Setelah selesai membersihkan diri, Dyra menatap ke sekeliling kamarnya. Gambar Almarhum Ibunya terpajang penuh di dinding. Dyra mulai merenung, dengan pelan Dyra berjalan ke arah tempat tidur, dia mulai membaringkan tubuhnya dan memejamkan mata.
Kenangan masa kecilnya terlintas di benaknya. Dulu sekali semua masih terasa indah bersama Ibunya, tapi hari ini, Dyra menyadari bahwa dia benar-benar membutuhkan Ibu kandungnya disisinya."Jika Ibu masih bersama Dyra saat ini, pasti Ibu akan mendengarkan Dyra," gumam Dyra.Dyra menangis tersedu, tubuhnya yang kelelahan membuatnya cepat tertidur.***Matahari mulai terbenam, suara angin dan rasa dingin menandakan malam hari telah tiba.Malam ini Ayah Dyra bertugas jaga malam, di desa ada kebiasaan bahwa setiap orang akan bergantian ronde keliling kampung dan berjaga pos, semua itu diperuntukkan untuk keamanan desa.Brakkk.Suara keras membanting pintu kamar Dyra, orang yang melakukan itu tidak lain adalah Sarianti dan Ibu tiri Dyra. Mereka berniat membalas perlakuan Dyra.Dyra terbangun mendengar suara itu. Melihat Ibu tirinya dan Sarianti sudah berada di kamarnya."Apa yang kalian lakukan disini?" Dyra menatap dengan sinis.Karena kejadian tadi siang, Ibu tiri Dyra masih kesal. "Tidak kusangka kau berani merendahkanku, akan kuberi kau pelajaran supaya bisa lebih hormat pada orang tua." Ibu tiri Dyra mendekat.Kemudian Ibu tirinya itu menjambak rambut Dyra dengan kuat, lalu Sarianti mengikat tangan Dyra dan menutup mulut Dyra dengan kain."Lepaskan." Dyra berusaha untuk bersuara."Diamlah! Kau itu harus mengerti siapa yang berkuasa disini." Ibu tiri Dyra terus menarik rambut Dyra.Walau berusaha melepaskan diri, tetap saja Dyra tidak bisa. Tubuhnya diseret keluar dari kamar."Mau diapain dia?" tanya Sarianti."Masukkan saja ke gudang, malam ini biarkan dia tidur di sana bersama tikus-tikus. Itu sangat cocok untuknya." Tertawa keras.Dengan semangat mereka menyeret tubuh Dyra ke gudang, mereka melemparkan tubuh Dyra ke dalam gudang dan mengunci pintu dari luar."Rasain!" Sarianti terus saja tertawa, puas melihat Dyra dikurung."Setelah ini, dia akan mengerti siapa yang dia lawan." Ibu tiri Dyra menaikkan alisnya.Dyra yang berada di gudang saat ini merasa ketakutan, tubuhnya mulai gemetar karena kedinginan, gelapnya malam lebih membuatnya takut, ditambah dengan suara-suara tikus yang berkeliaran di sekitarnya. Tangan dan kakinya yang terikat membuat Dyra tidak bisa bergerak, mulutnya masih tertutup sehingga Dyra tidak bisa bersuara meminta pertolongan.Dyra menyeret tubuh dengan perlahan, dia berada di dekat pintu, Dyra membanting pintu dengan tubuhnya, sekuat apapun Dyra melakukannya, tidak seorang juga yang datang untuk menolong.Dyra yang kelelahan mulai menyerah, dia bersandar ke dekat pintu sambil berusaha melepaskan ikatannya."Selalu saja seperti ini, kapan Ayah akan sadar dengan kelakuan mereka," gumam Dyra dengan sedih.Tubuh Dyra semakin kedinginan, dia bergetar menahannya, setelah sekian waktu, akhirnya Dyra tertidur.Disisi lain, tampaklah Rossy dan Sarianti senang, mereka senang memasukkan Dyra ke gudang."Seharusnya hukumannya berat Bu. Cambuk aja sekalian. Kalau hanya dikurung di gudang terlalu ringan, besok juga dia keluar." Sarianti memberikan saran pada Ibunya."Mencambuknya tidak bisa Ibu lakukan. Jika meninggalkan bekas, Ayah tirimu akan tahu kalau Dyra kita siksa," ucap Rossy."Benar juga. Ayah tidak akan pernah sadar kalau Dyra tidur di gudang."Mencambuk Dyla akan meninggalkan bekas di tubuhnya, sehingga Rossy selalu memilih mengurung Dyra di gudang dan tidak memberi makan sepanjang hari.***Subuh-subuh sekali Rossy dan Sarianti kembali ke gudang, mereka harus melepaskan Dyra sebelum Ayah Dyra kembali. Saat membuka pintu gudang, Dyra masih tertidur. Dengan berteriak Rossy membangunkan Dyra."Bangun!" Rossy menendang tubuh Dyra.Dyra terkejut, dia masih mengerjapkan matanya, perlahan melihat Rossy dan Sarianti di depannya."Cepat kau bangun!" Dengan kasar Sarianti membuka ikatan Dyra.Dyra menatap, tapi tidak berbicara. Dia seakan enggan melawan."Cepat kau pergi kedapur dan siapkan sarapan,. Awas sampai kau mengadu pada Ayahmu. Aku akan lebih menyiksamu lagi," ucap Rossy."Pergi sana!" Sarianti mendorong Dyra.Dyra terbanting ke dinding, kakinya sangat terasa keram. Perlahan Dyra mulai berjalan ke arah dapur, tatapan dan pandangannya terasa kosong, ingin menangis pun tidak mampu lagi, mengadu pada Ayahnya tidak ada gunanya, Ayahnya tidak akan pernah percaya pada Dyra.***Pagi Hari.Ayah Dyra telah kembali, semua orang menyambut kedatangannya. Sarianti lebih dulu menghampiri Ayah tirinya itu lalu menyalim. Diikuti oleh Rossy dari belakang, tersenyum manis menyambut kedatangan suaminya itu.Berbeda dengan Dyra, sikap acuh dibenamkan dalam dirinya.Semua berjalan seperti biasanya, Ayah Dyra tidak tahu sama sekali. Mereka berkumpul di meja makan."Sebaiknya kamu mulai persiapan masuk kuliah. Jika ada yang kamu butuhkan, beritahu Ayah," ucap Ayah Dyra.Sarianti merasa senang, raut wajahnya menunjukkan kebanggaan karena telah berhasil merebut perhatian Ayah Dyra."Terima kasih Ayah, Sarianti sayang Ayah," saut Sarianti meriah.Dyra menatap kearah Sarianti, dengan wajah datar dan tidak berkomentar, Dyra hanya menyantap makanannya, perlakuan ini sudah biasa baginya, karena itu hati Dyra mulai membatu.Ayah Dyra memutuskan untuk tidak mempekerjakan orang di kebunnya. Meminta Dyra membantu dan bekerja di kebun, sebagai gantinya tahun depan Dyra akan melanjutkan sekolahnya."Untuk sementara Dyra bantu Ayah untuk mengelola kebun, modal ayah tidak cukup untuk membayar upah para pekerja, jadi untuk tahun ini, kebun kita kelola sendiri," kata Ayah Dyra.Dyra menurut dan mendengarkan perkataan Ayahnya dan berpikir bahwa Ayahnya yang sedang kesusahan membuatnya tidak bisa menolak. Apapun yang terjadi padanya, meski tersiksa Dyra tidak pernah peduli tentang dirinya, meskipun kadang Ayahnya mengabaikan dirinya, kasih sayang Dyra terhadap Ayahnya tidak pernah berkurang, Dyra selalu berharap suatu hari Ayahnya akan melihat wajah asli dari Ibu tirinya dan Sarianti.Rossy sebagai istri yang baik berusaha menunjukkan sikap perhatian dan manis."Aku juga akan ikut bekerja di kebun, agar bisa membantu keuangan kita membaik." Memegang tangan Ayah Dyra dengan lembut.Mendengar perkataan sang istrinya membuat Ayah Dyra semakin mencintainya."Terima kasih sayang, tapi kamu tetap harus memperhatikan anak-anak. Aku tidak ingin kamu terlalu lelah mengerjakan pekerjaan rumah dan pekerjaan di kebun." Senyum Ayah Dyra pada Rossy.Sikap manis yang kulihat itu terasa menjijikkan, bahkan sampai sekarang Ayah tidak pernah tahu kalau selama ini aku yang melakukan pekerjaan rumah. Wanita itu hanya mengandalkan mulutnya untuk merayu Ayah. Lihat saja nanti, suatu hari Ayah akan percaya padaku. Batin Dyra."Ayah, aku belum terlalu paham cara bekerja di kebun," ucap Dyra."Nanti akan Ayah ajarkan, kamu juga bisa minta bantuan dari para pekerja lain, tidak semua orang Ayah berhentikan," ucap Ayah Dyra."Baiklah Ayah," saut Dyra."Ayah, bisakah aku minta uang, soalnya aku harus membeli perlengkapan kuliah." Pinta Sarianti lembut."Nanti Ayah berikan setelah selesai makan," ucap Ayah Dyra."Terima kasih Ayah," saut Sarianti tersenyum lebar."Rasain, sekarang Ayah lebih sayang aku dan Ibuku," batin Sarianti.Dyra dan Sarianti sali beradu tatap, Dyra tahu apa yang sedang dipikirkan Sarianti, setelah saling menatap, Sarianti menjulurkan lidahnya ke arah Dyra.Dyra saat ini memandang ke arah langit, menikmati udara malam lewat jendela. Tiba-tiba suara samar-samar memanggil namanya."Dyra," suara memanggil Dyra menoleh dan mendapati Robin sedang berjalan kerahnya dengan mengendap-endap."Apa yang kamu lakukan disini, kenapa tidak lewat depan saja," ucap Dyra."Aku malas bertemu dengan Ibu tirimu," sautnya pelan."Memangnya ada apa, sampai kamu harus datang dengan bersembunyi?""Ayu mengadakan acara di penginapan, sebelum pergi kekota, Ayu ingin mengucapkan perpisahan pada semua orang," jelas Robin."Kita kesana sekarang juga. Tunggu aku disini," ucap Dyra bergegas.Robin menghentikan Dyra. " Kamu mau kemana?" tanyanya."Aku akan berpamitan pada Ayah lebih dulu, tunggu aku di depan," saut Dyra."Bagaimana kalau Ibu tirimu ada disana, pasti dia akan melarangmu pergi dengan dalih sudah malam," ucap Robin.Apa yang dikatakan Robin memang ada benarnya, Dyra berpikir sejenak."Terus kita harus bagaimana?" tanyanya."Seperti biasa, keluar lewat je
Dyra saat ini memandang ke arah langit, menikmati udara malam lewat jendela. Tiba-tiba suara samar-samar memanggil namanya."Dyra," suara memanggil Dyra menoleh dan mendapati Robin sedang berjalan kearahnya dengan mengendap-endap."Apa yang kamu lakukan disini, kenapa tidak lewat depan saja," ucap Dyra."Aku malas bertemu dengan Ibu tirimu," sautnya pelan."Memangnya ada apa, sampai kamu harus datang dengan bersembunyi?""Ayu mengadakan acara di penginapan, sebelum pergi kekota, Ayu ingin mengucapkan perpisahan pada semua orang," jelas Robin."Kita kesana sekarang juga. Tunggu aku disini," ucap Dyra bergegas.Robin menghentikan Dyra. " Kamu mau kemana?" tanyanya."Aku akan berpamitan pada Ayah lebih dulu, tunggu aku di depan," saut Dyra."Bagaimana kalau Ibu tirimu ada disana, pasti dia akan melarangmu pergi dengan dalih sudah malam," ucap Robin.Apa yang dikatakan Robin memang ada benarnya, Dyra berpikir sejenak."Terus kita harus bagaimana?" tanyanya."Seperti biasa, keluar lewat je
Rossy merasa Dyra mulai berani melawannya, selama ini Dyra hanya diam dan menerima perlakuan darinya. Tetapi sekarang Dyra lebih berani dan tidak takut.Tentu Rossy tidak akan membiarkan Dyra seperti itu. "Kamu, sepertinya menjadi kurang ajar." Tangannya menunjuk ke wajah Dyra.Sarianti juga mengambil bagiannya, dia begitu merasa kesal dengan Dyra mulai menghasut Ibunya agar Dyra dihukum. "Cambuk saja Bu, biar dia tahu akibatnya membanta Ibu. " Kata Sarianti memanasi ibunya.Ibu tiri Dyra berdiri dan menuju ke arah Dyra, saat tangannya ingin memukul wajah Dyra tangannya terhenti ditahan oleh Dyra."Karena ayah juga tidak dirumah, maka aku tidak perlu patuh terhadapmu, selama ini aku menjaga perasaan ayah, tapi tidak hari ini" Sembari memegang tangan ibu tirinya.Terkejut melihat ekspresi Dyra yang penuh dengan amarah. Rossy tidak tahu harus berbuat apa lagi, karena itu dia memikirkan satu cara yaitu
"Kenapa ayah tidak mendengarkan penjelasan Dyra, kenapa hanya wanita itu dan para tetangga yang ayah dengar. Sekali saja ayah bertanya pada Dyra apa yang terjadi." Ucap Dyra mulai berkaca-kaca."Ayah tidak perlu penjelasanmu, apapun yang dilakukan ibumu, kamu pasti akan menjelek-jelekkan ibumu." Ayah Dyra yang sama sekali tidak terpengaruh oleh ucapan Dyra."Sekali lagi ayah suruh kamu meminta maaf pada ibumu. Kalau tidak ayah akan memukulmu sampai kamu setuju meminta maaf." Ucap ayah Dyra."Pukul saja, lebih baik aku dipukul daripada meminta maaf pada wanita jahat itu." Dyra yang tidak sama sekali takut dipukul oleh ayahnya.Dyra diam dan hanya menatap ibu tirinya itu dengan wajah biasa saja, ayahnya mulai memukul kakinya.Plakk,,. Satu pukulan di kaki Dyra. "Tetap tidak mau minta maaf." Ucap ayah Ardella.Ayah Dyra semakin kesal melihat Dyra yang keras kepala. Mengangkat kembali rotannya tak henti
Keesokan harinya.Pagi sekali seluruh keluarga berkumpul di pelabuhan, mereka memberangkatkan Sarianti untuk melanjutkan sekolahnya. Disana terlihat kesedihan dimata ibu tiri Dyra karena melihat putri kesayangannya pergi, dia memeluk Sarianti dan mengatakan untuk menjaga diri, sedangkan ayah Dyra sibuk merapikan barang bawaan Sarianti."Ibu, aku pasti akan merindukan kalian semua." Peluk Sarianti ibunya."Ibu juga pasti akan merindukanmu sayang." Ucap ibunya membalas pelukan Sarianti."Sarianti hanya pergi untuk menuntut ilmu, dia juga akan masih kembali, jadi jangan menangis." Ucap ayah Dyra."Ayah. Sarianti juga pasti akan rindu ayah." Ucap Sarianti."Ayah juga. Sebaiknya kamu segera masuk. Kapalnya sebentar lagi akan berangkat. Jaga dirimu baik-baik selama berada di kota.""Baik ayah." Kata Sarianti mencium tangan ayah Dyra.Akhirnya Sarianti masuk ke dalam kapal. Kapal
Hari pertama Dyra hidup mandiri, mulai dari hari ini Dyra akan mencari uang sendiri untuk bertahan hidup, selama ini dia bekerja di perkebunannya sendiri, karena itu Dyra masih bingung cara mencari uang di luar sana.Dyra yang tengah bingung pergi ketempat Robin, saat sampai disana Robin juga sedang bersiap untuk menggembala, dia yang melihat Dyra langsung menyapa."Dyra. Tumben kamu sepagi ini udah berkeliaran." Tanya Robin.Dyra kemudian menceritakan dengan singkat permasalahan antara dia dan ayahnya. Mendengar cerita Dyra. Robin hanyut dalam ceritanya dan merasa kasihan melihat temanya."Dyra yang sabar, jangan sedih. Aku akan selalu mendukungmu." Ucap Robin."Sungguh, kau akan membantuku," ucap Dyra tersenyumDengan semangat Robin mengatakan bahwa dia akan membantunya. "Betul. Aku akan membantu dan selalu berada disamping Dyra Karena itu jangan bersedih, Dyra tidak sendirian, aku a
Hujan dan petir terdengar nyaring saling sahut, sebuah rumah yang mewah dipenuhi dengan aura mencekam, di dalam rumah itu, seorang lelaki paruh baya sekitar 50 tahunan duduk di sofa.Semua orang tengah berkumpul, sekitar empat orang di sana duduk saling berhadapan."Itu semua salahmu, jika bukan karenamu Anggara tidak akan mati," suara berat berbicara lebih dulu."Sudahlah kak, Ayah akan marah," seorang gadis dengan suara lembut menyahut.Sedangkan wanita paruh baya hanya meneteskan air mata tanpa bicara sepatah kata.Ashmore. Alih-alih mengatakan bahwa mereka adalah keturunan bangsawan yang berasal dari jerman. Sebulan lalu alih waris Ashmore yang bernama Anggara Ashmore wafat saat menjalankan bisnis.Didunia bisnis, kematian bisa saja menghampiri setiap saat."Mulai hari ini, kau akan menempati posisi Anggara, persiapkan dirimu sebagai ketua dari Ashmore," suara berat dan disertai bat
Setelah selesai makan mereka beristirahat sebentar, tiba-tiba salah satu karyawan wanita restoran memintanya foto bersama."Permisi, bisakah saya minta foto bersama." Ucapnya mendekat pada Aoran dan menyodorkan hpnya.Aoran dengan tatapannya tidak suka, dirinya hanya diam dan memperhatikan wanita itu berdiri tersipu malu. Gaya wanita seperti itu sudah sering dilihat Aoran, mereka hanya tertarik dengan ketampanan.Evan yang tahu bahwa Aoran kurang nyaman langsung mengambil kamera dan mengajak wanita itu foto bersamanya."Foto bersama saya saja." Evan meraih kamera dan berselfie bersama. "Sebaiknya jangan mengajaknya berfoto, dia itu sedikit pemarah." Berbisik setelah foto bersama.Mendengar perkataan Evan membuat karyawan itu langsung pergi dengan wajah kecewa.Evan melihat Aoran duduk dengan santai. "Ao sebaiknya besok lu pake masker aja pas jalan-jalan, kasihan gue lihat cewek-cewek yang minta foto