itu hamil diluar nikah tanpa suami.Warga memisahkan gadis itu dengan Robin, tapi mereka berdua juga semakin erat pelukanya, meski berusaha memisahkan mereka berdua. Robin tetap tidak mau melepaskannya. Warga berramai-ramai membantu untuk memisahkan keduanya.Mereka menarik tubuh gadis itu dari belakang begitu juga Robin."Robin! Tolong aku, tolong aku." Memeluk erat tubuh Robin."Tenang. Aku akan melindungimu, aku tidak akan meninggalkanmu sendiri." Robin mengeratkan pelukannya.Lama kelamaan pelukan mereka semakin longgar, mereka dipisahkan dengan paksa. Warga perlahan menarik tangan gadis itu."Tidak! Lepaskan! Lepaskan!" Robin menepis tangan warga yang menarik sahabatnya.Arghhh. Gadis itu terisak menangis.Mereka berhasil memisahkan mereka. Warga menahan Robin dengan sekuat tenaga, kemudian menyeret gadis itu dari belakang, kakinya ikut terseret dan tubuhnya tergores oleh tanah berdebu.Gadis itu meronta-ronta berusaha melepaskan diri. "Pergi! Aku tidak mau." Menepis tangan orang yang menyeretnya.Gadis itu membalikkan tubuhnya dan memeluk tanah, tangannya mencekram tanah higga kukunya bahkan penuh dengan tanah.Ketika warga berusah mengangkat gadis itu, mereka sedikit kesusahan. Seluruh tenaga gadis itu dikerahkannya terbaring memeluk tanah, air matanya terjatuh ketanah, rasa sakit tubuhnya tidak dirasakannya lagi, tapi rasa sakit hatinya membuatnya kesakitan yang paling dalam. Dia melihat wajah ayahnya, begaimana bisa seorang ayah tega melihat putrinya di siksa seperti itu.Mama, apa lebih baik aku mati. Dengan begitu aku tidak akan kesakitan. Sakit Ma, tolong jemput aku, rasanya sudah tidak sanggup lagi.Gadis itu menangis dalam hati.Gadis itu hampir kehilangan kesadarannya, tenaganya juga semakin lemah. Warga juga sudah tidak melempari , tapi masih tetap berusaha untuk membuat gadis itu bersedia melakukan aborsi."Angkat dia, kita bawa kerumah sakit." Ucap warga.Suara langkah mendekat ke arah kerumanan.Seseorang dengan tatapan kemarahan, mengepalkan tangannya dan mulai berjalan mendekat."Hentikan jangan menyetuhnya. Berani menyentuhnya akan kubunuh kalian satu persatu" Teriaknya keras.Orang-orang disana terkejut mendengar teriakan dan ancamannya, mereka melepaskan tangan gadis itu, mereka menoleh ke arah suara berasal.Gadis itu terbaring ditanah, wajahnya yang mengadah ketanah dan tangan serta tubuhnya gemetaran bahkan suara tangisannya masih terdengar walau samar-samar.Lelaki yang barusan datang tidak sanggup melihat keadaan gadis itu, dia ikut menangis."Seharusnya aku tidak meninggalkanmu dulu." Lelaki itu mendekapnya kedalam pelukannya.Gadis itu telah kehilangan kesadaran, dia tidak melihat siapakah lelaki yang memeluknya.lelaki itu berusaha menyadarkan gadis itu dan menunjukkan wajahnya. "Tenanglah. Ini aku. Sadarlah, aku telah kembali." Ucapnya lembut.Gadis itu perlahan sadar kembali, dia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah lelaki itu, wajah yang selama dirindukan. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Apakah sekarang aku sudah tiada, sehingga aku mendengar dan melihat wajahnya. Gadis itu membatin.Tatapan kosong, air matanya yang masih bercucuran diwajahnya. "Sungguh ini nyata." Suara gadis itu terbata-bata menyentuh wajah yang ada dihadapannya.Lelaki itu meraih tangannya, meletakkan kewajahnya, dia memastikan pada bahwa dia benar-benar datang."Iya ini aku." Ucapnya serak sambil menangis, dengan hangat dia kembali mendekap didalam pelukannya.Arghhh"Kenapa kamu begitu lama datang," ucapnya menangis dengan keras berada dipelukan di pelukan lelaki itu."Maaf aku terlambat, kali ini aku tidak akan meninggalkanmu. "Konon katanya ada sebuah pulau yang memiliki sejuta keindahan, pulau itu letaknya tepat berada ditengah danau yang terbentang luas, pesona pemandangan yang begitu indah serta udaranya sejuk, pulau ini kerap kali dijadikan tempat wisata oleh orang asing. Keindahan pulau yang dapat dinikmati dengan melihat ragam budaya dan tempat-tempat menarik yang dapat dikunjungi.Dyra Agata seorang gadis berparas cantik dengan postur tubuh mungil tinggal di salah satu desa dekat pulau. Kebiasaan mengunjungi tepi danau dekat pelabuhan. Sepasang bola mata terus memandang ke arah kapal.Di tengah danau yang kini semakin dekat ke arahnya, angin yang berhembus membuat mata berwarna hazel itu memerah dan tubuhnya gemetar kedinginan. Helaan nafasnya begitu panjang, perasaannya hatinya sangat hampa."Hari ini juga bukan, mungkin besok ." Gumam Dyra sedih melihat ke arah tepi kapal.Dyra berjalan dengan langkah kecil, perlahan-lahan meninggalkan tepi danau, sesekali liriknya lagi ke arah danau. Tak terasa la
Suara langkah itu semakin mendekat ke arah Dyra, lalu suara berat memanggil."Dyra."Dyra menoleh. "Robin." Sautnya sembari menghapus air matanya."Aku mencarimu dari tadi, rupanya kamu disini." "Memangnya untuk apa kamu mencariku." Robin dengan senyuman mengajak rambut Dyra. "Apa kamu lupa bahwa hari ini kita akan kesekolah melihat kelulusan," oceh Dilan."Aku lupa. Tapi tidak masalah, sekarang aku sudah ingat. Ayo kita pergi." Dyra kembali memasang wajah ceria.Sekeras apapun Dyra menyembunyikan kesedihannya, Robin tahu bahwa Dyra sudah menghabiskan air matanya.Dyra dan Robin pergi mengunakan sepeda. Robin membonceng Dyra. Rasanya suasana pagi hari memang selalu indah untuk dinikmati.Setibanya di sekolah, seorang gadis melambaikan tangan meneriaki mereka. Dia adalah Ayunda teman Dyra, sekaligus sepupu Dyra."Kenapa kalian begitu lama, aku sudah menunggu sejak tadi." Ayu terus mengoceh sambil cemberut."Maaf, aku lupa hari ini kita kesekolah." Dyra memasang wajah penyeselan.Ayun
Setelah selesai bermain, Dyra diantar pulang sampai depan rumah, lalu Robin berpamitan. Dari kejauhan tampaklah halaman rumah yang dipenuhi dengan bunga, di depan rumah terdapat kursi bambu tua, dimana saat ini ayah Dyra sedang duduk bersantai dengan kain sampannya sambil menulis di atas buku. Kembali Dyra mengingat perkataan gurunya tentang kelanjutan studinya, Dyra ingin mencoba bertanya tentang pendapat ayahnya. Dyra mulai beranjak mendekati ayahnya lalu tetap berdiri disamping, namun tidak ada sepatah kata dari ayahnya.Dyra ingin mengatakan sesuatu. "Ayah. Dyra mendapat nilai teratas." Dyra menunjukkan sertifikat kelulusannya, tetap tidak ada respon dari ayahnya.Lalu Dyra mencoba berkata lagi. " Bagaimana jika Dyra melanjutkan sekolah di kota," ucap Dyra. Meski ragu, tetap Dyra menyampaikan keinginannya.Ketika mendengarnya, ayah Dyra meletakkan pulpennya, dan memperhatikan ke arah Dyra. Saat ingin mulai berkata, suara langkah kaki mendekat ke arah mereka, dia adalah ibu tiri
Setelah selesai membersihkan diri, Dyra menatap ke sekeliling kamarnya. Gambar Almarhum Ibunya terpajang penuh di dinding. Dyra mulai merenung, dengan pelan Dyra berjalan ke arah tempat tidur, dia mulai membaringkan tubuhnya dan memejamkan mata.Kenangan masa kecilnya terlintas di benaknya. Dulu sekali semua masih terasa indah bersama Ibunya, tapi hari ini, Dyra menyadari bahwa dia benar-benar membutuhkan Ibu kandungnya disisinya."Jika Ibu masih bersama Dyra saat ini, pasti Ibu akan mendengarkan Dyra," gumam Dyra.Dyra menangis tersedu, tubuhnya yang kelelahan membuatnya cepat tertidur.***Matahari mulai terbenam, suara angin dan rasa dingin menandakan malam hari telah tiba. Malam ini Ayah Dyra bertugas jaga malam, di desa ada kebiasaan bahwa setiap orang akan bergantian ronde keliling kampung dan berjaga pos, semua itu diperuntukkan untuk keamanan desa.Brakkk.Suara keras membanting pintu kamar Dyra, orang yang melakukan itu tidak lain adalah Sarianti dan Ibu tiri Dyra. Mereka b
Dyra saat ini memandang ke arah langit, menikmati udara malam lewat jendela. Tiba-tiba suara samar-samar memanggil namanya."Dyra," suara memanggil Dyra menoleh dan mendapati Robin sedang berjalan kerahnya dengan mengendap-endap."Apa yang kamu lakukan disini, kenapa tidak lewat depan saja," ucap Dyra."Aku malas bertemu dengan Ibu tirimu," sautnya pelan."Memangnya ada apa, sampai kamu harus datang dengan bersembunyi?""Ayu mengadakan acara di penginapan, sebelum pergi kekota, Ayu ingin mengucapkan perpisahan pada semua orang," jelas Robin."Kita kesana sekarang juga. Tunggu aku disini," ucap Dyra bergegas.Robin menghentikan Dyra. " Kamu mau kemana?" tanyanya."Aku akan berpamitan pada Ayah lebih dulu, tunggu aku di depan," saut Dyra."Bagaimana kalau Ibu tirimu ada disana, pasti dia akan melarangmu pergi dengan dalih sudah malam," ucap Robin.Apa yang dikatakan Robin memang ada benarnya, Dyra berpikir sejenak."Terus kita harus bagaimana?" tanyanya."Seperti biasa, keluar lewat je
Dyra saat ini memandang ke arah langit, menikmati udara malam lewat jendela. Tiba-tiba suara samar-samar memanggil namanya."Dyra," suara memanggil Dyra menoleh dan mendapati Robin sedang berjalan kearahnya dengan mengendap-endap."Apa yang kamu lakukan disini, kenapa tidak lewat depan saja," ucap Dyra."Aku malas bertemu dengan Ibu tirimu," sautnya pelan."Memangnya ada apa, sampai kamu harus datang dengan bersembunyi?""Ayu mengadakan acara di penginapan, sebelum pergi kekota, Ayu ingin mengucapkan perpisahan pada semua orang," jelas Robin."Kita kesana sekarang juga. Tunggu aku disini," ucap Dyra bergegas.Robin menghentikan Dyra. " Kamu mau kemana?" tanyanya."Aku akan berpamitan pada Ayah lebih dulu, tunggu aku di depan," saut Dyra."Bagaimana kalau Ibu tirimu ada disana, pasti dia akan melarangmu pergi dengan dalih sudah malam," ucap Robin.Apa yang dikatakan Robin memang ada benarnya, Dyra berpikir sejenak."Terus kita harus bagaimana?" tanyanya."Seperti biasa, keluar lewat je
Rossy merasa Dyra mulai berani melawannya, selama ini Dyra hanya diam dan menerima perlakuan darinya. Tetapi sekarang Dyra lebih berani dan tidak takut.Tentu Rossy tidak akan membiarkan Dyra seperti itu. "Kamu, sepertinya menjadi kurang ajar." Tangannya menunjuk ke wajah Dyra.Sarianti juga mengambil bagiannya, dia begitu merasa kesal dengan Dyra mulai menghasut Ibunya agar Dyra dihukum. "Cambuk saja Bu, biar dia tahu akibatnya membanta Ibu. " Kata Sarianti memanasi ibunya.Ibu tiri Dyra berdiri dan menuju ke arah Dyra, saat tangannya ingin memukul wajah Dyra tangannya terhenti ditahan oleh Dyra."Karena ayah juga tidak dirumah, maka aku tidak perlu patuh terhadapmu, selama ini aku menjaga perasaan ayah, tapi tidak hari ini" Sembari memegang tangan ibu tirinya.Terkejut melihat ekspresi Dyra yang penuh dengan amarah. Rossy tidak tahu harus berbuat apa lagi, karena itu dia memikirkan satu cara yaitu
"Kenapa ayah tidak mendengarkan penjelasan Dyra, kenapa hanya wanita itu dan para tetangga yang ayah dengar. Sekali saja ayah bertanya pada Dyra apa yang terjadi." Ucap Dyra mulai berkaca-kaca."Ayah tidak perlu penjelasanmu, apapun yang dilakukan ibumu, kamu pasti akan menjelek-jelekkan ibumu." Ayah Dyra yang sama sekali tidak terpengaruh oleh ucapan Dyra."Sekali lagi ayah suruh kamu meminta maaf pada ibumu. Kalau tidak ayah akan memukulmu sampai kamu setuju meminta maaf." Ucap ayah Dyra."Pukul saja, lebih baik aku dipukul daripada meminta maaf pada wanita jahat itu." Dyra yang tidak sama sekali takut dipukul oleh ayahnya.Dyra diam dan hanya menatap ibu tirinya itu dengan wajah biasa saja, ayahnya mulai memukul kakinya.Plakk,,. Satu pukulan di kaki Dyra. "Tetap tidak mau minta maaf." Ucap ayah Ardella.Ayah Dyra semakin kesal melihat Dyra yang keras kepala. Mengangkat kembali rotannya tak henti