Share

Bab 2

Konon katanya ada sebuah pulau yang memiliki sejuta keindahan, pulau itu letaknya tepat berada ditengah danau yang terbentang luas, pesona pemandangan yang begitu indah serta udaranya sejuk, pulau ini kerap kali dijadikan tempat wisata oleh orang asing. Keindahan pulau yang dapat dinikmati dengan melihat ragam budaya dan tempat-tempat menarik yang dapat dikunjungi.

Dyra Agata seorang gadis berparas cantik dengan postur tubuh mungil tinggal di salah satu desa dekat pulau. Kebiasaan mengunjungi tepi danau dekat pelabuhan. Sepasang bola mata terus memandang ke arah kapal.

Di tengah danau yang kini semakin dekat ke arahnya, angin yang berhembus membuat mata berwarna hazel itu memerah dan tubuhnya gemetar kedinginan. Helaan nafasnya begitu panjang, perasaannya hatinya sangat hampa.

"Hari ini juga bukan, mungkin besok ." Gumam Dyra sedih melihat ke arah tepi kapal.

Dyra berjalan dengan langkah kecil, perlahan-lahan meninggalkan tepi danau, sesekali liriknya lagi ke arah danau. Tak terasa langkahnya membuat dia tiba dirumah.

Seorang wanita dari kejauhan menatap kedatangan Dyra dari arah jalan. "Dyra. Kamu dari mana saja?" Tanyanya yang dari tadi menunggu didepan pintu.

"Dari sana." Ucap Dyra seadanya dengan memasang wajah cemberut dan enggan berbicara.

"Apa ayah masih dirumah?" Tanyanya kembali sambil melepaskan alas kakinya berjalan menuju rumah.

"Iya masuklah. Ayah kamu sekarang menunggu untuk makan malam bersama." Berbicara lembut dan memasang senyum.

Suara langkah Dyra mulai terdengar oleh ayahnya. Sejak pagi tadi ayahnya sudah mencari keberadaan Dyra. Tetapi Dyra tidak ada dirumah. Ayahnya sudah bisa menebak bahwa Dyra kemungkinan pergi ketempat itu lagi.

"Dyra!." Suara yang tegas dan berat memanggil, wajah yang penuh amarah ditunjukkan oleh ayah Dyra.

Dyra yang masih berada di ruang tengah, melihat kearah ayahnya.

"Ada apa ayah." Terkejut mendengar suara panggilan ayahnya, langkahnya terhenti.

"Apa kamu masih pergi kesana?." Tanya ayahnya memasang wajah kesal.

Dyra hanya terdiam. Dengan diamnya Dyra memberikan jawaban pada ayahnya. Wajah kesal ayahnya terlihat oleh Dyra, namun Dyra tidak peduli dengan perkataan ayahnya, sebaliknya ayahnya juga tidak ingin terlalu keras terhadap Dyra menyangkut masalah dia pergi ke tepi danau.

"Mulai besok jangan pernah pergi lagi kesana." Kata ayahnya memperingatkan.

Dyra hanya diam setelah mendengarnya. Larangan ayahnya bukanlah hal yang dapat membuatnya berhenti mengunjungi tepi danau.

"Pak, sudahlah jangan memarahi Dyra lagi, mungkin dia kesana pergi menunggu Raka untuk kembali." Seorang wanita yang datang mendekat dan memegang pundak ayah Dyra.

"Kalau bukan karena ibumu yang mengatakannya, pasti aku sudah menghukummu. " Ucap ayahnya.

"Ayah, Dyra kesana untuk menunggu kedatangannya. Dia adalah orang yang kusayangi dan kurindukan." Ucap Dyra marah.

"Dia telah pergi, jadi jangan pernah mengungkit nama itu didepanku." Ucap ayah Dyra semakin kesal.

"Dyra, dengarkan kata ayahmu, tidak baik membantah perkataan orang tua."

Dyra yang tidak peduli dengan ucapan wanita itu. "Untuk tidak menunggu kakaknya adalah hal yang mustahil untuk kulakukan, kuharap ayah tidak melarangku." Ucap Dyra.

Suasana canggung diantara mereka seakan mencekam. Laki-laki dan wanita paruh baya yang berdiri di hadapannya itu adalah ayah dan Ibu tirinya. Adamas ayah Dyra seorang tuan tanah dan pedagang di daerah desa.

Setelah menduda selama setahun dia memutuskan untuk menikah lagi, ayah Dyra menikahi seorang janda bernama Rossy dan kini menjadi ibu tirinya.

Rossy seorang janda yang ditinggal oleh suaminya. Ditinggal bukan karena maut memisahkan melainkan ditinggal dan pergi bersama wanita lain. Rossy membawa seorang anak perempuan seumuran dengan Dyra, hasil dari pernikahan dengan suami pertamanya.

Dengan begini Dyra mempunyai saudara tiri.

Saat berumur sekitar enam tahun Dyra bertemu dengan Rossy.

Dyra yang masih kecil sering menangis mencari ibu kandungnya. Mendengar Dyra menangis sering kali Rossy mencubit Dyra hingga tubuhnya memar. Di Bawah asuhan ibu tirinya, Dyra selalu diperlakukan buruk.

Ibu tiri Dyra terlihat lemah lembut di depan ayah Dyra, karena itu sampai Dyra tumbuh semakin dewasa, perilaku kejam Rossy terhadap Dyra tidak pernah diketahui oleh Adamas.

Rossy sangat bijak memilih waktu untuk menyiksa Dyra, saat ayah Dyra tidak dirumah disitulah Rossy memperlakukan Dyra dengan buruk.

Seiring waktu berjalan Dyra sudah tidak takut dengan ibu tirinya. Semenjak dia tumbuh lebih dewasa dia sudah mengerti arti ibu tiri sebenarnya. Sewaktu kecil seringkali dia disiksa di belakang ayahnya, Dyra yang masih tidak berdaya menerimanya tanpa ada perlawanan.

Ayah Dyra yang hampir kehilangan kasih sayang untuk Dyra. Ibu tirinya selalu memperlakukannya dengan buruk membuatnya sedikit pemurung didalam rumah. Bercanda dan tawa jarang terlihat di wajah Dyra saat berada dirumah, untuk menjalani harinya dia menyibukkan diri dengan pekerjaan rumah.

***

Mentari memancarkan sinarnya, menikmati udara segar dan merasakan embun pagi menyelimuti wajah tirus Dyra, senyumnya selalu menyambut hari bahagia, kepolosan dan kesederhanaan membuatnya terlihat semakin cantik.

Suara ayam berkokok menunjukkan hari sudah pagi.

Dyra terbangun dari tidurnya, hal pertama yang dilakukan merapikan tempat tidur, kemudian rambutnya yang panjang terurai diikatnya menggunakan jepit rambut.

Dyra memulai aktivitasnya dengan semangat pagi. Suara berisik dari dapur menandakan Dyra sedang memasak, dan dilanjutkan dengan mengepel, mencuci piring serta menyelesaikan pekerjaan yang lainnya.

Semua pekerjaan rumah kini telah selesai. Dyra mulai bersiap-siap untuk pergi.

"Ouhhh, aku terlambat." Sambil melihat jam tangannya.

Dengan cepat dia menyusun hidangan makanan diatas meja, kemudian dia bergegas pergi meninggalkan mereka yang masih terlelap tidur.

Dyra berlari menuju pelabuhan, dengan mengenakan jaket berwarna coklat berlengan panjang. Tiupan angin pagi membuat rambut panjang Dyra terurai sedikit berantakan, nafasnya kini mulai terengah-engah, langkahnya mulai melambat.

Dyra mulai menoleh dan melihat-lihat penumpang kapal, kemudian beranjak masuk ke dalam keramaian sambil mencari-cari. Setelah lama mencari dia hanya diam berdiri ditengah keramaian, tiba-tiba di memanggil sebuah nama.

"Abang Raka! aku disini!." Panggilnya dengan suara serak menahan kerinduan.

Hiksss

"Abang." Ucapnya tak tahan lagi menahan kerinduan. Air matanya terjatuh membasahi pipinya.

Hatinya terasa sesak, rasanya Dyra ingin berteriak keras untuk meluaskan isi hatinya. Dia menghentakkan tubuhnya dengan posisi setengah duduk, kedua tangannya disandarkan ke lututnya, kemudian menundukkan kepalanya sambil menutup matanya.

Dia melupakanku. Bagaimana sekarang wajahnya. Apa dia baik baik saja. Didalam benak Dyra.

Seketika ingatannya kembali mengingat janji antara mereka.

Dyra berteriak kembali. "Jika kakak tidak muncul, aku tidak akan datang lagi. Tahukah kamu bagaimana rasanya menunggu begitu lama." Dyra kembali terisak menangis.

"Aku merindukanmu. Apa kamu dengar! Aku rindu. Cepat kembali." Ucap Dyra pelan.

"Kenapa kakak tidak menepati janji? Katanya akan cepat kembali untuk menjemputku, tapi sampai sekarang tidak Ada kabar sama sekali." Bergumam sendiri masih dalam keadaan sebelumnya.

Tap, tap, tap.

Suara langkah terdengar samar-samar mulai mendekati Dyra, mendengar itu tangisannya berhenti dan mulai mendengarkan dengan jelas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status