Share

Bagas Mahendra

Aku bertemu dan perihal rindu berhenti mengadu. Ternyata, biru yang harus mencari disepanjang langit, dimana senja berada.

"Lah, ternyata orang tadi,” gerutu Lova yang seketika menyesal sudah invite pertemanan dengan ketua klannya. Tangan Lova tidak jadi klik tombol save namun malah scroll ke bawah dan hampir klik tombol blok kontak.

Ting!

'By the way, lo cewek di kantin tadi?'

Sebuah pesan masuk ke ponselnya sebelum dia bisa memblokir nomor ketua klannya.

Lova menautkan alisnya,"Kok bisa tahu?" Baru Lova ingin membalas, pintu kelas sudah dibuka oleh seorang guru dengan kaca mata bundar.

"Selamat pagi menjelang siang anak-anak."

"Pagi menjelang siang, Pak Barga."

Lova memasukan ponselnya dan tidak jadi membalas pesan dari ketua klannya.

Di kelas XI IPA 2, Bagas Mahendra menimang-nimang ponselnya seraya melihat jika ada pesan W******p yang masuk. Dia tadi sempat terkejut ketika melihat foto profil anggota klannya yang mirip dengan gadis galak di kantin tadi.

"Beneran dia bukan sih?" gumam Bagas sambil mengetuk dagunya. Bagas membuka foto profil milik anggota klannya lagi dan memastikan logo seragam miliknya, "Logo seragamnya sih sama. Anak SMA Pelita Bangsa," pikir Bagas lagi.

Beruntung Bagas duduk di meja pojok paling belakang di kelasnya jadi Pak Tarno yang sedang mengajar di depan itu tidak terlalu memperhatikan Bagas.

"Teori kinetik mengatakan bahwa setiap zat terdiri dari atom atau molekul yang bergerak terus menerus secara sembarangan. " Pak Tarno terus menjelaskan materi pelajaran fisika hari ini.

Bagas yang bosan menunggu balasan dari Lova akhirnya membuka I*******m dan mulai stalking wanita tercintanya.

Dia mulai mengetik nama akun milik Elin Prameswara. Senyum terbit di bibir Bagas, "Bidadari itu mau lagi cemberut, senyum, atau marah tetep aja kelihatan cantik," puji Bagas saat melihat foto milik Elin.

Mata Bagas melotot ketika melihat foto Elin yang berdua dengan Rolan, "Elin tersayang, elo bener-bener enggak cocok sama Rolan. Lihat tuh! Muka brandalan tukang mainin hati perempuan kok masih dipertahanin," gerutu Bagas saat melihat beberapa foto Elin bersama Rolan.

Bagas melihat beberapa komentar di foto Elin tersebut dan membuat emosinya tersulut.

'Perempuan hama yang bisanya cuma nangis! Rolan pacaran sama elo bukan karena cinta tapi karena kasian doang.'

'Pelacur SMA!'

'Rolan tanggung jawab! Gue hamil anak elo!'

BRAK!

Semua orang yang ada di kelas XI IPA 2 mengalihkan pandangannya ke meja Bagas. Pak Tarno yang sedang menjelaskan materi melotot ke arah Bagas.

"Brengsek!" umpat Bagas reflek.

"BAGAS MAHENDRA!" tegur Pak Tarno yang membuat Bagas tersentak kaget. Bagas melihat ke arah Pak Tarno yang melihatnya dengan tatapan sadis, "Maaf Pak, saya-"

"SEHABIS PELAJARAN SAYA! BANTU SAYA BAWA BUKU TUGAS ANAK KELAS SEPULUH!" ujar Pak Tarno marah.

Bagas melirik dua tumpuk buku yang banyak itu meringis, "Saya bawa bukunya sama temen yang lain ya, Pak?"

"SENDIRIAN!"

Hati Bagas melengos, "Bolak-balik dong gue kalau bukunya dua tumpuk gitu. Enggak mungkin juga kalau gue langsung bawa buku sebanyak itu sekali jalan," gerutu Bagas pelan.

"SAYA MASIH DENGER KAMU PROTES, BAGAS!"

🐾🐾🐾

Bel istirahat kedua sudah berbunyi dari 5 menit yang lalu. Bagas membawa satu tumpuk buku terakhir dan berjalan menuju kelas sepuluh.

Sepanjang jalan Bagas mengumpati Rolan. Jika bukan karena ulah Rolan membawa haters untuk Elin, Bagas tidak akan reflek mengebrak meja.

"Rolan sialan!"

Kaki Bagas berhenti di depan plakat X IPA 1. Pintu kelas itu tertutup dan Bagas tidak bisa mendorong pintu kelas dengan tangannya karena buku yang dia bawa. Bagas menendang pintu kelas itu dan menyebabkan pintunya terbentur dinding dengan keras.

Seluruh kelas X IPA 1 menjadi hening dan melihat ke arah pintu kelas. "Ekhem!" Bagas berdehem dan berusaha menampilkan wajah seorang kakak kelas yang berwibawa.

"Gue di suruh Pak Tarno balikin buku tugas kalian! Apa? Kalian enggak terima dibikin kaget sama kakak kelas?" ujar Bagas sombong lalu berjalan masuk dengan santai ke dalam kelas X IPA 1 itu.

Bagas menaruh buku tugas adik kelasnya di meja guru dan menatap sekeliling.

Bagas tidak sengaja melihat seorang gadis yang menelungkupkan wajahnya di meja. Alis Bagas mengerut ketika melihat perawakan yang mirip perempuan di kantin tadi.

"Itu cewek yang lagi nutupin mukanya, namanya siapa?" tanya Bagas ke semua penghuni kelas.

"Lova, kak," ujar Joko selaku ketua kelas X IPA 1.

Bagas berjalan ke arah Lova, "Oi, bangun lo!" ujar Bagas yang tidak direspon oleh Lova. "Kebo banget!" sindir Bagas yang kemudian mendapatkan ide bagus.

"BANGUN!" teriak Bagas sambil mrngacak-acak rambut Lova.

Lova yang sedang memejamkan matanya terkejut ketika ada yang mengacak-acak rambutnya. Dengan sigap Lova mendongak dan melotot ke arah penggangu itu. Mata Lova terbuka lebar saat melihat ketua klannya sekaligus orang yang dia sindir di kantin sewaktu istirahat pertama tadi.

"Lo ngapain di sini?" tanya Lova dengan nada sinis.

"Nah, akhirnya bangun. Gue itu ya, dari tadi udah bangunin lo tapi elo enggak bangun-bangun," keluh Bagas yang kemudian duduk di sebelah Lova. "Lo itu lahir di tahun kebo ya? Kok tidurnya kek kebo susah dibangunin!" lanjut Bagas lagi.

Lova melotot ke arah Bagas, "Maksud lo apa hah? Kenal aja kaga udah ngatain gue kayak kebo! Emang bokap lo pelihara kebo ampe lo tahu kalo kebo itu susah dibangunin?" bentak Lova sambil mengebrak meja.

Bagas menatap Lova cengo, dia mengelus dagunya seraya berpikir, "Bokap gue peliharanya sapi sih bukan kebo. " gumam Bagas yang membuat Lova tambah emosi.

"LO BAWEL BANGET SIH! SONO KELUAR JANGAN GANGGU GUE!" teriak Lova marah lalu berdiri dan menendang kursi yang di duduki oleh Bagas.

Bagas menatap Lova tepat di manik matanya dan sebuah senyum terbit di bibir Bagas. Bagas berdiri dari kursinya dan menepuk puncak kepala Lova.

"Lo galak, tapi karena kita udah temenan. Lo tetep temen gue, anggota klan," ujar Bagas yang membuat Lova menjadi heran. Perasaan aneh menjalar di hatinya tanpa dia sadari. Bagas yang melihat Lova terdiam itu terkekeh pelan lalu berjalan ke luar dari kelas Lova.

Lala yang melihat Lova diam setelah di tepuk kepalanya itu mencibir, "Dara, lihat tuh! Cuma pencitraan doang galaknya. Biar cowok tertarik sama dia karena ngerasa tertantang," ejek Lala yang diangguki oleh Dara.

Lova melihat ke arah Bagas pergi. Dia merasa ada yang salah dengan dirinya. “Gue kenapa sih?”

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status