Share

Bertemu Lagi

Author: Author Mars
last update Last Updated: 2025-03-19 15:43:52

Malam hari.

Charlotte berdiri di dekat jendela kamar, memandangi liontin peninggalan ibunya yang tergantung di lehernya. Jemarinya dengan lembut membuka liontin itu, ia selalu penasaran dengan liontin tersebut.

"Kenapa kalung ini tidak ada foto Mama? Aku bahkan tidak tahu wajah Mama sampai sekarang," gumamnya dengan suara lirih, matanya berkabut oleh rasa penasaran yang tak kunjung terjawab.

Di saat yang sama, Elvis melangkah melewati kamar putrinya. Pandangannya tertarik pada sosok Charlotte yang berdiri diam dengan liontin terbuka di tangannya. Seketika, tatapan Elvis berubah tegang. Seolah ada sesuatu yang ingin ia sembunyikan, sesuatu yang tak seharusnya diketahui putrinya.

Dengan langkah cepat, Elvis masuk ke dalam kamar.

"Lolipop," panggilnya, mencoba menghentikan gerakan Charlotte yang tampak begitu fokus pada liontin itu.

Charlotte menoleh dan menatap ayahnya dengan heran.

"Papa? Sudah malam, kenapa belum tidur?" tanyanya, suaranya mengandung keheranan.

Elvis menghela napas pelan. Ia berjalan mendekat, lalu berdiri di samping putrinya. "Seharusnya aku yang bertanya begitu, Besok kamu harus bekerja, kenapa masih berdiri di sini larut malam?" jawabnya dengan nada lembut, meskipun ada kegelisahan samar dalam suaranya.

"Aku hanya penasaran dengan kalung ini, Pa," katanya pelan, suaranya penuh harap. "Kenapa tidak ada foto Mama di dalamnya? Biasanya, liontin seperti ini menyimpan sesuatu yang berharga, kan? Tapi ini kosong... kenapa?"

Tatapan Elvis menggelap seketika. Ia menelan ludah, seolah mencari jawaban yang tepat untuk diberikan kepada putrinya. Namun, yang tersimpan di dalam hatinya bukanlah jawaban yang mudah untuk diungkapkan.

"Lolipop, untuk apa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?" suara Elvis terdengar sedikit bergetar. "Mamamu meninggal begitu cepat, sehingga Papa tidak sempat mengambil fotonya."

"Papa mengatakan Mama meninggal akibat kebakaran, apakah benar?" tanya Charlotte dengan nada hati-hati, namun penuh tekanan.

Elvis menarik napas dalam, kemudian menghembuskannya perlahan. Wajahnya berubah muram, seakan-akan dia kembali mengingat sesuatu yang menyakitkan.

"Iya, itu semua karena kesalahan Papa juga," jawabnya lirih. "Andaikan siang itu Papa membawa Mamamu keluar bersama, maka Mamamu pasti tidak akan menjadi korban."

Charlotte merasakan hatinya mencelos. Selama ini ia hanya mengetahui bahwa ibunya meninggal dalam kebakaran, tetapi tidak pernah mendengar detailnya langsung dari sang ayah.

"Ada lagi, sejak kapan kamu mengenal Daniel Harris? Apakah hubungan kalian begitu dekat sehingga dia ingin melamarmu?" tanya Daniel.

"Papa, aku tidak ingin menikah dulu. Itu terlalu cepat bagiku," Charlotte menambahkan cepat, tidak ingin ayahnya mengambil keputusan sepihak.

Elvis menghela napas pelan. "Kalau memang itu yang kamu pikirkan, Papa tidak akan memaksamu," katanya lembut. "Tapi dari sorotan matanya, dia bukan orang sembarangan. Mungkin saja dia bukan hanya seorang CEO biasa."

Charlotte mengernyit. "Kenapa Papa begitu yakin? Padahal Papa dan dia belum pernah bertemu."

Elvis terdiam sesaat sebelum menjawab, "Daniel Harris muncul tiba-tiba, kita hanya orang dari kalangan rendah. Jangan terlalu dekat dengannya. Untuk masuk ke keluarganya juga tidak mudah, apalagi kalau dia memiliki seorang ibu tiri dan adik tiri."

Charlotte termenung, menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. Pikirannya penuh dengan kebingungan dan penyesalan. "Malam pertamaku telah diambilnya… Aku rugi besar. Kalau aku minta ganti rugi, sepertinya aku menjual diri. Kalau aku diam, aku yang rugi. Apa yang harus aku lakukan?" pikirnya dalam hati.

Elvis, yang sejak tadi memperhatikan putrinya, mengerutkan kening. "Apa yang kamu pikirkan? Kenapa diam saja?" tanyanya, suaranya mengandung kekhawatiran.

Charlotte tersentak dari lamunannya. Ia menatap ayahnya dengan mata penuh tekad, mencoba menyembunyikan perasaannya yang campur aduk. "Aku juga tidak menyukainya, Papa," katanya dengan suara mantap. "Jangan cemaskan aku! Aku akan berhati-hati dalam memilih pasangan, agar tidak seperti Mama yang memiliki suami yang suka nikah cerai."

Elvis terdiam sejenak, lalu mendesah panjang. Dengan tangan besar dan kasar, ia menepuk dahi putrinya ringan, membuat Charlotte sedikit meringis. "Bisanya kau mengejek ayahmu sendiri," ujarnya dengan nada pasrah, meskipun ada sedikit senyum di sudut bibirnya.

Charlotte hanya tersenyum kecil. Ia tahu, meskipun ayahnya tampak santai, pria itu sebenarnya menyimpan banyak hal yang belum ia ketahui. Dan salah satunya adalah rahasia tentang masa lalu ibunya.

Setelah beberapa saat berbicara dengan Charlotte, Elvis keluar dari kamar putrinya dengan ekspresi serius. Langkahnya berat, seolah pikirannya dipenuhi oleh sesuatu yang mengganggunya.

"Daniel Harris… Kenapa sorotan matanya tidak asing? Apakah ini hanya kebetulan, atau aku pernah melihatnya sebelumnya?" batinnya.

Rasa penasaran itu semakin kuat. Ia segera menuju kamarnya, mengambil ponselnya, dan dengan cepat menekan nomor tujuan.

Tak lama kemudian, suara seorang pria terdengar dari seberang sana. "Hallo."

Tanpa basa-basi, Elvis berkata dengan nada tegas, "Selidiki Daniel Harris. Aku ingin tahu semua tentangnya!"

"Baik, Bos," jawab pria di seberang dengan sigap.

Elvis mengakhiri panggilan tanpa berkata apa-apa lagi. Tak ada yang tahu siapa yang dihubunginya secara diam-diam, atau alasan di balik penyelidikan itu. Pria yang biasanya ceria kini terlihat begitu misterius, seolah menyimpan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.

Keesokan Harinya

Pagi itu, Charlotte tiba di studio tempatnya bekerja. Ia membuka pintu dengan sedikit terburu-buru dan melangkah masuk. Udara di dalam ruangan terasa sedikit berbeda, seolah ada sesuatu yang berubah. Tanpa banyak pikir, ia meletakkan tasnya di atas meja kerja dan bersiap memulai hari.

Namun, sebelum ia sempat duduk, Kelvin—rekan kerjanya—mendekat dan berbisik dengan nada penuh rahasia. "Lolipop, bos baru kita sudah datang, dan pengurus kita tiba-tiba dipecat. Tidak tahu apa sebabnya."

Charlotte mengernyit. "Bos baru?"

Kelvin mengangguk. "Iya, dan kabarnya, dia orang yang cukup berpengaruh. Tapi yang membuatku penasaran, kenapa tiba-tiba terjadi perubahan drastis seperti ini?"

"Siapa bos baru kita, dan apa alasan bos lama ingin menjual studionya pada orang lain?" tanya Charlotte dengan penasaran.

Kelvin, yang tengah sibuk merapikan beberapa dokumen di mejanya, menoleh sebentar sebelum menjawab, "Mungkin butuh uang, karena anak gadisnya akan melanjutkan pelajarannya ke luar negeri."

Charlotte mengangguk kecil, mencoba mencerna informasi itu. Namun, sebelum ia bisa bertanya lebih lanjut, suara nyaring Sally terdengar di seluruh ruangan.

"Lolipop, Bos ingin bertemu denganmu!" seru Sally sambil menghampiri Charlotte dengan langkah cepat.

Charlotte mengerutkan kening, sedikit enggan. "Apakah orangnya menakutkan?" bisiknya, merasa was-was.

Sally justru tersenyum lebar, ekspresinya tampak penuh kekaguman. "Tenang saja, dia bahkan sangat tampan. Senyumannya sangat menawan," katanya dengan nada menggoda.

Tanpa menunggu lebih lama, ia pun melangkah menuju ruang kantor atasannya. Perasaannya bercampur aduk—penasaran, gugup, sekaligus tak sabar ingin melihat sosok pria yang kini menjadi bos barunya.

Charlotte tiba di depan pintu ruang kantor. Ia menarik napas dalam sebelum mengetuk perlahan.

Klek!

Pintu terbuka, dan Charlotte melangkah masuk dengan sopan. "Tuan," sapanya singkat.

Pandangan pertamanya langsung tertuju pada sosok pria yang berdiri menghadap jendela besar. Cahaya matahari pagi menyinari tubuhnya, menciptakan siluet yang tampak gagah dan berwibawa.

Charlotte menunggu, jantungnya berdebar tanpa alasan yang jelas.

Lalu, pria itu berbalik perlahan.

Saat mata mereka bertemu, Charlotte terbelalak, napasnya tercekat. "D-Daniel Harris...?" gumamnya, nyaris tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Pria itu—bos barunya—tersenyum tipis, tatapan matanya tajam sekaligus mengandung sesuatu yang sulit ditebak.

"Charlotte Wilson, Kita bertemu lagi," ucap Daniel dengan senyum.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Incaran Duda Menawan   End

    Cuaca dingin dengan terpaan angin kencang menyapu tepian laut.Langit mulai menggelap, seakan ikut menjadi saksi bisu pertemuan dua insan yang telah lama terpisah. Angin menggoyangkan helaian rambut Charlotte yang terlepas dari ikatannya, sementara matanya masih tak percaya melihat Daniel berdiri di hadapannya.Mereka saling diam beberapa saat, membiarkan rindu dan luka masa lalu berbicara dalam tatapan.Daniel akhirnya memecah keheningan."Lama tidak bertemu... bagaimana dengan kabarmu?" tanyanya, suaranya berat namun lembut.Charlotte menelan ludah, suaranya terdengar tenang, tapi jelas ada dinding yang ia bangun di antara mereka."Aku baik-baik saja... Kenapa kau bisa ada di Jepang? Apakah ada urusan bisnis?"Daniel mengangguk singkat, meski jelas ia menyimpan sesuatu di balik jawabannya."Iya. Aku ada urusan penting."Charlotte tersenyum tipis, senyum yang lebih menyerupai penolakan."Baiklah kalau begitu, aku p

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Pertemuan Kembali

    Malam hari.Apartemen.Lampu ruangan hanya menyala redup, menebar cahaya hangat ke seluruh sudut ruangan yang luas namun terasa sepi. Di salah satu sisi, Daniel duduk sendirian di sofa kulit hitam, ditemani sebotol wine yang hampir habis dan sebatang rokok yang mengepul di antara jari-jarinya. Asapnya berputar di udara, seolah menjadi bagian dari pikirannya yang kusut.Ia menatap kosong ke arah jendela, tempat bayangan kota malam terlihat kabur."Charlotte, lima tahun berlalu... kenapa kau masih tidak pulang?" batinnya lirih, suara hatinya lebih keras dari gumaman bibirnya. "Keluargamu ada di sini... apa kau berencana menghindar dariku seumur hidupmu?"Ia menarik napas dalam-dalam, menyesap wine perlahan, membiarkan rasa getirnya mengalir bersama kenangan."Aku ingin memulai hubungan baru denganmu... Aku tahu, masa lalu adalah kesalahanku juga. Tapi pengorbananmu, darahmu—semuanya membuatku sadar... aku telah membuat kesalahan besar." Ma

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Charllote Pergi

    Rumah Sakit. Malam Hari.Suara sepatu para tenaga medis bergema di lorong rumah sakit, membawa Charlotte yang bersimbah darah ke ruang UGD. Para dokter dan perawat bergerak cepat. Detak jantung Charlotte melemah. Wajahnya pucat, dan luka tembak di bagian perut kirinya terus mengucurkan darah. Sementara itu, di luar ruangan...Daniel berdiri kaku di depan pintu UGD. Matanya memerah, wajahnya pucat pasi, dan kedua tangannya mencengkeram erat liontin kalungnya—tempat cincin pernikahan Charlotte tergantung. Cincin itu berayun pelan, seolah mengikuti detak cemas hatinya.“Bos... Jangan khawatir, nyonya pasti bisa melewatinya,” ucap Levis, mencoba menenangkan. Ia berdiri di samping Daniel, namun suara tenangnya tak mampu menyentuh hati pria itu yang tengah diliputi penyesalan.Daniel menggeleng pelan, suaranya serak. “Kalau Charlotte sampai meninggal... aku lah pembunuhnya.”Ia menarik napas panjang, seakan berusaha menahan

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Charlotte Tidak Sadarkan Diri

    "Aku... kembali... untuk menebus... hutangku padamu..." suara Charlotte mulai melemah, nafasnya terputus-putus. Wajahnya pucat, matanya mulai buram. "Ibumu... meninggal... karena aku... bukan... papaku..." lanjutnya sebelum akhirnya kepalanya terkulai, tak sadarkan diri dalam pelukan Elvis."Lolipop... Lolipop!" jerit Elvis panik, mengguncang tubuh putrinya yang sudah lemas. "Bangun, Lolipop! Jangan tinggalkan Papa…!"Daniel berdiri membeku, air matanya mengalir tanpa mampu ia cegah. Ia menatap sosok wanita yang pernah ia cintai, kini bersimbah darah di pelukan pria yang dulu ia anggap musuh.Dengan suara serak, ia bertanya, "Beritahu aku… apa maksud Charlotte tadi?"Elvis menatap Daniel dengan wajah kusut penuh penyesalan. Ia menggeleng pelan, suaranya berat saat menjawab, "Kalau aku tahu begini jadinya… seharusnya aku lebih berhati-hati...""Apakah ada sesuatu yang aku tidak tahu?" tanya Daniel, suaranya bergetar antara amarah, kebingungan, dan kesedihan yang menggerogoti pikirannya

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Charlotte Ditembak Daniel

    Beberapa saat kemudian, anak buah Elvis berjatuhan tak berdaya. Suara tembakan menggema di udara, meninggalkan jejak darah dan erangan sakit yang memekakkan telinga. Beberapa di antara mereka tewas seketika, sementara yang lain tergeletak dengan luka parah, menggeliat menahan rasa sakit yang luar biasa.Elvis berdiri di tengah kekacauan itu, tubuhnya gemetar melihat kondisi anak buahnya yang begitu mengenaskan. Matanya memerah, bukan karena rasa takut, melainkan karena perasaan bersalah yang mendalam. Ia tidak pernah ingin pertumpahan darah ini terjadi. Nafasnya memburu, tubuhnya tegang menahan emosi.Dengan langkah berat, Elvis maju ke depan. Tangannya terangkat ke udara sebagai tanda menyerah."Daniel, bunuh saja aku... mereka tidak tahu apa-apa sama sekali," ucap Elvis lirih, suaranya parau oleh emosi. Ia berdiri di antara tubuh-tubuh yang terkapar, menjadi tameng hidup bagi mereka yang tersisa.Daniel melangkah maju perlahan, wajahnya dingin dan tanpa ekspresi. Pistolnya terarah t

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Baku Tembak

    Tidak lama kemudian, sejumlah mobil mendekati markas Elvis. Suara deru mesin dan debu yang mengepul di jalan tanah membuat suasana di sekitar mendadak tegang. Kehadiran mereka tidak luput dari perhatian Charlotte, yang tengah duduk menunggu di warung sepi di tepi jalan yang tidak begitu jauh dari markas ayahnya.Dahi Charlotte berkerut saat melihat iring-iringan kendaraan itu. Matanya menatap tajam ke arah mobil-mobil yang melaju cepat."Apakah itu Daniel?" gumam Charlotte dengan suara gemetar. Ia bangkit dari kursi usangnya dan berdiri sambil memandangi mobil-mobil yang semakin mendekat ke markas.Beberapa detik kemudian, mobil-mobil itu berhenti mendadak di depan gerbang. Daniel turun lebih dulu, disusul seluruh anak buahnya. Mereka semua keluar dari kendaraan dengan sigap, menggenggam senjata api di tangan masing-masing. Tatapan mereka penuh tekad, seakan tak akan mundur meski maut menanti di depan.Sementara itu, di dalam markas, Elvis, sang pemimpin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status