Share

Gadis Lugu Tawanan sang Mafia
Gadis Lugu Tawanan sang Mafia
Penulis: Gabrilia Viola

1. Tembakan

Langkah demi langkah telah ditempuh hingga hampir berada di tengah-tengah hutan. Embun-embun pagi menutupi pepohonan, udara terasa sangat dingin sehingga membuat gadis berambut merah jahe itu mengigil. Gadis cantik itu bernama Lily Harperwood.

“Ibu. Ini dingin sekali.”

“Bertahanlah sebentar. Kita akan mati jika berhenti di sini,” balas Rosby Harperwood, Ibu tiri gadis itu. Sekarang wanita itu berwajah sangat muram.

Lily menghela nafas berat, dia merasakan semakin lama kakinya semakin sakit karena terus dipaksakan melangkah. Gadis itu bahkan tak menemukan apa pun yang ibu tirinya takuti. Dia tak bisa memahami wanita tua itu.

Dia pun mulai memikirkan sesuatu yang mungkin akan menambah pendapatannya.

“Bu, apakah kau masih menyimpan uangku?”

“Masih. Memangnya kenapa?” tanya Rosby dengan membentak. Gadis itu terlalu banyak bertanya sepanjang perjalanan.

“Aku akan ambil uangku lima juta untuk menanam cabai di kebun. Aku dengar-dengar banyak yang mengatakan jika beberapa bulan lagi harga cabai akan naik, jadi sebelum itu aku ingin menanamnya dalam waktu dekat ini.”

Langkah Rosby berhenti, Dia menatap sinis pada gadis itu. Lily pun terdiam, dia tak merasa mengatakan hal yang salah sedikit pun, jadi dia menatap heran Rosby.

“Bahkan di masa sulit pun, kau masih memikirkan uang, Lily?!”

Lily kaget atas reaksinya itu, selama ini dia tak pernah mendengar dia membentaknya seperti itu.

“Maaf, tapi waktu itu ibu bilang jika uangku masih aman bersamamu. Tapi saat aku meminta tentang uangku kembali, kenapa kau selalu memberi banyak alasan?”

Alis Rosby semakin berkerut. Dia melipat kedua tangannya.

“Jadi sekarang Lily anak baik yang aku besaran ini berani membantah? Dan kau mulai perhitungan pada ibu?”

Lily semakin bingung dengan sifatnya yang tiba-tiba berubah drastis itu. Dia tak selembut yang biasanya. Kali ini Lily merasa kesal.

“Perhitungan apanya, Bu? Bahkan aku gak pernah memakai uang dari kerja keras sendiri. Setiap aku mendapatkan uang, aku selalu langsung memberikannya padamu, ibu!”

Karena kesal, nafasnya menjadi lebih cepat. Itu adalah baru pertama kalinya Lily membentak Rosby.

“Itu namanya perhitungan! Dasar anak durhaka!”

“Uangmu yang sedikit itu tak sebanding dengan semua makanan dan pakaian yang beli dari kecil hingga sekarang, Lily! Ingat itu!”

Lily merasa aneh dengan ucapannya. Dia masih ingat bagaimana cara wanita tua itu meminta baju-baju bekas dari tetangga sebelah untuknya.

“Bukankah semua bajuku itu baju bekas? Kapan kau membeli baju baru untukku?”

Ucapan gadis itu membuat wajahnya memerah. Tatapan Rosby teralihkan saat melihat pria bertopeng dengan benda tajam di tangannya. Wanita tua itu sangat ketakutan sampai seluruh tubuhnya gemetar.

Dia menggenggam tangan Lily yang juga sangat ketakutan. Tubuh gadis itu terasa membeku saking takutnya.

“Tolong jangan bunuh aku. Bunuh saja anakku ini.”

Tiba-tiba dia mendorong Lily pada pria bertopeng itu. Membuat gadis itu seperti menyembahnya. Lily semakin memejamkan matanya, dia tak bergerak sedikit pun.

Dor!

Peluru itu melesat tepat pada kepala Rosby saat dia berusaha melarikan diri. Darahnya berceceran ke mana-mana serta otaknya keluar dari tempatnya.

Lily seketika lupa dengan rasa takutnya. Dia menoleh menatap kematian sadis ibunya itu. Mata gadis itu membelalak, otot-ototnya seakan mengejang. Gadis itu seperti akan gila.

Kepalanya terasa pusing, tubuhnya perlahan melemas membuat gadis itu semakin tak sadar. Dan pada akhirnya dia terselesaikan di tanah

Dari arah belakang, muncul beberapa pria bertopeng. Mereka mengangkat tubuh Lily yang sudah tak berdaya.

Jasad Rosby juga mereka angkat dengan tak tersisa. Bahkan semua tanah yang terkena darah itu juga mereka angkat sampai tak tersisa.

Lily di masukkan ke dalam mobil yang berbeda dengan mobil untuk mengangkut jasad ibunya. Seorang pria mengikat tangannya ke belakang dan menutup mulutnya dengan perban.

“Huh ... akhirnya dia mati juga, ya, Don?”

Pria yang menyetir mobil itu tersenyum. Dia puas dengan semua usahanya beberapa hari ini. Sebentar lagi dia akan menerima banyak uang dari bos yang sesungguhnya.

Lily digotong ke sebuah ruangan. Tubuh gadis itu di letakkan di atas ranjang kecil.

Ruangan itu minim pencahayaan dan juga terlihat lusuh walau telah dibersihkan. Ya, itu juga bisa disebut dengan penjara.

“Bos. Misi telah selesai!”

Seorang pria dengan jas hitam duduk di singgasananya dengan kaki kanan di atas kaki kiri. Dia juga memegang bir di tangan kiri. Sudut bibir pria itu terangkat.

Dia meletakkan birnya di meja dan menurunkan kaki kanannya.

“Wanita sialan itu sudah mati?”

Pria dengan kulit sawo matang mengangkat wajahnya dengan bangga. Senyumnya mengembang begitu saja.

“Aku yang membunuhnya.”

Kedua teman seketika menoleh pada pria itu dengan mata membelalak. Mereka kaget mengapa pria bodoh itu sangat nekat.

Pria di singgasana itu terus menatapnya. Para pesuruhnya itu mulai merinding. Namun, pria yang membanggakan diri itu tetap tersenyum bangga.

Kendrick Bahesmana, seorang pria yang menjabat sebagai ketua gangster itu mulai tersenyum. Lebih tepatnya dia sedang menahan tawa.

“Bocah.”

“Kau pikir kau bisa membohongiku?”

Pria yang sebelumnya membanggakan diri itu sekarang menundukkan kepala. Tangannya mulai bergetar. Dia menelan saliva dengan dada yang sesak.

Nasibnya mungkin akan sama dengan temannya yang dicambuk seratus kali.

“Anak baru, ini sebagai peringatan bagimu jika berbohong itu adalah sebuah dosa besar bagiku.”

“Hari ini adalah hari kemenanganku. Kau akan kuberi keringanan.”

Mata birunya terus menatap tajam. Pria kejam itu mengembangkan senyumnya kembali.

“Bawa dia. Cambuk dia dua puluh kali dan penjarakan sepuluh hari.”

Kedua orang di belakang Kendrick langsung beranjak. Mengikat kedua tangan pria pembohong itu ke belakang. Mereka membawanya ke tempat penyiksaan.

“Tuan! Tolong maafkan aku. Aku telah bersalah,” mohon pria itu.

Kendrick meneguk birnya kembali. Terlihat dirinya yang mulai tak sadar.

“Aku sudah memaafkanmu, bocah. Sekarang cepat bawa dia!”

Penjaga itu membawanya paksa tanpa mau mendengarkan semua eluhan dan rintihannya lagi. Pria itu terus menyerang ingin di lepaskan.

Mata elang Kendrick yang tajam terus menatapnya. Kedua sudut bibirnya terangkat. Dia terpesona dengan erangan pria berkulit sawo matang itu.

Dia mengangkat gelasnya pada seorang wanita cantik bergaun merah. Dengan senang hati, wanita itu menuangkan bir ke gelasnya.

Saat melihat gelasnya terisi, Kendrick tersenyum lebar pada wanita itu. Pria itu meneguknya dengan sekali tegukan. Kemudian dia meminta lagi.

Dia tak akan peduli mesti sudah sangat mabuk. Semenjak ibunya tiada, Kendrick merasa dunianya ikut hancur. Wanita yang selalu mengingatkan pada kesehatannya telah tiada, jadi sekarang meskipun dia mati pun orang-orang tak akan peduli.

Matanya membuka saat mengingat sesuatu.

“Gadis itu.”

Tubuh yang melemah. Nafas yang memberat disertai dengan ketakutan yang melumpuhkan akal sehat. Gadis bernama Lily Harperwood itu terus menatap ke atap dengan pandangan kosong.

Ingatan tentang pembunuhan ibunya itu terus terngiang-ngiang. Dadanya terasa sesak. Traumanya membuat tubuhnya seakan membeku.

Air matanya terus mengalir. Gadis bahkan itu tak menggerakkan tubuhnya sedikit pun setelah siuman.

Matanya membelalak. Dia mendengar seseorang sedang membuka kunci ruangannya. Gadis itu memejamkan matanya kembali. Jantungnya berdebar sangat kencang.

“Benar gadis itu?”

“Iya, Tuan,” balas wanita cantik bergaun biru.

Wanita itu menatap wajah Lily yang tergeletak dengan penuh kagum. Matanya tak bisa berkedip.

“Dia sangat cantik, Tuan.”

Kendrick seketika menoleh dengan tatapan tajam.

“Jangan tertipu. Dia itu anak penghianat.”

Wanita itu langsung menunduk.

“Maaf, Tuan.”

Kendrick menghela nafas. “Keluar dari sini dan tutup pintunya.”

Kulit putih yang cerah, serta rambutnya yang berwarna oranye kemerahan. Wajahnya begitu cantik. Gadis itu seperti bidadari yang jatuh dari kayangan.

Kendrick sebenarnya kagum dengan kecantikan gadis itu. Tapi dia terus mengingat jika dia adalah anak Rosby, si penghianat yang membuat dunianya hancur.

Alisnya mengerut menatap gadis di ranjang itu. Dia bingung mengapa gadis itu tak mirip sedikit pun dari Rosby. Gadis itu terlalu cantik untuk menjadi anak dari penghianat naif itu.

Kendrick duduk di sebelah gadis itu dengan tatapan yang terus menatap tajam. Telapak mata gadis itu tiba-tiba bergerak. Tangannya juga mulai bergetar.

Sudut bibir pria itu terangkat. Dia menyadarinya.

“Bangun.”

“Aku tahu kau hanya berpura-pura.”

Lily tak menanggapinya. Dia hanya menahan tangannya yang semakin bergetar.

“Kuhitung sampai tiga.”

Mata gadis itu langsung terbuka. Wajahnya memerah karena ketakutan.

Mata mereka berdua saling menatap. Mata elang Kendrick yang menatap tajam dan mata besar Lily yang menatap sendu.

Kendrick mengembangkan senyumnya dengan lembut. Mau bagaimana pun juga, dia sangat menyukai raut gadis polos yang sedang ketakutan.

“Gadis naif. Kau mencoba menipuku dengan wajah polosmu itu, ya?”

Tatapan Lily berubah menjadi tatapan heran padanya. Dia tak paham maksud pria itu.

“Aku menipu apa? Dari tadi aku hanya diam saja?”

Mata Kendrick tak henti-hentinya menatap mata gadis itu. Itu membuat Lily terus menundukan tatapannya. Lily benar-benar mengakui ketampanan pria itu. Tapi dia tetap harus mengingat jika dia adalah pembunuh ibunya.

“Cantik sekali. Kira-kira apa yang bisa aku lakukan padamu?”

Mata Lily langsung membelalak, perlahan dia mulai mundur. Tentu saja Kendrick mengerti mengapa gadis itu melakukannya. Dia melihat mata gadis itu mulai berkaca-kaca. Wajahnya juga semakin memerah.

Gadis itu berhenti dengan memeluk kedua lututnya, tatapan tetap menunduk. Kendrick tak pernah mengalihkan matanya dari gadis itu, tanpa ragu Kendrick perlahan Kendrick mendekatinya.

Tubuh gadis malang itu semakin bergetar saat Kendrick berada di sampingnya. Tangan kanan pria itu menyentuh pundak Lily.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status