Kehidupan Dyra Ardianna berubah drastis sejak pertemuannya dengan pria kaya yang berasal dari kota, pria itu bernama Aoran Fritsch. Suatu malam, jalan hidup Dyra berubah drastis setelah melakukan cinta satu malam dengan Aoran. Sebagai gadis yang polos Dyra menyesali perbuatannya, Dyra melarikan diri malam itu. Keesokan hari Aoran terkejut melihat seorang gadis tidur di sisinya tanpa berbusana, gadis itu mengaku bahwa Aoran telah merenggut kesuciannya, karena dipengaruhi alkohol tampaknya Aoran tidak ingat dengan siapa dia tidur. Aoran mengambil tanggung jawab dengan membawa gadis itu ke kota bersamanya, Aoran memutuskan akan menikahinya. Dyra kecewa mendengar kabar bahwa Aoran pergi bersama gadis lain ke kota. Dyra memilih bungkam, ia tidak mengatakan apapun pada Aoran, hingga keduanya harus berpisah. Dua bulan kemudian Dyra mendapati dirinya hamil. Tentu saja kehamilan Dyra membuat warga pulau protes, akhirnya Dyra diusir dari pulau itu. Bagaimanakah nasib Dyra selanjutnya? Ikuti kisahnya.
view moreGadis desa yang kini sedang mengandung dibawa kekantor kepala desa, warga desa telah ramai berkumpul untuk membicarakan kehamilan itu.
Didesa yang kini masih kuno, memiliki keyakinan bahwa wanita hamil diluar nikah membuat leluhur mereka marah, dan paling ironisnya mereka takut terjadi bencana yang akan melanda desa jika membiarkan wanita hamil tanpa suami."Usir gadis ini dari desa," seru mereka."Anak diluar nikah akan berdampak buruk bagi desa kita. Sebaiknya wanita itu segera diusir.""Dia hamil pasti karena mencari uang dengan menjual diri."Ucapan para warga menunjuk-nunjuk kewajah gadis yang tidak terbedaya."Tenang semuanya, jangan saling menghakimi, kita harus dengarkan dulu penjelasannya," ucap kepala desa."Apa benar kamu sedang hamil, terus siapa laki-laki yang telah menghamilimu? " tanya kepala desa baik-baik."Semua sudah jelas bahkan kami sudah memeriksanya kerumah sakit." Salah satu warga."Anak itu harus digugurkan, atau kamu pergi dari desa ini," ucap warga lain.Mendengar it, gadis yang sedang menangis terisak tidak sanggup membayangkan membunuh anaknya yang belum lahir.Warga desa tak punya hati nurani, terus memaksa gadis itu untuk menggugurkan kandungannya. Jelas gadis itu menentang dan menolak perkataan para warga."Tidak, aku tidak mau membunuh bayiku," ucap gadis itu.Gadis itu yang memandang ke arah ayahnya. Dia menghampiri ayahnya berharap ayahnya akan menolongnya."Ayah, tolong aku, katakan pada mereka untuk tidak melakukannya, aku janji setelah ini aku akan menjadi anak yang lebih baik lagi, kumohon ayah. Kumohon." Gadis itu bersujud sambil menangis."Kamu harus mendengarkan kata mereka," ucap Ayahnya marah.Ayah gadis itu memilih untuk mengikuti permintaan warga agar putrinya tidak diusir dari desa.Mendengar perkataan sang ayah tidak mendukungnya, gadis itu merasa kecewa dan sedih. "Aku tidak mau melakukannya." Menggelengkan kepalanya."Dia harus segera diusir sebelum kita semua terkena dampaknya. Jika dia tidak bersedia, kita usir sekarang juga." Warga mengamuk.Warga mulai mendekati gadis itu, dengan tatapan hina dan rasa jijik para warga berusaha membawa gadis itu, bahkan mereka tidak segan untuk menyeret gadis itu kerumah sakit."Lepaskan aku, jangan menyentuhku." Perlahan gadis itu berjalan mundur sambil menyentuh perutnya.Gadis itu masih bersikeras menolak, para warga merasa marah, karena itu warga siap menghukum gadis itu, mereka mengambil kerikil dan batu, mereka mulai melempari gadis itu dengan kerikil.Kerikil mulai terlempar keseluruh tubuh gadis itu.Gadis itu melindungi diri dengan kedua tangannya, tetap saja gadis itu terkena batu yang dilempari oleh warga."Sakit! ayah tolong aku." Dengan menangis gadis itu memohon meminta pertolongan.Gadis itu berlari dari kerumunan warga, kakinya yang lemah membuatnya terjatuh, dan tidak sanggup berdiri, tetapi gadis itu masih berusaha untuk berdiri, dia menyeret kakinya menjauh dari warga.Mereka mengejar gadis itu tanpa henti. "Cepat katakan bahwa kamu akan setuju melakukan," ucap para warga sambil melempari gadis itu denagan kerikil.Gadis itu masih melindungi perutnya dengan kedua tangannya, dahinya terkena lemparan mengeluarkan darah, tubuhnya menjadi memar karena dilempari kerikil. Sekujur tubuh kecil gemetar menahan rasa sakit dan ketakutan.Arghhh."Hentikan, aku mohon. Aku yang bersalah jangan menghukum bayiku yang belum lahir." Gadis itu menangis tersedu-sedu."Kamu harus setuju dulu, jangan menyalahkan kami, ini semua agar desa ini tidak terkena sial karena gadis sepertimu.""Betul.""Betul itu."Warga tidak merasa kasihan dengan gadis itu, mereka terus melemparinya sampai gadis itu setuju mengugurkan bayinya.Suara langkah mendekat. Dia adalah Robin sahabatnya, mendengar kabar tentang sahabatnya yang sedang di lempari warga membuatnya bergegas datang.Robin melihat sahabatnya telah dilempari dengan batu, ia ikut menangis melihat kondisi sahabatnya."Lempar! lempar! lempar sampai dia setuju."Hiks, hiks, hiks."Ini salahku, ini salahku." Menahan rasa sakit dan suara yang merintih kesakitan.Gadis itu bertekuk dan menutupi seluruh perutnya dengan badanya, batu yang terkena di tubuhnya sangat sakit rasanya, sejenak gadis itu tidak lagi merasakan sakit, pikirnya mereka sudah berhenti, tapi saat melihat tubuh seseorang melindunginya. Dia tak lain adalah Robin.Robin meraih tubuh sahabatnya itu, lalu dipeluknya dengan erat, Robin juga ikut menangis bersama. "Maafkan aku datang terlambat," ucap Robin menangis.Gadis itu memeluk balik tubuh Robin.Hiks,,, hiks,,, hiks"Robin sakit,,, aku sangat takut." Tangisan gadis itu dipelukan Robin."Kenapa kamu melindunginya." Kata warga sambil menarik-narik Robin."Jangan sakiti dia, aku yang melakukannya, hukum saja aku," ucap Robin berteriak pada warga."Kamu jangan berbohong, kami tau gadis itu selama ini pergi ke penginapan dan menjadi simpanan orang kaya."Penjelasan warga bukannya tidak beralasan, adik tiri dan ibu tiri dari gadis itu telah menyebarkan gosip bahwa gadis itu menjadi simpanan."Itu tidak benar, aku mengenalnya sejak lama, bagaimana bisa dia melakukan hal seperti itu. Aku akan bertanggung jawab. " Teriak Robin marah."Adiknya sendiri yang menyaksikannya. Selama ini dia tidak ada dirumah dan mencari pekerjaan dengan menjual diri." Warga yang tidak mau menerima penjelasan Robin.Adik tiri dan ibu tirinya menjadi pucat dan takut karena berbohong pada warga. Tapi tetap saja walau mereka berbohong kenyataannya masih tetap sama bahwa gadis itu hamil diluar nikah tanpa suami.Warga memisahkan gadis itu dengan Robin, tapi mereka berdua juga semakin erat pelukanya, meski berusaha memisahkan mereka berdua. Robin tetap tidak mau melepaskannya. Warga berramai-ramai membantu untuk memisahkan keduanya.Mereka menarik tubuh gadis itu dari belakang begitu juga Robin."Robin! Tolong aku, tolong aku." Memeluk erat tubuh Robin."Tenang. Aku akan melindungimu, aku tidak akan meninggalkanmu sendiri." Robin mengeratkan pelukannya.Lama kelamaan pelukan mereka semakin longgar, mereka dipisahkan dengan paksa. Warga perlahan menarik tangan gadis itu."Tidak! Lepaskan! Lepaskan!" Robin menepis tangan warga yang menarik sahabatnya.Arghhh. Gadis itu terisak menangis.Mereka berhasil memisahkan mereka. Warga menahan Robin dengan sekuat tenaga, kemudian menyeret gadis itu dari belakang, kakinya ikut terseret dan tubuhnya tergores oleh tanah berdebu.Gadis itu meronta-ronta berusaha melepaskan diri. "Pergi! Aku tidak mau." Menepis tangan orang yang menyeretnya.Gadis itu membalikkan tubuhnya dan memeluk tanah, tangannya mencekram tanah higga kukunya bahkan penuh dengan tanah.Ketika warga berusah mengangkat gadis itu, mereka sedikit kesusahan. Seluruh tenaga gadis itu dikerahkannya terbaring memeluk tanah, air matanya terjatuh ketanah, rasa sakit tubuhnya tidak dirasakannya lagi, tapi rasa sakit hatinya membuatnya kesakitan yang paling dalam. Dia melihat wajah ayahnya, begaimana bisa seorang ayah tega melihat putrinya di siksa seperti itu.Mama, apa lebih baik aku mati. Dengan begitu aku tidak akan kesakitan. Sakit Ma, tolong jemput aku, rasanya sudah tidak sanggup lagi.Gadis itu menangis dalam hati.Gadis itu hampir kehilangan kesadarannya, tenaganya juga semakin lemah. Warga juga sudah tidak melempari , tapi masih tetap berusaha untuk membuat gadis itu bersedia melakukan aborsi."Angkat dia, kita bawa kerumah sakit." Ucap warga.Suara langkah mendekat ke arah kerumanan.Seseorang dengan tatapan kemarahan, mengepalkan tangannya dan mulai berjalan mendekat."Hentikan jangan menyetuhnya. Berani menyentuhnya akan kubunuh kalian satu persatu" Teriaknya keras.Orang-orang disana terkejut mendengar teriakan dan ancamannya, mereka melepaskan tangan gadis itu, mereka menoleh ke arah suara berasal.Gadis itu terbaring ditanah, wajahnya yang mengadah ketanah dan tangan serta tubuhnya gemetaran bahkan suara tangisannya masih terdengar walau samar-samar.Lelaki yang barusan datang tidak sanggup melihat keadaan gadis itu, dia ikut menangis."Seharusnya aku tidak meninggalkanmu dulu." Lelaki itu mendekapnya kedalam pelukannya.Gadis itu telah kehilangan kesadaran, dia tidak melihat siapakah lelaki yang memeluknya.lelaki itu berusaha menyadarkan gadis itu dan menunjukkan wajahnya. "Tenanglah. Ini aku. Sadarlah, aku telah kembali." Ucapnya lembut.Gadis itu perlahan sadar kembali, dia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah lelaki itu, wajah yang selama dirindukan. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Apakah sekarang aku sudah tiada, sehingga aku mendengar dan melihat wajahnya. Gadis itu membatin.Tatapan kosong, air matanya yang masih bercucuran diwajahnya. "Sungguh ini nyata." Suara gadis itu terbata-bata menyentuh wajah yang ada dihadapannya.Lelaki itu meraih tangannya, meletakkan kewajahnya, dia memastikan pada bahwa dia benar-benar datang."Iya ini aku." Ucapnya serak sambil menangis, dengan hangat dia kembali mendekap didalam pelukannya.Arghhh"Kenapa kamu begitu lama datang," ucapnya menangis dengan keras berada dipelukan di pelukan lelaki itu."Maaf aku terlambat, kali ini aku tidak akan meninggalkanmu. ""Aoran."Aoran menyebutkan namanya sendiri. Mendengar Ardella memanggil namanya dengan langsung, Aoran sangat tidak suka.Ardella yang tengah terlentang di sofa dibawah tubuh Aoran yang kekar meronta-ronta, dia berusaha untuk terlepas dari genggaman Aoran.Ardella meronta hingga memukul dada bidang Aoran, tetap saja pukulan Ardella tidak membuat Aoran melepaskan dirinya. Semakin Ardella melawan semakin membuat Aoran bertambah agresif. Secepat kilat Aoran menggerakan mulutnya ke bibir Ardella.Dikejutkan dengan serangan Aoran, mata Ardella terbelalak lebar, mulutnya terbungkam oleh lidah Aoran. "Mum." Masih dalam keadaan berontak, Ardella mendorong Aoran.Aoran sama sekali tidak peduli dengan perlawanan Ardella, ciuman di bibir Aoran terasa kasar di mulut Ardella."Auh!" Seru Aoran menyentuh bibirnya. Ardella menggigit Aoran. Dengan tatapan acuh, Aoran kembali menyerang Ardella.Tidak hanya sampai disitu, satu persatu Aoran membuka kancing baju Ardella."Aoran! kau gila. Aku akan mel
Di tengah perjalanan menuju pulang. Aoran menyetir dengan cepat. Sepanjang jalan Aoran hanya memikirkan Ardella yang dibencinya.Ckitt.Tiba dirumah Aoran langsung melangkah masuk kedalam rumah."Kak Aoran." Panggil Anasya dari bawah tangga. Kebetulan Anasya yang belum tidur melihat Aoran melangkah dengan terburu-buru naik keatas lantai dua.Mendengar panggilan Anasya Aoran berbalik. "Kenapa belum tidur jam segini?" Aoran melirik jam tangannya."Aku terbangun karena haus kak." Anasya mendekat kearah Aoran. "Kak Aoran bau alkohol." Mencium bau alkohol, Anasya menutup hidungnya."Kembali lah tidur, kakak ingin istirahat juga," ucap Aoran tanpa melanjutkan pembicaraan lagi."Iya kak,” saut Anasya dengan lembut.Aoran masih dalam suasana hati marah, dia melemparkan dirinya ke atas tempat tidur. Dengan posisi tengkurap Aoran terbaring diatas kasur. "Ardella aku lelah, aku ingin berhenti. " Sangat melelahkan untuk membenci orang yang kita pernah cintai, seandainya bisa memilih Aoran lebih
Dengan memainkan gelas yang berisikan wine, Aoran melirik Ardella yang berdiri di depannya."Aku merasa bosan, berikan aku hiburan." Ucapnya meneguk minumannya."Hiburan. Siapa kamu yang mewajibkan aku menghiburmu. Sungguh menyebalkan. " Kata Ardella dalam hati."Maaf tuan, saya tidak bisa menghibur anda." Suara Ardella sungguh ramah dan manis didengar. "Kalau mau dihibur cari saja wanita seksi yang bisa menghiburmu." Gumamnya menyeret suaranya.Meski mendengar ucapan Ardella, tetap saja Aoran bersikeras mau dihibur. "Ayolah, kamu bisa menari, kalau tidak menyanyi untuk menghiburku." Saut Aoran meminta.Menari? aku tidak mau menari dihadapan cowok rese ini, sepertinya menyanyi lebih baik. Ardella membatin."Baiklah, aku akan menyanyi. Tapi kamu tidak boleh tertawa." Memastikan bahwa Aoran tidak akan tertawa. Bakat Ardella sangat terpancar jika menari, tapi menyanyi bisa dikatakan kurang memenuhi syarat."Ok." Senyum Aoran yakin.Ardella mengambil mikrofon yang ada di sudut meja, mikr
Flashback.Sebelum melihat dengan mata kepala sendiri, Aoran merasa tidak tenang, dia memastikan sendiri Ardella aman bekerja di bar."Apa ini barnya?" tanya Aoran pada Parto."Iya Bos," saut Parto yakin.Pupil mata Aoran mengerut ketika melihat ke arah bar. Alis matanya terangkat tajam menandakan hatinya dalam suasana suram.Parto yang berdiri di samping Aoran merasa merinding. Mungkin sebentar lagi akan ada kejadian buruk. Mengenal sifat Aoran dengan tempramental buruk, tanpa sadar dia menggelengkan kepalanya."Parto." Panggil Aoran dengan tatapan mematikan. "Apa maksudnya kamu menggelengkan kepala," tanya Aoran dengan suara bergetar."Aku yakin Bos, sebentar lagi akan ada kekacauan disini,” sautnya tanpa menyaring perkataannya. Parto tertawa menunjukkan giginya.Raut muka Aoran berubah menjadi mengkerut. "Berhentilah bercanda denganku, sebelum kurontokkan semua gigimu." Nada datar tapi bermakna dari suara berat Aoran."Maaf Bos." Secepatnya Parto merapatkan bibirnya.Pertama kali m
Pagi hari.Terdengar suara langkah ribut dari kejauhan.Srek.Edward naik ke atas kasur Ardella. Menatap tantenya masih tidur dia menggelengkan kepala."Tante bangun." Edward membangunkan Ardella, dengan tangan kecilnya di menggoyang-goyang tubuh Ardella yang masih tidur dibawah selimut.Akibat lembur dari semalaman kelopak mata Ardella masih berat, dia menarik tubuh Edward kepelukannya. "Sepuluh menit lagi. Tante masih mengantuk." Ardella masih memejamkan matanya dengan rapat.Edward membalas pelukan Ardella, dengan tenang dia menunggu tantenya untuk bangun. "Ok. Waktunya bangun." Ardella menendang selimutnya, ketika membuka matanya terbuka lebar dia melihat tatapan Edward yang sangat menggemaskan."Aduhh, keponakan tante yang satu ini." Ardella mencium pipi Edward dengan gemes. "Ayo, bangun,” ucap Ardella ketika masih melihat Edward berbaring dengan santai di atas kasurnya."Huh, beratnya. " Menggendong Edward di pangkuannya."Aku tidak suka tante pulang malam." Kata Edward menunj
Malam hari.Ketika tiba dirumah Ardella disambut oleh kakak iparnya. Dengan wajah tersenyum Lisa menghampiri Ardella. "Dek, suruhan Aoran datang lagi." "Apalagi yang diinginkan cowok bre*ngsek itu." Gumamnya pelan. Ardella mengitari tubuh Lisa."Ada apa dek?" tanya Lisa ketika melihat Ardella membalikkan tubuhnya."Untung kakak ipar baik-baik saja, aku hanya takut mereka melukai kakak ipar." Suara lega terdengar dari hembusan nafas Ardella.Teringat dengan amplop yang diberikan oleh Parto. "Orang itu juga menitipkan ini." Amplop yang masih berada diatas meja diserahkan pada Ardella.Tidak lama kemudian Lisa juga membahas masalah kontrak rumah yang ditawarkan oleh Parto. Penjelasan Lisa sangat panjang dan detail."Sungguh kak." Terkejut mendengar penjelasan kakak iparnya."Iya dek, bahkan surat kontraknya sudah dibuat." Lisa menunjukkan isi kontrak pada Ardella.Membaca isi surat kontrak sepertinya tidak ada masalah, Ardella juga memikirkan betapa rumitnya mereka harus berkemas dan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments