Konon katanya ada sebuah pulau yang memiliki sejuta keindahan, pulau itu letaknya tepat berada ditengah danau yang terbentang luas, pesona pemandangan yang begitu indah serta udaranya sejuk, pulau ini kerap kali dijadikan tempat wisata oleh orang asing. Keindahan pulau yang dapat dinikmati dengan melihat ragam budaya dan tempat-tempat menarik yang dapat dikunjungi.
Dyra Agata seorang gadis berparas cantik dengan postur tubuh mungil tinggal di salah satu desa dekat pulau. Kebiasaan mengunjungi tepi danau dekat pelabuhan. Sepasang bola mata terus memandang ke arah kapal.Di tengah danau yang kini semakin dekat ke arahnya, angin yang berhembus membuat mata berwarna hazel itu memerah dan tubuhnya gemetar kedinginan. Helaan nafasnya begitu panjang, perasaannya hatinya sangat hampa."Hari ini juga bukan, mungkin besok ." Gumam Dyra sedih melihat ke arah tepi kapal.Dyra berjalan dengan langkah kecil, perlahan-lahan meninggalkan tepi danau, sesekali liriknya lagi ke arah danau. Tak terasa langkahnya membuat dia tiba dirumah.Seorang wanita dari kejauhan menatap kedatangan Dyra dari arah jalan. "Dyra. Kamu dari mana saja?" Tanyanya yang dari tadi menunggu didepan pintu."Dari sana." Ucap Dyra seadanya dengan memasang wajah cemberut dan enggan berbicara."Apa ayah masih dirumah?" Tanyanya kembali sambil melepaskan alas kakinya berjalan menuju rumah."Iya masuklah. Ayah kamu sekarang menunggu untuk makan malam bersama." Berbicara lembut dan memasang senyum.Suara langkah Dyra mulai terdengar oleh ayahnya. Sejak pagi tadi ayahnya sudah mencari keberadaan Dyra. Tetapi Dyra tidak ada dirumah. Ayahnya sudah bisa menebak bahwa Dyra kemungkinan pergi ketempat itu lagi."Dyra!." Suara yang tegas dan berat memanggil, wajah yang penuh amarah ditunjukkan oleh ayah Dyra.Dyra yang masih berada di ruang tengah, melihat kearah ayahnya."Ada apa ayah." Terkejut mendengar suara panggilan ayahnya, langkahnya terhenti."Apa kamu masih pergi kesana?." Tanya ayahnya memasang wajah kesal.Dyra hanya terdiam. Dengan diamnya Dyra memberikan jawaban pada ayahnya. Wajah kesal ayahnya terlihat oleh Dyra, namun Dyra tidak peduli dengan perkataan ayahnya, sebaliknya ayahnya juga tidak ingin terlalu keras terhadap Dyra menyangkut masalah dia pergi ke tepi danau."Mulai besok jangan pernah pergi lagi kesana." Kata ayahnya memperingatkan.Dyra hanya diam setelah mendengarnya. Larangan ayahnya bukanlah hal yang dapat membuatnya berhenti mengunjungi tepi danau."Pak, sudahlah jangan memarahi Dyra lagi, mungkin dia kesana pergi menunggu Raka untuk kembali." Seorang wanita yang datang mendekat dan memegang pundak ayah Dyra."Kalau bukan karena ibumu yang mengatakannya, pasti aku sudah menghukummu. " Ucap ayahnya."Ayah, Dyra kesana untuk menunggu kedatangannya. Dia adalah orang yang kusayangi dan kurindukan." Ucap Dyra marah."Dia telah pergi, jadi jangan pernah mengungkit nama itu didepanku." Ucap ayah Dyra semakin kesal."Dyra, dengarkan kata ayahmu, tidak baik membantah perkataan orang tua."Dyra yang tidak peduli dengan ucapan wanita itu. "Untuk tidak menunggu kakaknya adalah hal yang mustahil untuk kulakukan, kuharap ayah tidak melarangku." Ucap Dyra.Suasana canggung diantara mereka seakan mencekam. Laki-laki dan wanita paruh baya yang berdiri di hadapannya itu adalah ayah dan Ibu tirinya. Adamas ayah Dyra seorang tuan tanah dan pedagang di daerah desa.Setelah menduda selama setahun dia memutuskan untuk menikah lagi, ayah Dyra menikahi seorang janda bernama Rossy dan kini menjadi ibu tirinya.Rossy seorang janda yang ditinggal oleh suaminya. Ditinggal bukan karena maut memisahkan melainkan ditinggal dan pergi bersama wanita lain. Rossy membawa seorang anak perempuan seumuran dengan Dyra, hasil dari pernikahan dengan suami pertamanya.Dengan begini Dyra mempunyai saudara tiri.Saat berumur sekitar enam tahun Dyra bertemu dengan Rossy.Dyra yang masih kecil sering menangis mencari ibu kandungnya. Mendengar Dyra menangis sering kali Rossy mencubit Dyra hingga tubuhnya memar. Di Bawah asuhan ibu tirinya, Dyra selalu diperlakukan buruk.Ibu tiri Dyra terlihat lemah lembut di depan ayah Dyra, karena itu sampai Dyra tumbuh semakin dewasa, perilaku kejam Rossy terhadap Dyra tidak pernah diketahui oleh Adamas.Rossy sangat bijak memilih waktu untuk menyiksa Dyra, saat ayah Dyra tidak dirumah disitulah Rossy memperlakukan Dyra dengan buruk.Seiring waktu berjalan Dyra sudah tidak takut dengan ibu tirinya. Semenjak dia tumbuh lebih dewasa dia sudah mengerti arti ibu tiri sebenarnya. Sewaktu kecil seringkali dia disiksa di belakang ayahnya, Dyra yang masih tidak berdaya menerimanya tanpa ada perlawanan.Ayah Dyra yang hampir kehilangan kasih sayang untuk Dyra. Ibu tirinya selalu memperlakukannya dengan buruk membuatnya sedikit pemurung didalam rumah. Bercanda dan tawa jarang terlihat di wajah Dyra saat berada dirumah, untuk menjalani harinya dia menyibukkan diri dengan pekerjaan rumah.***Mentari memancarkan sinarnya, menikmati udara segar dan merasakan embun pagi menyelimuti wajah tirus Dyra, senyumnya selalu menyambut hari bahagia, kepolosan dan kesederhanaan membuatnya terlihat semakin cantik.Suara ayam berkokok menunjukkan hari sudah pagi.Dyra terbangun dari tidurnya, hal pertama yang dilakukan merapikan tempat tidur, kemudian rambutnya yang panjang terurai diikatnya menggunakan jepit rambut.Dyra memulai aktivitasnya dengan semangat pagi. Suara berisik dari dapur menandakan Dyra sedang memasak, dan dilanjutkan dengan mengepel, mencuci piring serta menyelesaikan pekerjaan yang lainnya.Semua pekerjaan rumah kini telah selesai. Dyra mulai bersiap-siap untuk pergi."Ouhhh, aku terlambat." Sambil melihat jam tangannya.Dengan cepat dia menyusun hidangan makanan diatas meja, kemudian dia bergegas pergi meninggalkan mereka yang masih terlelap tidur.Dyra berlari menuju pelabuhan, dengan mengenakan jaket berwarna coklat berlengan panjang. Tiupan angin pagi membuat rambut panjang Dyra terurai sedikit berantakan, nafasnya kini mulai terengah-engah, langkahnya mulai melambat.Dyra mulai menoleh dan melihat-lihat penumpang kapal, kemudian beranjak masuk ke dalam keramaian sambil mencari-cari. Setelah lama mencari dia hanya diam berdiri ditengah keramaian, tiba-tiba di memanggil sebuah nama."Abang Raka! aku disini!." Panggilnya dengan suara serak menahan kerinduan.Hiksss"Abang." Ucapnya tak tahan lagi menahan kerinduan. Air matanya terjatuh membasahi pipinya.Hatinya terasa sesak, rasanya Dyra ingin berteriak keras untuk meluaskan isi hatinya. Dia menghentakkan tubuhnya dengan posisi setengah duduk, kedua tangannya disandarkan ke lututnya, kemudian menundukkan kepalanya sambil menutup matanya.Dia melupakanku. Bagaimana sekarang wajahnya. Apa dia baik baik saja. Didalam benak Dyra.Seketika ingatannya kembali mengingat janji antara mereka.Dyra berteriak kembali. "Jika kakak tidak muncul, aku tidak akan datang lagi. Tahukah kamu bagaimana rasanya menunggu begitu lama." Dyra kembali terisak menangis."Aku merindukanmu. Apa kamu dengar! Aku rindu. Cepat kembali." Ucap Dyra pelan."Kenapa kakak tidak menepati janji? Katanya akan cepat kembali untuk menjemputku, tapi sampai sekarang tidak Ada kabar sama sekali." Bergumam sendiri masih dalam keadaan sebelumnya.Tap, tap, tap.Suara langkah terdengar samar-samar mulai mendekati Dyra, mendengar itu tangisannya berhenti dan mulai mendengarkan dengan jelas.Suara langkah itu semakin mendekat ke arah Dyra, lalu suara berat memanggil."Dyra."Dyra menoleh. "Robin." Sautnya sembari menghapus air matanya."Aku mencarimu dari tadi, rupanya kamu disini." "Memangnya untuk apa kamu mencariku." Robin dengan senyuman mengajak rambut Dyra. "Apa kamu lupa bahwa hari ini kita akan kesekolah melihat kelulusan," oceh Dilan."Aku lupa. Tapi tidak masalah, sekarang aku sudah ingat. Ayo kita pergi." Dyra kembali memasang wajah ceria.Sekeras apapun Dyra menyembunyikan kesedihannya, Robin tahu bahwa Dyra sudah menghabiskan air matanya.Dyra dan Robin pergi mengunakan sepeda. Robin membonceng Dyra. Rasanya suasana pagi hari memang selalu indah untuk dinikmati.Setibanya di sekolah, seorang gadis melambaikan tangan meneriaki mereka. Dia adalah Ayunda teman Dyra, sekaligus sepupu Dyra."Kenapa kalian begitu lama, aku sudah menunggu sejak tadi." Ayu terus mengoceh sambil cemberut."Maaf, aku lupa hari ini kita kesekolah." Dyra memasang wajah penyeselan.Ayun
Setelah selesai bermain, Dyra diantar pulang sampai depan rumah, lalu Robin berpamitan. Dari kejauhan tampaklah halaman rumah yang dipenuhi dengan bunga, di depan rumah terdapat kursi bambu tua, dimana saat ini ayah Dyra sedang duduk bersantai dengan kain sampannya sambil menulis di atas buku. Kembali Dyra mengingat perkataan gurunya tentang kelanjutan studinya, Dyra ingin mencoba bertanya tentang pendapat ayahnya. Dyra mulai beranjak mendekati ayahnya lalu tetap berdiri disamping, namun tidak ada sepatah kata dari ayahnya.Dyra ingin mengatakan sesuatu. "Ayah. Dyra mendapat nilai teratas." Dyra menunjukkan sertifikat kelulusannya, tetap tidak ada respon dari ayahnya.Lalu Dyra mencoba berkata lagi. " Bagaimana jika Dyra melanjutkan sekolah di kota," ucap Dyra. Meski ragu, tetap Dyra menyampaikan keinginannya.Ketika mendengarnya, ayah Dyra meletakkan pulpennya, dan memperhatikan ke arah Dyra. Saat ingin mulai berkata, suara langkah kaki mendekat ke arah mereka, dia adalah ibu tiri
Setelah selesai membersihkan diri, Dyra menatap ke sekeliling kamarnya. Gambar Almarhum Ibunya terpajang penuh di dinding. Dyra mulai merenung, dengan pelan Dyra berjalan ke arah tempat tidur, dia mulai membaringkan tubuhnya dan memejamkan mata.Kenangan masa kecilnya terlintas di benaknya. Dulu sekali semua masih terasa indah bersama Ibunya, tapi hari ini, Dyra menyadari bahwa dia benar-benar membutuhkan Ibu kandungnya disisinya."Jika Ibu masih bersama Dyra saat ini, pasti Ibu akan mendengarkan Dyra," gumam Dyra.Dyra menangis tersedu, tubuhnya yang kelelahan membuatnya cepat tertidur.***Matahari mulai terbenam, suara angin dan rasa dingin menandakan malam hari telah tiba. Malam ini Ayah Dyra bertugas jaga malam, di desa ada kebiasaan bahwa setiap orang akan bergantian ronde keliling kampung dan berjaga pos, semua itu diperuntukkan untuk keamanan desa.Brakkk.Suara keras membanting pintu kamar Dyra, orang yang melakukan itu tidak lain adalah Sarianti dan Ibu tiri Dyra. Mereka b
Dyra saat ini memandang ke arah langit, menikmati udara malam lewat jendela. Tiba-tiba suara samar-samar memanggil namanya."Dyra," suara memanggil Dyra menoleh dan mendapati Robin sedang berjalan kerahnya dengan mengendap-endap."Apa yang kamu lakukan disini, kenapa tidak lewat depan saja," ucap Dyra."Aku malas bertemu dengan Ibu tirimu," sautnya pelan."Memangnya ada apa, sampai kamu harus datang dengan bersembunyi?""Ayu mengadakan acara di penginapan, sebelum pergi kekota, Ayu ingin mengucapkan perpisahan pada semua orang," jelas Robin."Kita kesana sekarang juga. Tunggu aku disini," ucap Dyra bergegas.Robin menghentikan Dyra. " Kamu mau kemana?" tanyanya."Aku akan berpamitan pada Ayah lebih dulu, tunggu aku di depan," saut Dyra."Bagaimana kalau Ibu tirimu ada disana, pasti dia akan melarangmu pergi dengan dalih sudah malam," ucap Robin.Apa yang dikatakan Robin memang ada benarnya, Dyra berpikir sejenak."Terus kita harus bagaimana?" tanyanya."Seperti biasa, keluar lewat je
Dyra saat ini memandang ke arah langit, menikmati udara malam lewat jendela. Tiba-tiba suara samar-samar memanggil namanya."Dyra," suara memanggil Dyra menoleh dan mendapati Robin sedang berjalan kearahnya dengan mengendap-endap."Apa yang kamu lakukan disini, kenapa tidak lewat depan saja," ucap Dyra."Aku malas bertemu dengan Ibu tirimu," sautnya pelan."Memangnya ada apa, sampai kamu harus datang dengan bersembunyi?""Ayu mengadakan acara di penginapan, sebelum pergi kekota, Ayu ingin mengucapkan perpisahan pada semua orang," jelas Robin."Kita kesana sekarang juga. Tunggu aku disini," ucap Dyra bergegas.Robin menghentikan Dyra. " Kamu mau kemana?" tanyanya."Aku akan berpamitan pada Ayah lebih dulu, tunggu aku di depan," saut Dyra."Bagaimana kalau Ibu tirimu ada disana, pasti dia akan melarangmu pergi dengan dalih sudah malam," ucap Robin.Apa yang dikatakan Robin memang ada benarnya, Dyra berpikir sejenak."Terus kita harus bagaimana?" tanyanya."Seperti biasa, keluar lewat je
Rossy merasa Dyra mulai berani melawannya, selama ini Dyra hanya diam dan menerima perlakuan darinya. Tetapi sekarang Dyra lebih berani dan tidak takut.Tentu Rossy tidak akan membiarkan Dyra seperti itu. "Kamu, sepertinya menjadi kurang ajar." Tangannya menunjuk ke wajah Dyra.Sarianti juga mengambil bagiannya, dia begitu merasa kesal dengan Dyra mulai menghasut Ibunya agar Dyra dihukum. "Cambuk saja Bu, biar dia tahu akibatnya membanta Ibu. " Kata Sarianti memanasi ibunya.Ibu tiri Dyra berdiri dan menuju ke arah Dyra, saat tangannya ingin memukul wajah Dyra tangannya terhenti ditahan oleh Dyra."Karena ayah juga tidak dirumah, maka aku tidak perlu patuh terhadapmu, selama ini aku menjaga perasaan ayah, tapi tidak hari ini" Sembari memegang tangan ibu tirinya.Terkejut melihat ekspresi Dyra yang penuh dengan amarah. Rossy tidak tahu harus berbuat apa lagi, karena itu dia memikirkan satu cara yaitu
"Kenapa ayah tidak mendengarkan penjelasan Dyra, kenapa hanya wanita itu dan para tetangga yang ayah dengar. Sekali saja ayah bertanya pada Dyra apa yang terjadi." Ucap Dyra mulai berkaca-kaca."Ayah tidak perlu penjelasanmu, apapun yang dilakukan ibumu, kamu pasti akan menjelek-jelekkan ibumu." Ayah Dyra yang sama sekali tidak terpengaruh oleh ucapan Dyra."Sekali lagi ayah suruh kamu meminta maaf pada ibumu. Kalau tidak ayah akan memukulmu sampai kamu setuju meminta maaf." Ucap ayah Dyra."Pukul saja, lebih baik aku dipukul daripada meminta maaf pada wanita jahat itu." Dyra yang tidak sama sekali takut dipukul oleh ayahnya.Dyra diam dan hanya menatap ibu tirinya itu dengan wajah biasa saja, ayahnya mulai memukul kakinya.Plakk,,. Satu pukulan di kaki Dyra. "Tetap tidak mau minta maaf." Ucap ayah Ardella.Ayah Dyra semakin kesal melihat Dyra yang keras kepala. Mengangkat kembali rotannya tak henti
Keesokan harinya.Pagi sekali seluruh keluarga berkumpul di pelabuhan, mereka memberangkatkan Sarianti untuk melanjutkan sekolahnya. Disana terlihat kesedihan dimata ibu tiri Dyra karena melihat putri kesayangannya pergi, dia memeluk Sarianti dan mengatakan untuk menjaga diri, sedangkan ayah Dyra sibuk merapikan barang bawaan Sarianti."Ibu, aku pasti akan merindukan kalian semua." Peluk Sarianti ibunya."Ibu juga pasti akan merindukanmu sayang." Ucap ibunya membalas pelukan Sarianti."Sarianti hanya pergi untuk menuntut ilmu, dia juga akan masih kembali, jadi jangan menangis." Ucap ayah Dyra."Ayah. Sarianti juga pasti akan rindu ayah." Ucap Sarianti."Ayah juga. Sebaiknya kamu segera masuk. Kapalnya sebentar lagi akan berangkat. Jaga dirimu baik-baik selama berada di kota.""Baik ayah." Kata Sarianti mencium tangan ayah Dyra.Akhirnya Sarianti masuk ke dalam kapal. Kapal