Share

Gadis Kesayangan Boss
Gadis Kesayangan Boss
Penulis: Elpit

1. GADIS PUJAAN

Langkah kaki yang mengayun terdengar seperti irama yang indah bagi banyak pasang mata yang setiap harinya menanti pemiliknya melintas di hadapan mereka. Gadis dengan perawakan ramping nan tinggi, dengan rambut panjang bergelombang, serta penampilan yang modis, seolah telah menjadi magnet yang dapat menarik perhatian banyaknya pasang mata yang memuja.

Dia Jessica, Jessica Howard, anak angkat keluarga Howard yang sejak menjadi bagian dari keluarga Howard telah di gembleng untuk menjadi wanita tangguh yang akan menjadi pendamping penerus keluarga Howard.

Jessie adalah nama panggilannya. Hampir setiap pria tertarik dengan kecerdasan dan ketangkasannya, terlebih kecantikannya yang dibalut dengan sikap yang ramah serta ceria. Namun, tak satu pria pun yang dapat dengan mudah mendekati gadis itu meski sangat ingin. Itu karena Jackson, kakak angkat Jessie yang adalah penerus keluarga Howard, begitu membatasi interaksi Jessie dengan pria mana pun.

Tidak ada yang tahu bahwa Jessie adalah putri angkat keluarga Howard, karena sejauh ini telah terpublikasi bahwa Jessica Howard adalah putri keluarga Howard, tanpa embel-embel putri angkat. Hingga perlakuan Jackson yang begitu posesif dinilai berlebihan bagi sebagian pria yang berniat mendekati Jessie.

Namun Jackson tidak peduli dengan penilaian orang lain, dia tetap pada prinsipnya. Dia tidak peduli pada gosip yang mengatakan bahwa dirinya menyukai adiknya sendiri.

Meski merupakan putri angkat, namun keluarga Howard memperlakukan Jessie dengan amat baik, tanpa membedakan Jackson dan Jessie. Dengan adanya nama Howard di belakang nama Jessica, menandakan bahwa mereka telah menganggap Jessica sebagai keluarga yang sebenarnya, tidak ada istilah putri angkat.

Langkah Jessie berakhir di ruangan Jackson. Ketika memasuki ruangan tersebut, pemiliknya telah berada di sana dan duduk di kursi kebesarannya.

"Apa kau berada di sini semalaman, Tuan Jackson?" Jessie tak bisa membendung rasa ingin tahunya.

Meskipun merupakan keluarga, namun Jessie berusaha bersikap profesional di lingkungan kerja. Meskipun Jackson sudah melarang Jessie agar tidak memanggilnya dengan sebutan tuan, namun Jessie tetap keras kepala karena merasa dia adalah seorang bawahan Jackson jika berada di lingkup kerja.

"Begitulah," balas Jackson yang kemudian merenggangkan otot-ototnya sesaat. Sepertinya pria itu tidak tidur semalaman.

Pintu kembali terbuka dan masuklah seorang pria yang langsung menyapa Jessie.

"Good morning, Jessie," sapanya dengan senyum menggoda menghiasi bibirnya. Jessie hanya mengangguk menanggapi sapaan pria tersebut.

Dia adalah Mike, satu-satunya orang yang berani mendekati Jessie dan secara terang-terangan menggoda Jessie di hadapan Jackson. Mike adalah sahabat Jackson yang kemudian menjadi sahabat Jessie juga.

Meski bersahabat, namun tetap saja Jackson tidak membiarkan Mike terlalu dekat dengan Jessie, karena semua orang tahu bahwa Mike adalah seorang player. Dia tidak mengencani satu gadis pun namun ia meladeni semua gadis yang tergila-gila padanya. Karena itu pula Jackson khawatir Mike akan memperlakukan Jessie seperti gadis-gadis lainnya.

Namun sekeras apa pun Jackson berusaha membatasi kedekatan Mike dan Jessie, sekeras itu pula lah Mike melawan, hingga tak jarang terjadi perdebatan antara kedua pria tersebut.

"Ck! Kau masuk ke ruanganku tapi kau tidak menyapaku? Kau anggap apa aku ini?" Jackson mencibir.

Mike tersenyum miring. "Rupanya kau cemburu? Baiklah, akan aku ulangi. Kali ini aku akan menyapa dirimu. Jangan pasang muka masam seperti itu, mengerikan!"

Mike benar-benar mengulang adegan ketika ia masuk ke ruangan bossnya itu, dan kali ini dia menyapa si pemilik ruangan.

"Selamat pagi, Tuan Jackson. Bagaimana kabarmu hari ini?" Mike sengaja memasang senyum termanis namun itu justru terlihat menjijikkan di mata Jackson.

"Jangan memasang senyum bodoh itu di depanku! Aku bukan gadis bodoh yang akan terpesona dengan senyumanmu itu." Jackson kembali mencibir. "Basa-basimu payah! Untuk apa kau menanyakan kabarku sedangkan kita menghabiskan malam bersama!"

Mike mendengus kasar, kemudian ia duduk tanpa dipersilakan.

"Apa? Kalian tidur bersama?" Jessie menyela pembicaraan.

Baik Mike maupun Jackson sama-sama diam sesaat mendengar pertanyaan Jessie yang terdengar mengerikan di telinga kedua pria itu.

"Apa yang kau pikirkan, Jessie? Tentu saja tidak!" balas Jackson cepat.

"Buang jauh-jauh pikiran kotormu itu, Jessie! Aku tidak mungkin melakukan itu, kau tau? Aku normal, aku menyukai perempuan, jangan ragukan aku! Tapi kau mungkin bisa meragukan Jack karena kita sama-sama tahu dia tidak pernah jatuh cinta, bukan?" Jawaban yang keluar dari mulut Mike benar-benar membuat Jackson murka.

"Mike!" Satu kata yang keluar dari mulut Jackson terkesan seperti bom atom yang siap meledak. Mike seketika meringis sambil garuk-garuk kepala. Nyalinya menciut.

Jessie yang sudah biasa mendapati keduanya yang bersikap demikian, hanya bisa geleng-geleng.

"Mengapa kau tidak membagi pekerjaanmu padaku, Tuan? Aku bisa menebak, semalam kau tidak tidur, benar?" Jessie kembali bersuara ketika perdebatan tidak berfaedah itu sudah berakhir.

"Ini bukan pekerjaanku, tapi pekerjaan si Mike sialan itu!" Jack terlihat kesal ketika mengucapkan kalimat itu.

"Hei, aku bisa mendengarnya, Boss!" Mike melakukan aksi protes namun Jackson tidak peduli.

"Jessie, aku juga tidak tidur semalaman. Aku ini karyawan yang ditindas oleh boss yang kejam." Mike mengadu dan memelas pada Jessie, dan hal itu membuat Jackson geram.

Apa-apaan! Mike mengatakan Jackson boss yang kejam? Justru Jackson telah membantu membereskan pekerjaannya semalam, dan sekarang dengan tidak tahu terima kasih Mike mengatakan Jackson kejam?

Tanpa berpikir panjang, Jackson melempar pulpen dengan kuat hingga mengenai kening Mike yang disusul suara jeritan tertahan karena Mike merasa kesakitan.

"Kau pikir kepalaku ini apa? Seenaknya melempari kepalaku dengan benda keras!" Mike mengomel sambil sibuk menggosok-gosok bagian kepalanya yang sakit.

"Aku sedang berlatih melempar shuriken," ujar Jackson acuh.

Mike mendesis sinis. "Berlatih melempar shuriken di wajahku? Baiklah, kalau begitu aku akan mencabik-cabik wajahmu dengan kunai!"

"Kau memiliki benda itu?"

"Aku akan membelinya di toko senjata!"

"Cih, lupakan! Siapa yang kau maksud boss kejam, huh? Kau lupa? Jika pagi ini kita tidak memiliki dokumen ini maka kita akan melewatkan kesempatan emas. Aku berusaha membantumu menyelesaikan dokumen ini hingga aku rela melewatkan jam istirahatku dan sekarang kau mengatakan aku kejam? Dasar tidak tau diri!" Jackson mengomel panjang.

"Ayolah, Jack, aku hanya bercanda tadi. Aku hanya ingin merayu Jessie saja. Mengapa kau jadi semarah ini?" Mike tiba-tiba memelas.

"Caramu merayu sangat payah! Merayu tapi menjatuhkan orang lain, cih! Lagipula bukankah sudah aku katakan, jangan coba-coba merayu Jessie! Kau tidak mengindahkan peringatan dariku?"

"Jack, kau tidak bisa membatasi interaksi Jessie dengan siapa pun! Kau mungkin tidak menyukai pria mana pun karena kau pria normal yang tidak mungkin menyukai pria, tapi siapa tahu ada seorang yang Jessie sukai, benar? Contohnya aku, mungkin?" Dengan penuh percaya diri Mike melontarkan kalimat itu.

Jackson tertawa sumbang. "Maksudmu, Jessie menyukaimu?" Kata-kata Jackson terdengar seperti ejekan. "Jessie, apa kau menyukai player satu ini?"

"Ehm, karena kau tidak tidur semalaman sedangkan sebentar lagi kita akan menghadiri pertemuan penting, sebaiknya aku buatkan kopi untukmu, Tuan." Jessie menghindar, tidak menanggapi pertanyaan Jackson yang menurutnya cukup sensitif karena itu menyangkut perasaan.

Jackson tersenyum tipis, cukup senang karena Jessie tidak menanggapi pertanyaannya, dan ternyata itu membuat Mike kecewa, karena sejujurnya Mike sangat ingin mendengar jawaban Jessie.

"Ya, pergilah!"

"Jessie, aku juga butuh kopi, kau akan membuatkan untukku juga, bukan?" Mike merengek sebelum Jessie pergi.

"Tolong tahu dirilah, Mike! Jessie adalah sekretarisku, bukan pesuruhmu! Jika kau menginginkan kopi maka pergi buatlah sendiri," ujar Jackson sinis.

"Dasar kejam!" Maki Mike semakin kesal.

Karena dirasa tidak ada yang perlu ditunggu lagi, Jessie segera berlalu dari ruangan itu. Namun sebelum pintu ruangan tertutup rapat, Mike berteriak keras.

"Jessie, aku tahu kau baik hati, tolong buatkan secangkir kopi untukku juga!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status