Home / Romansa / Gadis Hina Penakluk Hati Suamimu / 5. Rahasia Besar Yang Tidak Diketahui Oleh Sindy

Share

5. Rahasia Besar Yang Tidak Diketahui Oleh Sindy

last update Last Updated: 2025-10-11 11:34:22

"Pak Polisi! Ya Bapak kan yang sudah membantu aku menguburkan ibuku. Bapak masih ingat aku kan? Kenapa bapak bisa seperti ini? Memangnya pa yang terjadi pada bapak?"

Banyak pertanyaan yang Nayla lontarkan pada Rizal, hingga membuat Rizal semakin kesal. Namun lain halnya dengan Nayla yang begitu senang dapat bertemu kembali dengan sosok polisi yang pernah membantunya.

Rizal terdiam memperhatikan penampilan Nayla yang semakin kotor tak terurus.

Karena Rizal masih diam saja dan tak juga mengeluarkan sepatah katapun, Nayla bergegas membantu mengangkat tubuh Rizal yang besarnya dua kali lipat dari tubuh kecilnya itu.

Saat itu pula keluarlah security perumahan dan berjalan mendekati mereka. "Hey, jangan bantuin dia! nanti kamu ketularan penyakit mematikan darinya!"

Rizal kembali menatap security tersebut seolah berkata didalam hati, apa lagi yang sudah istrinya ucapkan pada security tersebut. Kenapa bisa bapak security bicara seperti itu.

"Saya lumpuh! Bukan memiliki riwayat penyakit menular! Jaga ucapanmu ya!" sentak Rizal dengan suara sedikit meninggi.

"Sudah dek, tinggalkan saja dia! Nanti kamu yang kasihan!" usir security tersebut dengan menggunakan tongkat yang biasa ia pegang.

Tetapi apa yang dilakukan Nayla, ia tetap berusaha mengangkat tubuh Rizal dengan segala kekuatannya. dan tanpa mempedulikan security tersebut.

Lalu datanglah Sindy yang berangkulan mesra dengan Devan.

"Biarkan saja pak, lagian anak itu juga seorang gembel. dia juga banyak membawa virus dan bakteri. Sepertinya lelaki ini memang cocok bersama anak itu." ucapnya tanpa mengetahui siapa Nayla yang dulu pernah ia abaikan saat Ibunya sakit dan meninggal dunia di puskesmas tampat Sindy bekerja. .

Sindy sama sekali tidak mengenali Nayla, sebab tubuh Nayla sangat kotor sekali dan hampir seluruh pakaiannya dipenuhi dengan lumpur.

Nayla menatap Sindy dan seketika tatapannya berubah menjadi penuh kebencian. "Dokter sombong ini lagi! Lihatlah, suatu saat nanti aku akan membalasnya, gara-gara dia ibuku meninggal dunia." Ucap Nayla dengan suara begitu pelan, namun terdengar ditelinga Rizal.

Nayla mengambil sebuah kain panjang yang ia letakkan di dalam gerobaknya, lalu kain itu di lilitnya dibagian perut. hal itu ia lakukan agar bagian perutnya tidak bermasalah ketika akan mengangkat tubuh Rizal.

"1, 2, 3... Ringankan tubuhmu, Pak!" Teriak Nayla dan akhirnya ia pun bisa mengangkat tubuh Rizal ke atas kursi roda.

"Huft.. Akhirnya bisa juga!" suara Nayla begitu lirih dan lemas.

Sindy terus tersenyum remeh melihat suaminya pergi bersama Nayla.

Diperjalanan, Rizal menepuk tangan Nayla, hingga membuat Nayla pun menghentikan langkahnya untuk mendorong Rizal.

"Ada apa ya, Pak?" Tanyanya dengan ramah.

"Kita mau kemana? kenapa kumuh sekali daerah sini?" Nayla berjalan dan berdiri dihadapan Rizal.

"Disinilah tempat tinggal Saya, Pak!" Rizal menggelengkan kepala, ia tak menyangka ternyata Nayla bisa tinggal ditempat tak layak seperti itu.

Bahkan ia terus menanyakan mengenai keseharian Nayla, hatinya begitu terenyuh mendengarkannya. Ia tak menyangka ternyata kehidupan Nayla sesusah itu.

"Jadi kamu juga tidak lagi bersekolah?" Nayla menganggukan kepalanya.

"Kalau begitu, saya akan menyekolahkan kamu, tetapi ada satu syaratnya! Kamu harus ikut dengan saya dan jangan pernah lagi bekerja seperti ini!"

"Tetapi pak, Bapak juga tidak bekerja lagi, bagaimana bapak bisa membiayai aku. Sudahlah pak, aku sudah biasa hidup susah dan dipandang sebelah mata oleh orang lain. Jadi bapak tak perlu repot-repot memikirkan aku."

"Ikutlah denganku, kamu masih sanggup berjalan kan?" Nayla mengangguk dan tanpa keberatan mereka terus berjalan sejauh mungkin, menghabiskan waktu hampir satu jam.

Hingga akhirnya sampailah Rizal dan Nayla disalah satu rumah besar yang nampaknya juga tidak berpenghuni.

"Ambilah kunci dibawah batu besar itu!" Rizal menunjukkan kearah batu besar, Nayla yang tidak mengerti terus mengikuti arahan Rizal dan benar saja, dibalik batu besar yang sudah ia geser terdapat beberapa kunci.

Nayla mencoba satu persatu kunci tersebut untuk membuka pintu pagar yang menjulang tinggi tersebut.

"Ceklek!"

Digesernya lah pintu pagar itu kesamping, lalu ia berjalan memasukkan Rizal kedalam halaman, tidak lupa pintu pagar tersebut ia kunci kembali.

"Wahhh, besar sekali rumah ini, Pak." Ucap Nayla tatkala ia melihat secara dekat bangunan tersebut.

Ia kembali membuka kunci rumah dan mata Nayla pun semakin terbelalak kala melihat seluruh isi rumah yang serba ditutup kain putih.

"Uhuk, uhuk!"

Sepertinya rumah tersebut sudah lama tidak dihuni, bahkan debunya saja sangat tebal. hingga membuat Nayla terbatuk-batuk.

Nayla keluar dan mendorong Rizal agar menjauh dari bangunan itu. ia tak mau Rizal mengalami sesak nafas karena kebanyakan menghirup debu ruangan.

Selama itu juga Rizal terus memperhatikan Nayla yang sedang membersihkan rumah.

Seketika itu pula ia teringat akan istrinya, padahal beberapa hari lagi adalah anniversary pernikahannya bersama sang istri ke 7 tahun, dimana pada saat hari itu tiba ia akan memberikan kado rumah megah ini untuk sang istri.

Namun sayangnya, sebelum hari itu tiba, ia malah mendapatkan istrinya tengah berselingkuh dengan orang lain.

"Ternyata rencanaku tidak sama dengan rencana Allah! Hah, mungkin dia bukan terbaik untukku!"

Suasana semakin gelap, Nayla telah selesai membersihkan semua bangunan tersebut dengan seadanya. Lalu masuklah Rizal kedalam rumah.

Ia mendorong sendiri kursi rodanya ke satu ruangan rahasia yang hanya dirinya saja yang tahu apa isi didalamnya.

sedangkan Nayla memilih untuk membersihkan dirinya dikamar mandi.

Didalam ruangan, Rizal membuka salah satu laci dan mengambil sebuah ponsel yang masih baru, lalu dimasukkannya SIM card baru juga kedalam ponsel.

Seakan ia telah menyiapkan sesuatu hal yang suatu hari akan ia butuhkan, lalu diambilnya daftar telpon dari salah satu buku. Dimana buku tersebut tersimpan banyaknya nomor penting.

"Hallo, Angga! ini Saya Rizal! Bisakah kamu kesini membawakan beberapa pakaian anak remaja kisaran umur 17 tahun, Jangan lupa juga pakaian ganti saya. satu lagi, makanan! paham!"

Tanpa banyak bertanya orang yang dihubungi Rizal, mengikuti semua apa yang diperintahkan atasannya.

"Siap bos!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Hina Penakluk Hati Suamimu   10. Mulai Berani Membalas

    Bambang, selaku papanya Sindy pun sedikit membuka latar belakang keluarga Rizal pada sang anak. tetapi bagaimana respon Sindy? Ia tetap tidak ingin bersatu lagi dengan Rizal yang kini telah lumpuh untuk selama-lamanya. "Akh, sudahlah Pa. Mau dia CEO sekalipun, Aku sudah tidak tertarik dengannya lagi. Tidak mungkinkan Aku harus menghabiskan waktuku untuk mengurusi dia. ogah banget deh!" Bambang tak bisa berkata-kata lagi dibuat sang anak, ia pun memilih untuk meninggalkan Sindy begitu saja diruang tamu. Ibu Sindy hanya bisa menggelengkan kepala melihat anaknya yang tak bisa dinasehati. "Mama berharap kamu tidak akan pernah menyesali atas apa yang telah Kamu lakukan ini, Sindy!" "Apa-apaan sih Mama! lebay banget, wajar saja Aku mencari yang lebih dari Si Lumpuh itu kan!""Plak!" tamparan keras mendarat di pipi Sindy. "Tapi tidak harus menjadi Pelakor! Apa yang telah Kamu lakukan itu semua salah, Sindy! geram sang Ibu. Sindy memegangi pipinya dan menatap wajah sang Ibu d

  • Gadis Hina Penakluk Hati Suamimu   9. Sekolah Baru

    Nayla masuk kedalam rumah dan Edwin juga telah pergi dari kediaman bosnya menuju ke sebuah tempat. Didalam kamar, Rizal menelpon Ikhsan, asisten pribadinya yang selama ini ia tugakan untuk mengolah perusahaannya. "Mulai besok jadwalkan rumah sakit yang bagus untuk Saya! ingat jangan yang biasa-biasa saja. Saya ingin secepat mungkin bida sembuh!" ucap Rizal dari sambungan telpon. "Siap Bos!" Begitulah Ikhsan dalam bekerja, ia terlalu dingin dalam menyikapi apapun. Lain dengan Edwin yang bisa bersikap lebih santai. Sebelum tidur, Nayla kembali masuk ke kamar Rizal untuk memastikan bila Rizal telah tetidur atau belum. Melihat Nayla yang telah masuk le kamarnya, Rizal segera meletakkan ponselnya diatas nakas yang berada disebelah ranjang tempat ia berbaring. Dilihatnya Nayla yang begitu telaten melayani Rizal, bahkan Nayla juga memakaikan kaus kaki ke kaki Rizal agar kaki Rizal tetap dalam keadaan hangat. Setelah itu ia menyelimutinya. "Apa Kau juga merawat Ibumu seper

  • Gadis Hina Penakluk Hati Suamimu   8. Menuntut Balas

    Rizal menatap sinis kearah Edwin yang saat ini sedang mengangkatnya keatas ranjang. "Dia anak asuhku! jangan berpikir yang macam-macam!" Edwin mencoba untuk menahan tawanya, didalam benaknya sungguh ia tak percaya dengan ucapan bosnya. Bagaimana mungkin anak remaja yang sebentar lagi juga akan beranjak dewasa itu dijadikan anak asuh. Bahkan tadi saja ia sudah melihat sendiri keduanya yang saling bertindihan. Melihat Edwin yang terus menahan tawa, Rizal kembali menoyor kepala Edwin. "Aduh, Bos! Kenapa aku ditoyor? dari tadi aku kan diam saja!" "Kau diam, tetapi tidak dengan pikiranmu, Aku tahu apa yang ada di otakmu itu!" geram Rizal menatap sengit wajah Edwin. Edwin mengeluarkan beberapa berkas kehadapan Rizal, Rizal pun menatap lekat berkas-berkas itu. Ia membaca isinya dengan raut wajah penuh kekecewaan, bagaimana bisa ia dipecat secara tidak hormat dari kesatuannya, bila selama ini saja ia sudah mendedikasikan seluruh waktunya pada kesatuannya. sampai-sampai

  • Gadis Hina Penakluk Hati Suamimu   7. Diduga Melihara Anak-anak.

    Di kediaman Rizal, Rizal terus memperhatikan Nayla yang hampir satu harian terus bekerja, Ia sampai tidak tega melihat gadis kecil itu mengerjakan semua pekerjaan rumah. Diam-diam ia menghubungi orang kepercayaanya untuk mencarikan sekolah yang bagus buat Nayla. Disaat Rizal sedang fokus berbicara, Nayla berjalan pelan membawakan nampan yang berisikan sepiring makanan dan segelas air mineral. "Maaf pak, Ini makanannya." Tawar Nayla, lalu meletakkan makanan dan minuman itu diatas meja makan. Rizal mengangguk dan mengakhiri telponnya dan Nayla pun dengan sangat telaten mendorong kursi roda Rizal menuju meja makan. Rizal terpaku sebentar, Ia teringat oleh istrinya. Bila ternyata selama mereka menikah, Sindy tidak pernah melayaninya seperti Nayla. Bahkan biasanya malah Rizal lah yang terlalu memanjai Sindy. Ia tersenyum miris, ia baru sadar bila selama ini Ia telah berjuang seorang diri. Nyatanya setelah Ia mengalami kelumpuhan, sang Istri langsung menyingkirkannya begitu saja.

  • Gadis Hina Penakluk Hati Suamimu   6. Karma Menghampiri Mereka

    Beberapa hari berlalu, ditempat lain, ada seorang istri yang terus menunggu kepulangan suaminya yang sudah beberapa hari ini tak juga kunjung pulang. Pikirannya terus berkecamuk, setelah kemarin mendapatkan beberapa bukti perselingkuhan suaminya dari salah satu karyawannya. "Benarkah ia sedang bertugas keluar kota? Kenapa dia tak mengirimkan surat jalannya? Biasanya ia selalu memberi kabar padaku. hmm, apakah semua bukti ini adalah benar?" ucap Dira, istri yang dinikahi Devan hanya untuk sebuah status. Bahkan Devan rela berpura-pura bahagia agar Dira berlaku baik dengannya. Dira yang mulai curiga, bersiap untuk pergi kerumah sakit, tempat dimana suaminya bekerja. Ia juga tidak lupa membawa anaknya yang kini sudah berusia tiga tahun. Sesampainya ia disana, dan betapa terkejutnya ia kala mengetahui bila suaminya baru saja pulang dan mengatakan bila suaminya juga tetap praktek dirumah sakit, bukan diluar kota seperti apa yang dikatakan suaminya. "Masa sih, mbak! Tapi katan

  • Gadis Hina Penakluk Hati Suamimu   5. Rahasia Besar Yang Tidak Diketahui Oleh Sindy

    "Pak Polisi! Ya Bapak kan yang sudah membantu aku menguburkan ibuku. Bapak masih ingat aku kan? Kenapa bapak bisa seperti ini? Memangnya pa yang terjadi pada bapak?" Banyak pertanyaan yang Nayla lontarkan pada Rizal, hingga membuat Rizal semakin kesal. Namun lain halnya dengan Nayla yang begitu senang dapat bertemu kembali dengan sosok polisi yang pernah membantunya. Rizal terdiam memperhatikan penampilan Nayla yang semakin kotor tak terurus. Karena Rizal masih diam saja dan tak juga mengeluarkan sepatah katapun, Nayla bergegas membantu mengangkat tubuh Rizal yang besarnya dua kali lipat dari tubuh kecilnya itu. Saat itu pula keluarlah security perumahan dan berjalan mendekati mereka. "Hey, jangan bantuin dia! nanti kamu ketularan penyakit mematikan darinya!" Rizal kembali menatap security tersebut seolah berkata didalam hati, apa lagi yang sudah istrinya ucapkan pada security tersebut. Kenapa bisa bapak security bicara seperti itu. "Saya lumpuh! Bukan memiliki riway

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status