Share

2. SEBUAH SYARAT

Jack memutar bola matanya jengah ketika Mike terus mengomel karena Jessie tidak menanggapi seruannya.

"Bisakah kau diam? Suaramu membuat kepalaku semakin berdenyut. Lebih baik kau periksa sekali lagi dokumen yang akan kita gunakan pagi ini, jangan sampai ada yang terlewat dan jangan sampai ada kesalahan!"

"Jack, kau gila! Apa aku harus setiap saat memeriksa dokumen yang sama? Sepagi ini aku sudah memeriksanya sebanyak lima kali, dan sudah kukatakan semuanya sudah beres. Kau pikir aku sangat kurang kerjaan!" Mike mendengus dan matanya pun melotot amat kesal.

"Memangnya apa kesibukanmu? Merayu para gadis yang bisa kau bodohi? Itu tidak lebih baik daripada pekerjaan yang aku berikan."

"Itu semua karena kau!" tukas Mike tiba-tiba, membuat Jack mengerutkan dahi tak mengerti.

"Aku?" Jack menunjuk pada dirinya sendiri, karena bingung dengan apa yang dibicarakan Mike.

"Ya, kau melarangku mendekati Jessie padahal kau tahu aku sangat tergila-gila padanya. Karena itulah aku melampiaskan kekesalanku pada gadis-gadis yang tergila-gila padaku. Dengar, Jack, kau memang tampan, tapi kau sangat angkuh. Pesonaku ini mengalahkan ketampananmu. Jadi jangan salahkan aku jika para gadis itu menggilaiku dan di sisi lain membencimu karena keangkuhanmu itu!"

"Cih, kau terlalu percaya diri, Mike! Kau mempermainkan mereka, maka jangan harap mereka menyukaimu dengan tulus!" cibir Jack sambil menyimpan kembali alat penyimpan berkas setelah ia selesai mengkopi data dari laptopnya.

"Aku beritahu, Mike, caramu itu salah! Kau pikir dengan kau mempermainkan gadis-gadis seperti itu membuatmu jadi keren? Kau pikir Jessie akan terkesan karena hal itu? Kau terlalu naif, Mike!"

Untuk sesaat Mike terdiam seribu bahasa. Sangat jarang Jack membicarakan hal demikian. Mendengar ucapan Jack, dia merasa Jack akan mempertimbangkan dirinya yang ingin memperjuangkan Jessie.

"Jack, apa kau akhirnya mengizinkan aku mengejar Jessie?" pertanyaan itu terlontar dari mulut Mike, dengan wajah yang masih setengah tak percaya.

"Jangan besar kepala!"

"Ayolah, Jack! Mengapa kau begitu kejam padaku? Kau ini sahabatku, bukan? Apa kau tidak ingin melihat sahabatmu ini bahagia?" Mike merengek seperti biasa.

Jack membuang napas panjang. "Mike, apa kau serius menyukai Jessie?" tanya Jack dengan tatapan serius.

"Kau pikir aku main-main dengan perasaanku?"

"Siapa tahu? Bukankah kau sangat suka bermain-main dengan gadis-gadis di luar sana?"

"Jack, aku serius!"

"Ya ya, baiklah. Mike, kau tentu tahu aku sangat menyayangi Jessie, bukan? Dan kau tahu apa yang aku khawatirkan jika dia dekat dengan seorang pria?" masih dengan tatapan mata yang serius, Jack juga mengucapkan kalimat yang serius pula.

"Kau takut Jessie tersakiti oleh laki-laki itu pada akhirnya?" balas Mike cepat.

"Ya."

"Ayolah, Jack! Aku bukan pria di luar sana. Kau sangat mengenalku dan aku begitu mengenal Jessie. Jika aku bersedia melindungimu dengan segenap ragaku, maka aku juga bersedia melindungi Jessie dengan segenap jiwa dan ragaku. Kau tahu itu, Jack!"

Jack berdecak pelan. Dalam situasi apapun tetap saja Mike sangat suka bersikap dramatis.

"Kau bisa menjamin Jessie aman di tanganmu? Kalau sampai kau menyakitinya maka aku akan menghilangkan nyawamu, Mike!"

"Tidak masalah, aku bersedia menerima resikonya. Tapi aku yakin aku bisa melindungi Jessie," balas Mike penuh percaya diri.

"Kau mungkin bisa melindungi Jessie, tapi apa kau yakin kau bisa merebut hati Jessie?" pertanyaan telak itu berhasil membuat Mike mengumpat tajam. "Kau lihat, Jessie selalu menghindari pertanyaan yang berhubungan dengan perasaannya terhadapmu, bukan?"

"Sial! Itu karena kau yang selalu membuat jarak di antara aku dan Jessie, Jack! Beri aku kesempatan dan aku akan membuat Jessie menerimaku. Siapa tahu Jessie merasa malu jika mengungkapkan perasaannya di hadapanmu?"

"Baiklah, karena kau bersikeras maka aku akan memberimu kesempatan. Tapi aku memiliki sebuah syarat yang harus kau lakukan." Seringai bermain di bibir Jack ketika mengucapkan kalimat itu. Mike merasa ada sesuatu yang harus diwaspadai saat melihat Jack memasang wajah yang seperti itu.

"Katakan!"

"Aku akan memberimu kesempatan berdua dengan Jessie. Di pertemuan penting nanti aku tidak akan ikut, aku serahkan pekerjaan itu padamu dan kau harus memenangkan proyek itu. Jangan lupa, kau juga harus melindungi Jessie. Aku beritahu padamu bahwa orang-orang yang akan hadir kali ini tidak bisa dianggap remeh. Jika kau memenangkan proyek ini maka aku akan mempertimbangkan apakah kau boleh mengejar Jessie atau tidak."

"Baik, aku setuju. Kau tahu aku tidak suka dikalahkan, bukan? Kali ini aku juga akan memenangkan proyek itu. Dan saat itu terjadi kau harus menepati janjimu, Jack!" Mike menerima persyaratan itu tanpa ragu.

"Tentu saja, aku tidak pernah ingkar janji!"

Tepat setelah Jack menyelesaikan kalimatnya, Jessie masuk dengan membawa secangkir kopi untuk Jack. Cukup lama Jessie pergi karena ia sengaja membelikan sarapan juga untuk sang boss, sebab dia tahu Jackson pasti belum makan.

Melihat Jessie yang hanya membawa secangkir kopi, Mike kembali bersungut-sungut.

"Jessie, Ya Tuhan! Kau benar-benar sudah semakin mirip dengan bossmu ini, kau kejam! Kau benar-benar tidak membuatkan minuman untukku juga? Kau benar-benar hanya membuatnya untuk Jack saja?" Mike mengacak rambutnya frustrasi.

"Sebaiknya kau kembali ke ruanganmu, Tuan Michael."

"Lihat! Lihatlah anak didikanmu ini, Jack! Dia tidak membuatkan minuman untukku dan sekarang dia mengusirku? Kalian benar-benar membuatku gila lama-lama."

"Aku membuatkanmu kopi, dan sudah aku antar ke ruanganmu. Jadi sebaiknya kau kembali ke ruanganmu sebelum kopimu dingin," kata Jessie tetap tenang, terkesan tanpa ekspresi.

Seketika senyuman merekah di bibir Mike. "Maafkan aku sudah menyama-nyamakan dirimu dengan boss kejam ini, Jessie. Aku tahu kau sangat baik hati, terima kasih. Kalau begitu aku permisi." Tanpa menunggu balasan dari Jessie maupun Jack, Mike segera keluar dari ruangan Jack dan kembali ke ruangan miliknya.

"Jessie, aku merasa kurang enak badan," ujar Jack setelah kepergian Mike.

"Kau sakit? Apa aku perlu membawamu ke dokter?" Jessie seketika panik.

"Tidak-tidak, itu tidak perlu. Aku hanya butuh istirahat, aku pulang saja. Untuk proyek itu aku sudah menyerahkannya pada Mike, temani dia pergi dan menangkan proyeknya. Aku menantikan kabar baik."

"Baiklah, aku mengerti. Apa aku perlu mengantarmu pulang sebelum aku pergi ke pertemuan itu?"

"Tidak perlu, aku masih bisa menyetir. Aku akan menggunakan mobilmu, kalian pakailah mobilku!" perintah Jack.

Mobil Jack adalah mobil modifikasi yang dirancang khusus. Di dalam mobil tersebut tersimpan beberapa senjata dan perlengkapan bertarung. Mobil itu lah yang selalu digunakan untuk menghadiri pertemuan-pertemuan dengan klien.

Bukan tanpa alasan, Jack melakukan itu karena banyak perusahaan yang bertindak kriminal saat mereka kalah dalam persaingan. Mereka akan menghadang di tengah jalan dan memulai pertempuran. Hal itulah yang memicu Jack membuat mobil modifikasi tersebut.

"Aku mengerti." Jessie mengangguk paham.

"Temui Mike dan susun rencana. Aku dan Mike sudah menyusun rencana sebelumnya, tapi mungkin akan sedikit berbeda karena kali ini aku tidak akan ikut pergi. Kau tahu Mike sangat ceroboh, jadi tolong jaga dia, jangan biarkan dia bertindak tanpa berpikir panjang. Aku yakin Mike akan patuh padamu. Satu lagi, proyek kali ini akan dihadiri banyak perusahaan dengan perwakilan yang cukup sulit dihadapi, kalian harus waspada!"

"Aku sudah menyelidiki tentang itu, dan aku sudah mempersiapkan diri," balas Jessie lugas.

"Bagus. Kalau begitu pergilah temui Mike!"

"Baik!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status