Share

3

Penulis: Khanza Adreena
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-09 05:57:25

Terkadang sebuah cobaan dan ujian mampu membawa kita bangkit dari keterpurukan. Ibarat kita langsung bisa naik kelas apabila kita mampu melewati setiap prosesnya.

Setelah aku meninggalkan Johan ditepi jalan, aku bergegas pulang. Dirumah ternyata sudah berdiri ibu tiriku diambang pintu, dengan senyuman licik dan sinis ia mulai menyambutku. Terlihat jelas kemarahan disudut matanya yang tajam itu.

Bisa kutebak segala cacian pasti ia keluarkan untukku. Aku hanya diam dan menunduk melewatinya yang berdiri diambang pintu.

"Dari mana saja kamu, tau enggak ini jam berapa?". tanyanya sinis.

"Tau Buk, tapi maaf Sandra tadi ada tugas tambahan jadi tak bisa pulang lebih awal". jawabku tertunduk, aku mencoba berbohong padanya, tak mungkin juga kukatakan apa yang sebenarnya bisa kena pukul aku nanti.

"Sudah saya bilang kan, kamu berhenti sekolah saja, lebih baik uang ayahmu itu buat adik-adikmu yang lebih berhak". tuturnya, sontak membuat mataku terbelalak.

Bagaimana tidak, aku ini anak kandung ayahku masak uangnya lebih berhak diberikan pada anak tirinya, kan ya aneh. Aku memilih diam dan kembali melangkah menuju kamarku.

Untung saja sebelum nenek meninggal, ia telah membuatkanku kamar. Kalau tidak aku pasti disuruh tidur digudang belakang. Pernah beberapa kali ibu memintaku untuk memberi kamar ini pada putrinya, tapi dengan tegas tentu saja kutolak.

"Kebiasaan ya, orang tua ngomong main nyelonong saja. . .tak memiliki sopan santun!".  murka ibu, aku lebih memilih tak menanggapi ucapannya itu.

Dikamar aku langsung membuka tas sekolahku, didalamnya aku tadi masih menyisihkan potongan roti pemberian Eva, sahabat terbaikku di sekolah.

Bergegas aku berganti pakaian dan melahap habis potongan roti tadi. Memang siEva sudah tau luar dalamku, termasuk sikap ibu padaku.

Tok. . .

tokk. .

Ini pasti ibu yang mengetuk pintu, ada apa lagi sih dia. Selain lihai dalam mengomeliku ia juga paling tidak sabaran tiap memerintahkanku.

"San, buruan masak. . . nggak lihat apa adik-adikmu udah pada kelaparan!". panggilnya padaku.

"Iya-iya sebentar". jawabku cepat. Aku segera menuju dapur, sudah bisa aku tebak pasti semua pekerjaan tengah menantiku. Sebenarnya apa sih yang ibu kerjakan ketika aku sekolah, semua selalu saja diberikan padaku.

"Lelet banget jadi cewek!". cibirnya padaku.

"Maaf Buk, kenapa sih selama ini ibu tidak pernah mau menganggapku anak, apa salahku Bu?". tanyaku parau.

"Tak perlu kamu tau, karna selamanya saya tak akan menganggapmu . . Camkan itu!". tegasnya, sontak membuat benteng pertahananku runtuh. Air mata kutahan sekuatnya agar tak menetes didepan beliau.

Aku bergegas lari menuju kamar, tak kuhiraukan lagi cacian dan umpatan ibu yang ia lontarkan untukku. Hati ini benar-benar hancur seolah krsabaranku selama ini sia-sia semata.

BRAAK!!

Kututup pintu ini dengan kekuatan ekstra, paling tidak aku bisa menyalurkan emosiku. Pengorbananku selama ini ternyata sia-sia dan dihargai oleh ibu. Padahal kedudukabku disini lebih darinya, iya karna rumah ini adalah rumahku. Rumah yang diwariskan almarhum nenek pada ibu sebelumnya.

"SANDRA!". teriak ibu memanggilku.

Tak kuhiraukan lagi. Aku lebih memilih diam dan mengeluarkan semua tangisku. Ada perasaan lega tersendiri saat air mata ini akhirnya bisa tumpah tanpa ada perlawanan. Kubiarkan ia menetes sederas-derasnya, mungkin karna selama ini terlalu lama aku tahan.

"Kamu nggak denger apa ibu ngomong, buruan masak! pekerjaan dapur udah menunggumu!".  murkanya.

Dorr. . . Dorrr. . Dorr

Beliau bahkan sampai mengedor pintu kamarku. Namun keputusanku sudah bulat, tak akan kuhiraukan lagi. Sesekali memang aku perlu berani melawan kegalakan dan kesemena-menaannya padaku.

"SANDRA!". teriaknya lagi, kenapa juga enggak beliau aja yang mengerjakan pekerjaan rumah.

Prok. . .

prokk. . .

prokk. . .

"Jadi begini ya ternyata, kelakuanmu sama anakku saat aku tak ada dirumah". ucap Ayah, sepertinya ia mendengar semuanya tadi, semoga saja benar begitu. Memang selama ini aku masih merahasiakan semua itu dari Ayah.

"E-enggak Mas, kamu salah denger kali . . Aku cuma nyuruh Sandra keluar untuk makan bareng aja kok sama adik-adiknya".  jawabnya beralibi.

"Benarkah seperti itu Dek?". tanya Ayah pada iatrinya itu, aku dari dalam kamar hanya bisa nguping dengan menempelkan telingga rapat-rapat pada dinding.

"Benarlah Mas, masak aku bohong kan enggak mungkin". jawabnya percaya diri.

"Tapi sayangnya aku tadi sudah mendengar umpatanmu sejak awal, segitu bencinya kau sama anakku padahal aku yang telah menafkahi anakmu juga!". terang ayah.

"Bu-bukan begitu Mas". ucap ibu terbata.

"Terus apa, dulu kau memaksaku agar mau menikahimu aku setuju, apa kamu lupa dengan syarat yang aku beri?". tanya ayah, aku jadi penasaran sebenarnya ada syarat apa dari ayah untuk ibu tiriku itu.

"Iya aku masih ingat Mas". ujarnya lirih.

"Kenapa sebegitu bencinya dan tak bisa menganggap Sandra anakmu sendiri?", tanya ayah lagi.

"Bu-bukan seperti itu Mas". jawab ibu, tumben sekali beliau mau berbicara lirih, malah cenderung kalah dengan Ayah.

"Terus apa, jadi selama ini kau jadikan anakku pembantu geratisan dirumahnya sendiri!". tegas Ayah kemudian.

"Aku, aku cuma mendidiknya agar bisa mandiri sedari kecil. . . i-iya itu saja". jelasnya beralibi.

"Mendidik, kenapa tak kau didik saja anakmu sendiri, biar bisa mandiri juga sedari kecil. . . Kamu benar-benar pilih kasih!".  murka ayah.

Aku yang hanya bisa mendegar keributan ini cukup terkejut juga. Tumben sekali ayah mau melawan ibu, dan beruntungnya ibu tampak tak berdaya melawan kemarahan ayah padanya.

"Aku, aku minta maaf Mas!". ucap ibu pada ayah.

"Minta maaf kenapa, apa kamu lupa akan syarat dan peejanjian kita dulu?". tanya ayah, dari nada suaranya aku tahu jika ia masih marah.

"Iya, iya Mas aku masih ingat kok". jawabnya lirih.

"inget? Coba kamu ucapkan lagi syarat dan perjanjian yang aku beri untukmu?".  pinta ayah pada ibu.

Aku yang sejak tadi sudah penasaran, segera menempelkan telinga ini lebih rapat lagi pada daun pintu. Sebenarnya apa yang membuat ibu begitu kalah dengan syarat itu?, apa sih isinya?. Akan aku dengarkan baik-baik.

Semoga saja bisa menjadi sedikit kelegaan untukku nanti, aku benar-benar sudah tidak tahan menghadapi Ibu. Meski bagaimanapun beliau aou tetap berusaha untuk menghormatinya, namun sepertinya semua itu tak berarti apa-apa dimatanya. Ia bahkan terus saja membenci dan memeperlakukanku dengan tidak baik.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gadis Manis Simpanan CeoΒ Β Β 22. Akhir yang Kunantikan

    22. Akhir yang Dinantikan"Sayang,, bangun. Udah pagi ini!," ucap Mas Bayu, ia menguncang pelan tubuh polosku yang masih tertutup selimut rapat."Emmm, Mas. Apa sih, baru juga jam berapa ini?, ada apa sayang?," ucapku cukup terkejut, tentu saja dengan suara khas orang bangun tidur."Kita berangkat kekampung dimana kamu dulu berasal yuk, semua berkas sudah diurus orang-orang kepercayaanku," papar Mas Bayu."Sayang, maksudnya apaan sih. Aku enggak ngerti," ucapku santai."Kita nikah resmi dikampungmu, aku kan juga butuh restu mertuaku disana, dan sekarang waktunya telah tiba. Tak ada yang perlu ditutupi lagi," ucapnya mengejutkanku.Benar juga apa yang ia katakan, sudah cukup lama aku menunggu waktu ini tiba. Bertemu Ayah, itu juga menjadi satu hal yang selaslu kunantikan.Satu h

  • Gadis Manis Simpanan CeoΒ Β Β 21. Ketok Palu

    21. Ketok Palu"Sayang, jam segini udah rapi banget. Mau kemana?," tanyaku pada Mas Bayu."Hari ini ada sidang putusan cerai sayangku, do'akan ya. Semua lancar dan pastinya kita bakal bebas tanpa gangguan dari mereka," papar Mas Bayu."Tentu sayang, habis masalah ini selesai. Jangan lupa kamu resmikan hubungan kita, baru deh aku kasih keturunan buatmu," pintaku Padanya. Aku tak ingin ambil resiko, hamil sementara hubunganku dengannya belum resmi oleh negara, kasihan juga dengan anak keturunanku kelak."Tentu saja sayangku, aku juga udah enggak sabar untuk menghamilimu," godanya tepat ditelingaku."Udah deh sayang, buruan sana berangkat. Semoga saja hari ini masalah udah beres semua." Pungkasku mengakhiri obrolan.Udah enggak sabar nih hati, bentar lagi aku bakal resmi jadi nyonyah Bayu yang sesungguhnya.

  • Gadis Manis Simpanan CeoΒ Β Β 20. Tak Selamanya Mulus

    20. Tak Selamanya Berjalan MulusSaat ponsel kuhidupkan, banyak sekali notif masuk dari Bu Maya dan juga Meisya, Ada apa lagi mereka menghubungiku?.Kubuka satu persatu pesan beruntun dari Ibu dan anak itu. Selain pesan singkat, ada juga beberapa panggilan tak terjawab dari keduanya.Ting.[Sandra,, tolong aku Sand. Aku enggak tau bakal tinggal dimana lagi. Rumah mewah ini harus segera kami tinggalkan]. Pesan dari Meisya membuatku begitu terkejut.Ting[Sand,, tolongin Ibu Sand. Ibu dan Bapak memilik untuk berpisah, dan rumah ini bakal jadi bagian Pak Bayu]. Pesan dari Bu Maya.[Sandra, angkat telfon dariku]. Pesannya lagi.[Sandra,, kenapa telfonmu enggak aktif sih?]. Satu lagi pesan kubaca dari Bu Maya.Dan masih banyak pesan masuk lagi dari keduanya

  • Gadis Manis Simpanan CeoΒ Β Β 19. Meleleh Dibuatnya

    19. Meleleh DibuatnyaRiasan natural dan sedikit polesan lipstik bernuansa nude kupilih untuk menghiasi paras manisku. Penuh tanya dalam kepala ini dengan maksud Mas Bayu menyuruh orang kepercayaannya untuk menjemputku."Mas,, kita bakal kemana?," tanyaku pada orang suruhan Mas Bayu."Nona nanti juga bakalan tau kok,, ini perintah dari Tuan Bayu," jawabnya dengan senyum mengembang.Mobil sport keluaran terbaru itu terus melaju, hingga pada akhirnya berbelok kearah Salon ternama dikota ini. Hati ini diliputi tanda tanya besar saat pria itu mengajakku turun dan masuk kedalam salon."Selamat datang disalon kami, selamat menikmati perawatan," sapa terapis salon tepat saat kami sampai didepan pintu."Dengan senang hati Mbak, tolong mix and mach nona ini secantik mungkin, dan pakekan gaun putih termahal yang

  • Gadis Manis Simpanan CeoΒ Β Β 18. Isi Hati Anak tiri

    18. Isi Hati Anak TiriPertengkaran antara Mas Bayu dengan istrinya tentu saja menjadi berita bagus untukku. Dengan ini kesempatanku untuk menjadi wanita satu-satunya Mas bayu semakin terbuka lebar.Soal Meisya, aku tak mau ambil pusing. Meisya juga bukan anak kandung Mas Bayu, tentu saja bukan menjadi masalah denganya. Mamanya sendiri juga yang memilih pisah dengan kekasihku."Aduhh,, Mas Bayu. Kamu memang dambaanku banget. Dan sebentar lagi aku bakal jadi permaisuri dihidupmu," ucapku pada diri sendiri.Dari pada aku disini kesepian lebih baik aku jalan ke Mall deket sini, lumayan juga bisa sekalian cuci mata. Selain tampan kamu memang lelaki yang royal Mas Bayu.Drett. . .Drettt. . . DretttttttPonselku terus bergetar saat ada panggilan masuk disana. Nama Meisya kembali mengangguku, mau apa lagi anak haram itu. Anak yang lahir tanpa diharapkan.

  • Gadis Manis Simpanan CeoΒ Β Β 17. Kegundahan Istri Kekasihku

    17. Gundahnya Istri kekasihku πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’Kutulis pesan singkat pada Mas Bayu sebelum bersiap untuk menuju kafe Unknow. Tentu saja, kekasihku itu mengijinkan aku untuk bertemu dengan istrinya. Sembari menuju keluar, kupesan ojek online untuk mengantarku ketempat tujuan. Antara penasaran dan sedikit rasa takut menyatu dan mengantarkanku menuju cafe. Sesampainya dilokasi ternyata Bu Maya belum kelihatan juga. Sengaja kupilih duduk disudut ruangan, agar terasa lebih santai dan bisa melihat pemandangan seisi cafe. "Sandra," teriak Bu Maya, ia berjalan menuju kearahku. "Eh Bu,,, baru sampai ya. Mau pesan apa, biar aku yang tlaktir deh sesekali" ucapku basa-basi. "Iya nih,,, tapi enggak usah deh Sand. Masa iya aku minta traktir sama kamu, enggak kebalik tuh," candanya padaku. Kami berdua memilih menu makanan dan minuman yang sama.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status