Bella dan Damian kembali ke mansion lewat pintu belakang.Pakaian mereka terasa lembab karena terlalu lama berada di bawah guyuran salju yang turun semakin banyak. Bella memeluk tubuhnya yang menggigil dan mengikuti Damian menyusuri lorong yang sepi.Sebagian besar lampu belum dinyalakan di bagian yang mengarah ke sayap timur. Sebagian besar orang masih berada di luar, tengah menikmati salju pertama yang turun di bulan Desember ini."Aku yang akan datang ke sini," ucap Damian sebelum bergegas menapaki tangga menuju kamarnya.Bella menatapnya dan tidak bisa menahan tawa melihat bagaimana Damian beberapa kali bergidik saat melangkahi tangga dengan langkah lebar.Bella sudah menyuruh Damian untuk masuk lebih awal, tetapi dia bersikeras untuk menemani Bella. Alhasil, ia jadi kedinginan dan tidak bisa berhenti menggigil ketika melintasi lorong. Setelah mandi, Bella akan ke dapur dan membuatkan teh jahe.Bella masuk ke kamarnya dan langsung pergi ke kamar mandi. Ia menyalakan keran air hang
Perjalanan menuju tempat latihan menembak terbilang lancar. Mereka hanya melewati kemacetan kecil sebelum tiba di sebuah padang rumput yang sangat luas. Bella selalu memperhatikan jalanan, tetapi tidak ada lagi kejadian yang sama seperti sebelumnya. Ia menghela napas panjang dan berusaha mengubur harapan itu. Mobil Damian berhenti di depan sebuah bangunan kecil dan dia memberikan semacam kode pada pria kekar yang tengah berjaga. Pintu gerbang dibuka, lalu sebuah lapangan luas yang mengarah ke hutan terlihat dalam pandangan. Bella turun dari mobil dan memperhatikan beberapa papan target di sepanjang lapangan. Ia meremas tangannya, mendadak merasa gugup memikirkan apa yang akan ia lakukan. Ia akan belajar menembak. Damian telah menjelaskan dan mempratekkan bagaimana cara memegang pistol ketika mereka masih berada di mansion. Jenis pistol yang mereka gunakan adalah pistol semi otomatis yang merupakan favorit Damian. Katanya, pistol revolver cukup sulit untuk pemula, jadi Bella menur
Perjalanan menuju tempat yang mereka tuju memakan waktu tiga jam lebih, padahal mereka melewati jalanan kosong tanpa hambatan apa pun.'SELAMAT DATANG DI NORFOLK!'Tertulis di sebuah palang yang menempel di pohon Sequoia. Mereka mulai memasuki perkotaan yang ramai, lalu tidak lama kemudian, Volvo Damian berhenti di depan sebuah toko yang tidak terlalu besar dibanding yang lainnya."Ayo," ajak Damian, membukakan pintu dan mengulurkan tangannya. Ia menyelipkan sebuah pistol kecil di saku belakang celananya, kemudian mereka melangkah ke dalam toko. Rupanya, itu adalah toko perhiasan.Bagian luar terlihat seperti toko makanan dengan gambar roti lapis dan salad, sementara bagian dalam dipenuhi lemari kaca yang berisi aksesoris dari emas dan perak."Selamat datang, Tuan dan Nyonya," ucap seorang pelayan perempuan dengan pakaian kuning yang licin dan sangat rapi, sepertinya mempresentasikan emas yang mereka jual. Ia menghampiri keduanya dan tersenyum manis. "Anda ingin perhiasan seperti apa
Jantung Bella berdebar kencang oleh antisipasi perayaan ulang tahun yang akan Damian lakukan di tengah malam. Lima belas menit lagi sebelum jam menunjukkan pukul dua belas malam. Bella duduk di tepi kasur Damian sambil meremas tangannya yang terasa dingin. Ia tidak pernah merayakan ulang tahunnya. Terutama setelah menjadi budak di rumah Tuan Hugo, semua hari terasa sama saja. Tidak ada yang istimewa. Ia bahkan tidak punya waktu luang untuk sekadar bahagia. Ia tidak punya uang sepeser pun untuk membeli kue yang paling murah sekali pun. Tetapi sekarang... Bella duduk dengan gugup di tempatnya. Ruangan itu remang dan Damian sedang keluar untuk mengambil sesuatu. Bermenit-menit rasanya berlalu ketika alarm tengah malam berbunyi keras di atas nakas. Bella tersentak karena terkejut, kemudian apa yang terdengar selanjutnya membuat matanya terbuka lebar. Damian masuk ke kamar dengan membawa buket bunga mawar yang sangat besar, hampir seukuran tubuhnya. Sebuah kue cokelat berada di tanga
Ini adalah pengalaman pertama baginya.Di hari ulang tahunnya.Jantung Bella berdebar tidak karuan ketika Damian melepas pakaian terakhir yang membungkus tubuhnya. Tatapan pria itu tidak lepas sedetik pun darinya, begitu intens hingga ia merasa Damian seolah berusaha melihat isi hatinya.Hanya satu orang, pikir Bella. Dalam hidupnya, hanya satu orang pria yang ia percaya dan cintai.Damian membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan merangkak di atasnya dengan perlahan. Napasnya terdengar memburu. Damian hanya menatapnya untuk waktu yang lama, sebelum membungkuk untuk memberi ciuman lembut di bibirnya."Peluk aku," pinta Damian.Bella melingkarkan kedua lengannya di leher pria itu, kakinya melingkari pinggangnya. Ia menatap ke dalam mata Damian yang membara oleh gairah dan sejuta sensasi terasa beterbangan dalam dadanya.Damian akan melakukannya malam ini. Menjadikannya miliknya. Untuk selamanya.Bella tidak akan pernah mencintai pria lain, jadi ia tidak merasa ragu sedikit pun.Setelah
Warna putih memenuhi pandangan. Pohon, gerbang, rumput, istal, dan pegunungan dari kejauhan diselimuti oleh salju.Langit mendung dan udara menurun drastis, tetapi Bella tetap saja tersenyum lebar ketika membuka pintu menuju halaman belakang. Setelah kejadian semalam dan Damian yang tidak henti-hentinya membisikkan kata-kata manis ke telinganya, ia tidak bisa berhenti tersenyum.Suasana hatinya sedang berada di puncak hari ini.Ia menatap cincin di jari manisnya dan bibirnya secara otomatis tertarik membentuk senyum lebar. Seperti inikah yang dikatakan orang-orang di televisi? Bahwa cinta terkadang membuatmu merasa gila?Bella tertawa kecil dan menggeleng pelan. Ia bergidik ketika melangkah melewati pintu, meskipun mantel tebal dan syal yang ia pakai hanya memperlihatkan matanya saja. Musim dingin kali ini jauh lebih membekukan dari biasanya.Bella meraih sekopnya, lalu membersihkan sepanjang jalan setapak kecil yang terhubung ke gerbang. Para pelayan dan pengawal sibuk membersihkan
Bella terbangun oleh suara erangan rendah Damian di telinganya. Kelopak matanya terbuka dan ia mengernyit merasakan kulit Damian yang begitu panas. Pria itu memeluknya dari belakang dengan erat, dan entah kenapa suhu tubuhnya kelewat hangat. Bella mengerjap-ngerjap menatap ruangan yang temaram, kemudian berusaha mengumpulkan kesadarannya. Jam berapa sekarang? Rasanya ia belum tidur terlalu lama. Dengan lembut, disentuhnya lengan Damian yang berada di perutnya—memang sangat panas. Tangannya turun ke jemari Damian yang agak lembab karena keringat. Ini tidak normal. Apakah Damian demam? Mendadak, pria itu kembali mengerang. Suaranya parau dan jelas kesakitan. Napasnya yang berembus di kepalanya terdengar berat. Bella segera berbalik, lalu menyentuh dahi Damian yang basah. "Ah, panas sekali," gumamnya spontan. Ia bergegas bangun dari tempat tidur dan meraba rahang hingga leher pria. Keringat telah membasahi tubuh Damian sampai ke pinggang. Bella bergegas menyalakan lampu. Jam dindin
Pria ini hanya ingin menggodanya, bukan? Apakah dia sebenarnya tidak sakit?Damian tidak bisa menahan tawanya untuk meledak ketika melihat ekspresi kekasihnya. "Sayang, apa kau harus memasang wajah seperti itu?"Bella kontan melotot, bibir semakin maju saat sadar kalau Damian benar-benar hanya ingin mempermainkannya. Ia mengulurkan tangannya untuk mencubit lengan Damian, tetapi pria itu lebih dulu menangkapnya."Baiklah, baiklah. Aku hanya bercanda," ucapnya, terkekeh. "Tapi apa salah jika aku memintanya pada kekasihku sendiri?"Tanpa permisi, Damian malah membawa tangan Bella ke dadanya. Bella menggigit bibir bawahnya merasakan kulit panas pria itu. Terlebih ketika Damian menurunkan tangannya menuju kotak-kotak keras yang terbentuk dengan baik di perutnya. Begitu seksi dan maskulin.Darahnya terasa berdesir. Damian terus mengarahkan tangannya untuk meraba tubuhnya, sementara tatapannya terpaku pada wajahnya. Rasanya ada aliran listrik tegangan rendah yang mengaliri tubuhnya.Damian m