Share

Bab 5

Penulis: Shine The Angel
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-05 14:14:40

Setelah selesai membersihkan diri, Dyra menatap ke sekeliling kamarnya. Gambar Almarhum Ibunya terpajang penuh di dinding. Dyra mulai merenung, dengan pelan Dyra berjalan ke arah tempat tidur, dia mulai membaringkan tubuhnya dan memejamkan mata.

Kenangan masa kecilnya terlintas di benaknya. Dulu sekali semua masih terasa indah bersama Ibunya, tapi hari ini, Dyra menyadari bahwa dia benar-benar membutuhkan Ibu kandungnya disisinya.

"Jika Ibu masih bersama Dyra saat ini, pasti Ibu akan mendengarkan Dyra," gumam Dyra.

Dyra menangis tersedu, tubuhnya yang kelelahan membuatnya cepat tertidur.

***

Matahari mulai terbenam, suara angin dan rasa dingin menandakan malam hari telah tiba.

Malam ini Ayah Dyra bertugas jaga malam, di desa ada kebiasaan bahwa setiap orang akan bergantian ronde keliling kampung dan berjaga pos, semua itu diperuntukkan untuk keamanan desa.

Brakkk.

Suara keras membanting pintu kamar Dyra, orang yang melakukan itu tidak lain adalah Sarianti dan Ibu tiri Dyra. Mereka berniat membalas perlakuan Dyra.

Dyra terbangun mendengar suara itu. Melihat Ibu tirinya dan Sarianti sudah berada di kamarnya.

"Apa yang kalian lakukan disini?" Dyra menatap dengan sinis.

Karena kejadian tadi siang, Ibu tiri Dyra masih kesal. "Tidak kusangka kau berani merendahkanku, akan kuberi kau pelajaran supaya bisa lebih hormat pada orang tua." Ibu tiri Dyra mendekat.

Kemudian Ibu tirinya itu menjambak rambut Dyra dengan kuat, lalu Sarianti mengikat tangan Dyra dan menutup mulut Dyra dengan kain.

"Lepaskan." Dyra berusaha untuk bersuara.

"Diamlah! Kau itu harus mengerti siapa yang berkuasa disini." Ibu tiri Dyra terus menarik rambut Dyra.

Walau berusaha melepaskan diri, tetap saja Dyra tidak bisa. Tubuhnya diseret keluar dari kamar.

"Mau diapain dia?" tanya Sarianti.

"Masukkan saja ke gudang, malam ini biarkan dia tidur di sana bersama tikus-tikus. Itu sangat cocok untuknya." Tertawa keras.

Dengan semangat mereka menyeret tubuh Dyra ke gudang, mereka melemparkan tubuh Dyra ke dalam gudang dan mengunci pintu dari luar.

"Rasain!" Sarianti terus saja tertawa, puas melihat Dyra dikurung.

"Setelah ini, dia akan mengerti siapa yang dia lawan." Ibu tiri Dyra menaikkan alisnya.

Dyra yang berada di gudang saat ini merasa ketakutan, tubuhnya mulai gemetar karena kedinginan, gelapnya malam lebih membuatnya takut, ditambah dengan suara-suara tikus yang berkeliaran di sekitarnya. Tangan dan kakinya yang terikat membuat Dyra tidak bisa bergerak, mulutnya masih tertutup sehingga Dyra tidak bisa bersuara meminta pertolongan.

Dyra menyeret tubuh dengan perlahan, dia berada di dekat pintu, Dyra membanting pintu dengan tubuhnya, sekuat apapun Dyra melakukannya, tidak seorang juga yang datang untuk menolong.

Dyra yang kelelahan mulai menyerah, dia bersandar ke dekat pintu sambil berusaha melepaskan ikatannya.

"Selalu saja seperti ini, kapan Ayah akan sadar dengan kelakuan mereka," gumam Dyra dengan sedih.

Tubuh Dyra semakin kedinginan, dia bergetar menahannya, setelah sekian waktu, akhirnya Dyra tertidur.

Disisi lain, tampaklah Rossy dan Sarianti senang, mereka senang memasukkan Dyra ke gudang.

"Seharusnya hukumannya berat Bu. Cambuk aja sekalian. Kalau hanya dikurung di gudang terlalu ringan, besok juga dia keluar." Sarianti memberikan saran pada Ibunya.

"Mencambuknya tidak bisa Ibu lakukan. Jika meninggalkan bekas, Ayah tirimu akan tahu kalau Dyra kita siksa," ucap Rossy.

"Benar juga. Ayah tidak akan pernah sadar kalau Dyra tidur di gudang."

Mencambuk Dyla akan meninggalkan bekas di tubuhnya, sehingga Rossy selalu memilih mengurung Dyra di gudang dan tidak memberi makan sepanjang hari.

***

Subuh-subuh sekali Rossy dan Sarianti kembali ke gudang, mereka harus melepaskan Dyra sebelum Ayah Dyra kembali. Saat membuka pintu gudang, Dyra masih tertidur. Dengan berteriak Rossy membangunkan Dyra.

"Bangun!" Rossy menendang tubuh Dyra.

Dyra terkejut, dia masih mengerjapkan matanya, perlahan melihat Rossy dan Sarianti di depannya.

"Cepat kau bangun!" Dengan kasar Sarianti membuka ikatan Dyra.

Dyra menatap, tapi tidak berbicara. Dia seakan enggan melawan.

"Cepat kau pergi kedapur dan siapkan sarapan,. Awas sampai kau mengadu pada Ayahmu. Aku akan lebih menyiksamu lagi," ucap Rossy.

"Pergi sana!" Sarianti mendorong Dyra.

Dyra terbanting ke dinding, kakinya sangat terasa keram. Perlahan Dyra mulai berjalan ke arah dapur, tatapan dan pandangannya terasa kosong, ingin menangis pun tidak mampu lagi, mengadu pada Ayahnya tidak ada gunanya, Ayahnya tidak akan pernah percaya pada Dyra.

***

Pagi Hari.

Ayah Dyra telah kembali, semua orang menyambut kedatangannya. Sarianti lebih dulu menghampiri Ayah tirinya itu lalu menyalim. Diikuti oleh Rossy dari belakang, tersenyum manis menyambut kedatangan suaminya itu.

Berbeda dengan Dyra, sikap acuh dibenamkan dalam dirinya.

Semua berjalan seperti biasanya, Ayah Dyra tidak tahu sama sekali. Mereka berkumpul di meja makan.

"Sebaiknya kamu mulai persiapan masuk kuliah. Jika ada yang kamu butuhkan, beritahu Ayah," ucap Ayah Dyra.

Sarianti merasa senang, raut wajahnya menunjukkan kebanggaan karena telah berhasil merebut perhatian Ayah Dyra.

"Terima kasih Ayah, Sarianti sayang Ayah," saut Sarianti meriah.

Dyra menatap kearah Sarianti, dengan wajah datar dan tidak berkomentar, Dyra hanya menyantap makanannya, perlakuan ini sudah biasa baginya, karena itu hati Dyra mulai membatu.

Ayah Dyra memutuskan untuk tidak mempekerjakan orang di kebunnya. Meminta Dyra membantu dan bekerja di kebun, sebagai gantinya tahun depan Dyra akan melanjutkan sekolahnya.

"Untuk sementara Dyra bantu Ayah untuk mengelola kebun, modal ayah tidak cukup untuk membayar upah para pekerja, jadi untuk tahun ini, kebun kita kelola sendiri," kata Ayah Dyra.

Dyra menurut dan mendengarkan perkataan Ayahnya dan berpikir bahwa Ayahnya yang sedang kesusahan membuatnya tidak bisa menolak. Apapun yang terjadi padanya, meski tersiksa Dyra tidak pernah peduli tentang dirinya, meskipun kadang Ayahnya mengabaikan dirinya, kasih sayang Dyra terhadap Ayahnya tidak pernah berkurang, Dyra selalu berharap suatu hari Ayahnya akan melihat wajah asli dari Ibu tirinya dan Sarianti.

Rossy sebagai istri yang baik berusaha menunjukkan sikap perhatian dan manis.

"Aku juga akan ikut bekerja di kebun, agar bisa membantu keuangan kita membaik." Memegang tangan Ayah Dyra dengan lembut.

Mendengar perkataan sang istrinya membuat Ayah Dyra semakin mencintainya.

"Terima kasih sayang, tapi kamu tetap harus memperhatikan anak-anak. Aku tidak ingin kamu terlalu lelah mengerjakan pekerjaan rumah dan pekerjaan di kebun." Senyum Ayah Dyra pada Rossy.

Sikap manis yang kulihat itu terasa menjijikkan, bahkan sampai sekarang Ayah tidak pernah tahu kalau selama ini aku yang melakukan pekerjaan rumah. Wanita itu hanya mengandalkan mulutnya untuk merayu Ayah. Lihat saja nanti, suatu hari Ayah akan percaya padaku. Batin Dyra.

"Ayah, aku belum terlalu paham cara bekerja di kebun," ucap Dyra.

"Nanti akan Ayah ajarkan, kamu juga bisa minta bantuan dari para pekerja lain, tidak semua orang Ayah berhentikan," ucap Ayah Dyra.

"Baiklah Ayah," saut Dyra.

"Ayah, bisakah aku minta uang, soalnya aku harus membeli perlengkapan kuliah." Pinta Sarianti lembut.

"Nanti Ayah berikan setelah selesai makan," ucap Ayah Dyra.

"Terima kasih Ayah," saut Sarianti tersenyum lebar.

"Rasain, sekarang Ayah lebih sayang aku dan Ibuku," batin Sarianti.

Dyra dan Sarianti sali beradu tatap, Dyra tahu apa yang sedang dipikirkan Sarianti, setelah saling menatap, Sarianti menjulurkan lidahnya ke arah Dyra.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 101

    "Aoran."Aoran menyebutkan namanya sendiri. Mendengar Ardella memanggil namanya dengan langsung, Aoran sangat tidak suka.Ardella yang tengah terlentang di sofa dibawah tubuh Aoran yang kekar meronta-ronta, dia berusaha untuk terlepas dari genggaman Aoran.Ardella meronta hingga memukul dada bidang Aoran, tetap saja pukulan Ardella tidak membuat Aoran melepaskan dirinya. Semakin Ardella melawan semakin membuat Aoran bertambah agresif. Secepat kilat Aoran menggerakan mulutnya ke bibir Ardella.Dikejutkan dengan serangan Aoran, mata Ardella terbelalak lebar, mulutnya terbungkam oleh lidah Aoran. "Mum." Masih dalam keadaan berontak, Ardella mendorong Aoran.Aoran sama sekali tidak peduli dengan perlawanan Ardella, ciuman di bibir Aoran terasa kasar di mulut Ardella."Auh!" Seru Aoran menyentuh bibirnya. Ardella menggigit Aoran. Dengan tatapan acuh, Aoran kembali menyerang Ardella.Tidak hanya sampai disitu, satu persatu Aoran membuka kancing baju Ardella."Aoran! kau gila. Aku akan mel

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 100

    Di tengah perjalanan menuju pulang. Aoran menyetir dengan cepat. Sepanjang jalan Aoran hanya memikirkan Ardella yang dibencinya.Ckitt.Tiba dirumah Aoran langsung melangkah masuk kedalam rumah."Kak Aoran." Panggil Anasya dari bawah tangga. Kebetulan Anasya yang belum tidur melihat Aoran melangkah dengan terburu-buru naik keatas lantai dua.Mendengar panggilan Anasya Aoran berbalik. "Kenapa belum tidur jam segini?" Aoran melirik jam tangannya."Aku terbangun karena haus kak." Anasya mendekat kearah Aoran. "Kak Aoran bau alkohol." Mencium bau alkohol, Anasya menutup hidungnya."Kembali lah tidur, kakak ingin istirahat juga," ucap Aoran tanpa melanjutkan pembicaraan lagi."Iya kak,” saut Anasya dengan lembut.Aoran masih dalam suasana hati marah, dia melemparkan dirinya ke atas tempat tidur. Dengan posisi tengkurap Aoran terbaring diatas kasur. "Ardella aku lelah, aku ingin berhenti. " Sangat melelahkan untuk membenci orang yang kita pernah cintai, seandainya bisa memilih Aoran lebih

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 99

    Dengan memainkan gelas yang berisikan wine, Aoran melirik Ardella yang berdiri di depannya."Aku merasa bosan, berikan aku hiburan." Ucapnya meneguk minumannya."Hiburan. Siapa kamu yang mewajibkan aku menghiburmu. Sungguh menyebalkan. " Kata Ardella dalam hati."Maaf tuan, saya tidak bisa menghibur anda." Suara Ardella sungguh ramah dan manis didengar. "Kalau mau dihibur cari saja wanita seksi yang bisa menghiburmu." Gumamnya menyeret suaranya.Meski mendengar ucapan Ardella, tetap saja Aoran bersikeras mau dihibur. "Ayolah, kamu bisa menari, kalau tidak menyanyi untuk menghiburku." Saut Aoran meminta.Menari? aku tidak mau menari dihadapan cowok rese ini, sepertinya menyanyi lebih baik. Ardella membatin."Baiklah, aku akan menyanyi. Tapi kamu tidak boleh tertawa." Memastikan bahwa Aoran tidak akan tertawa. Bakat Ardella sangat terpancar jika menari, tapi menyanyi bisa dikatakan kurang memenuhi syarat."Ok." Senyum Aoran yakin.Ardella mengambil mikrofon yang ada di sudut meja, mikr

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 98

    Flashback.Sebelum melihat dengan mata kepala sendiri, Aoran merasa tidak tenang, dia memastikan sendiri Ardella aman bekerja di bar."Apa ini barnya?" tanya Aoran pada Parto."Iya Bos," saut Parto yakin.Pupil mata Aoran mengerut ketika melihat ke arah bar. Alis matanya terangkat tajam menandakan hatinya dalam suasana suram.Parto yang berdiri di samping Aoran merasa merinding. Mungkin sebentar lagi akan ada kejadian buruk. Mengenal sifat Aoran dengan tempramental buruk, tanpa sadar dia menggelengkan kepalanya."Parto." Panggil Aoran dengan tatapan mematikan. "Apa maksudnya kamu menggelengkan kepala," tanya Aoran dengan suara bergetar."Aku yakin Bos, sebentar lagi akan ada kekacauan disini,” sautnya tanpa menyaring perkataannya. Parto tertawa menunjukkan giginya.Raut muka Aoran berubah menjadi mengkerut. "Berhentilah bercanda denganku, sebelum kurontokkan semua gigimu." Nada datar tapi bermakna dari suara berat Aoran."Maaf Bos." Secepatnya Parto merapatkan bibirnya.Pertama kali m

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 97

    Pagi hari.Terdengar suara langkah ribut dari kejauhan.Srek.Edward naik ke atas kasur Ardella. Menatap tantenya masih tidur dia menggelengkan kepala."Tante bangun." Edward membangunkan Ardella, dengan tangan kecilnya di menggoyang-goyang tubuh Ardella yang masih tidur dibawah selimut.Akibat lembur dari semalaman kelopak mata Ardella masih berat, dia menarik tubuh Edward kepelukannya. "Sepuluh menit lagi. Tante masih mengantuk." Ardella masih memejamkan matanya dengan rapat.Edward membalas pelukan Ardella, dengan tenang dia menunggu tantenya untuk bangun. "Ok. Waktunya bangun." Ardella menendang selimutnya, ketika membuka matanya terbuka lebar dia melihat tatapan Edward yang sangat menggemaskan."Aduhh, keponakan tante yang satu ini." Ardella mencium pipi Edward dengan gemes. "Ayo, bangun,” ucap Ardella ketika masih melihat Edward berbaring dengan santai di atas kasurnya."Huh, beratnya. " Menggendong Edward di pangkuannya."Aku tidak suka tante pulang malam." Kata Edward menunj

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 96

    Malam hari.Ketika tiba dirumah Ardella disambut oleh kakak iparnya. Dengan wajah tersenyum Lisa menghampiri Ardella. "Dek, suruhan Aoran datang lagi." "Apalagi yang diinginkan cowok bre*ngsek itu." Gumamnya pelan. Ardella mengitari tubuh Lisa."Ada apa dek?" tanya Lisa ketika melihat Ardella membalikkan tubuhnya."Untung kakak ipar baik-baik saja, aku hanya takut mereka melukai kakak ipar." Suara lega terdengar dari hembusan nafas Ardella.Teringat dengan amplop yang diberikan oleh Parto. "Orang itu juga menitipkan ini." Amplop yang masih berada diatas meja diserahkan pada Ardella.Tidak lama kemudian Lisa juga membahas masalah kontrak rumah yang ditawarkan oleh Parto. Penjelasan Lisa sangat panjang dan detail."Sungguh kak." Terkejut mendengar penjelasan kakak iparnya."Iya dek, bahkan surat kontraknya sudah dibuat." Lisa menunjukkan isi kontrak pada Ardella.Membaca isi surat kontrak sepertinya tidak ada masalah, Ardella juga memikirkan betapa rumitnya mereka harus berkemas dan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status