Share

4

last update Last Updated: 2021-09-09 07:00:25

Sebuah rahasia besar, meski disimpan serapat apapun pasti akan terkuak jika sudah waktunya tiba. Sering kali kita mengabaikan semua itu, tapi Sang pemilik hidup pasti akan selalu memberi peringatan melalui caranya.

Aku benar-benar dibuat penasaran oleh Ayah dan ibu. Iya, apalagi kalau bukan soal syarat dan perjanjian ayah pada ibu sebelum keduanya menikah. Kenapa sekarang ibu seolah takut berhadapan dengan ayah. Padahal sebelumnya ia dalam hal apapun tak pernah mau mengalah dengan Ayah

"Coba kau ucapkan lagi syarat dan perjanjian yang aku berikan dulu!". pinta ayah pada ibuku.

"Iya salah satunya aku harus menyayangi dan menerima sandra seperti anak kandungku sendiri".  lirih ibu.

"Jika kamu melanggar bagaimana?". tanya ayah, aku tahu dari suaranya jika ia sepertinya masih marah dengan istrinya.

"A-aku harus siap berpisah denganmu Mas?". ucapnya terbata.

Mendengar ucapan ibu, baru aku tahu dan terjawab sudah rasa penasaranku selama ini. Ternyata ini yang menjadi penyebab kenapa ibu hanya terlihat baik saat ayah dirumah saja.

Ia bahkan selalu memintaku untuk tidak menceritakan keburukannua pada Ayah. Aku pikir itu tidaklah penting, ternyata semua itu menyimpan rahasua besar.

"Sekarang kamu camkan itu, harusnya kamu bisa berubah, apa masih kurang selama belasan tahun aku memberimu kesempatan agar bisa menyayangi Sandra". tegas Ayah.

"Iya, iya Mas aku tau itu". jawab ibu lesu.

"Ternyata dengan tertinggalnya dompetku, aku bisa tau semua kebusukan yang kamu tutupi selama ini!" tegas Ayah.

Tak kudengar lagi pembicaraan Ayah dan ibu. Mereka hanya saling diam, entah apa yang  mereka lakukan.

Tap. . .

Tapp. . .

Terdengar langkah kaki, mungkin itu Ayah yang mau mengambil dompetnya. Ternyata Tuhan memiliki cara sendiri untuk menunjukkan siapa orang itu, dia selama ini selalu bersikap baik padaku jika didepan Ayah saja.

Tok. . .

Tokk. .

Terdengar jelas pintu kamarku ada yang mengetuk, apa itu Ayah. Kenapa ia malah ingin menemuiku. 

Krieeet. .

"Ayah, ada apa?". tanyaku saat membuka pintu.

"Bolehkah ayah masuk kamarmu Nak". pintanya padaku.

"Tentu saja, mari silahkan masuk yah . . duduk sini Yah!". ajakku padanya.

"Maafkan ayah ya Nak". ucapnya padaku.

"Maaf, maaf untuk apa Yah, aku nggak ngerti?". tanyaku padanya.

"Seharusnya Ayah tau dari awal, bagaiman ibumu sebenarnya, Ayah harusnya juga lebih mengerti dengan keluhanmu". ucapnya lesu.

"Iya aku maafin, toh semua sudah terjadi Yah, untuk apa juga harus kita bahas dan sesali. Mungkin sudah waktunya Allah menunjukkan pada Ayah". balasku kemudian.

"Kamu udah makan Nak?". tanya Ayah padaku.

Apa aku harus jujur jika jarang dikasih makan ibu saat dirumah. Dengan berbekal makanan dari teman-temanku itulah aku bisa bertahan dan kuat melakukan pekerjaan sehari-hari.

Tapi jika aku berbohong pada ayah, maka akan senang hati ibu dan kebusukannya akan terus berlajut. Aku harus membuka kejahatan yang ibu lakukan padaku selama ini.

"Be-belum Yah, Sandra kan baru pulang sekolah". lirihku.

"Kan sampai rumah tinggal makan sudah tersedia". ucap Ayah, sepertinya ia tengah menyindir ibu yang ikut berdiri diambang pintu kamarku.

"A-aku kan harus masak dulu Yah, gimana mau makan belum ada makanan matang". ucapku terbata, kulihat ibu memberiku lirikan tajam hingga seolah menembus kerelung hatiku.

"Jadi bukan ibumu itu ya yang selama ini memasak dirumah?". tanya Ayah.

"Bu-bukan Yah". jawabku singkat.

Meski terus mendapat tatapan tajam dari ibu, aku seolah tak peduli. Lebih baik aku katakan jujur saja apa adanya, sudah muak rasanya jika harus ikut-ikutan membantu menutupi keburukan ibu selama ini. Toh dia tak pernah menganggapku anak juga.

Ibu akan salah tinggkah jika pandangan Ayah menatap ke arahnya. Ternyata baru aku tahu jika ia sebenarnya takut juga pada ayah. Apalagi jika sudah begini adanya. Keburukannya sudah ternongkar.

"Kita keluar yuk Nak". ajak ayah padaku.

"Keluar, mau kemana yah?" tanyaku penasaran sekaligus antusias.

"Kita ke warung pojok desa, disana kamu nanti bisa makan sepuasnya, Ayah yang bayarin!".  tutur ayah, sontak membuatku membelalakkan mata. Untuk pertama kalinya aku diajak makan keluar oleh Ayah.

"Ayah enggak lagi sedang becanda kan?". tanyaku memastikan.

"Ayah serius Nak, ayo".  ajaknya lagi.

Ayah langsung menuntunku jalan, diabaikannya istrinya yang berdiri diujung pintu itu. Beliau seakan masih marah dengan kejadian tadi. Kejadian yang benar-benar mengganggu indra pendengaranku.

Dengan mengayuh sepeda butut tua, ayah membawaku ke sebuah warung kecil disudut desa. Disana menjajakan aneka masakan khas desa, harganya pun sebenarnya sangat murah, tapi tetap saja aku tak mampu untuk membelinya. Membayangkan bisa makan enak disini saja aku tak pernah berani, karna aku tak pernah memiliki uang.

"Mbak, nasinya 2 porsi ya!". pinta Ayah pada Mak iyah, sipemilik warung.

"Siap, pengen dikasih sayur dan lauk apa?." tanya Mak iyah ramah.

"Aku sayur sop aja Mbak, tambahin sambal dan tempe goreng ya". pinta ayah antusias, ia segera melirik kearahku.

"A-aku kasih sayur lodehnya aja Mak, banyakin kuahnya ya". ucapku terbata.

"Mau lauk apa?." tanya Ayah padaku.

"Enggak usah Yah, sama sayur saja pasti sudah nikmat kok, apalagi jika dibanyakin kuahnya". jelasku padanya. Ayah nampak tersenyum, namun raut keheranan tergambar jelas diwajah teduhnya itu.

Kami bergegas membawa piring pesanan kami ke bangku yang tersedia. Jam makan siang sudah lewat, tak heran disini sudah agak sepi. Biasanya warung ini selalu ramai pelanggan saat jam makan siang tiba. Bahkan terkadang banyak yang pada antri hanya untuk mendapat giliran makan.

Aku dan Ayah begitu menikmati makanan dipiring kami. Apalagi aku, sangat lahap menghabiskan isi piringku ini. Jarang-jarang aku bisa makan sayur yang banyak anpasnya kaya gini, biasanya kuah sayur menjadi santapanku sehari-hari.

"Nak, tolong kamu jawab jujur pada Ayah, kenapa kamu makannya kaya gini?".  tanya Ayah yang membuatku bingung, harus jujur atau tidak.

"Kaya gini gimana yah?". tanyaku kemudian.

"Enggak mau pake lauk, mana kuahnya minta dibanyakin lagi, ada apa sih sebenarnya?". tanya ayah penasaran, mata teduh itu terus menatap tajam kearahku.

Apakah harus aku ceritakan juga bagaimana makanku sehari-hari dirumah?. Aku tak bisa membayangkan seperti apa reaksi Ayah saat tau makanan keseharian putrinya. Aku jadi bimbang sendiri, bilang enggak ya.

Aku jadi teringat akan nasehat nenek dulu, ia yang selalu memintaku untuk menutupi semua ini agar rumah tangga Ayahku berjalan dengan harmonis tanpa ada pertengkaran

"Nduk, kamu sabar ya. . . Biarkan Ayahmu tau sendiri bagaimana kelakuan istrinya itu, kamu tak perlu mengadukan semua ini padanya" ucapnya kala itu.

"Tapi Mbah, mau sampai kapan aku harus diam dan menerima semua ini" jawabku kemudian, namun bukannya menjawab nenek hanya diam dan tersenyum penuh arti padaku.

Dan sekarang baru aku bisa lihat, jika Ayah sudah mengetahui semuanya. Bahkan rasa kecewa dan amarah tergambar jelas pada raut wajahnya. Entah apa yang akan dilakukan terhadap ibu nantinya, aku berharap itu menjadi jalan terbaik untuk kami nantinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Manis Simpanan Ceo   22. Akhir yang Kunantikan

    22. Akhir yang Dinantikan"Sayang,, bangun. Udah pagi ini!," ucap Mas Bayu, ia menguncang pelan tubuh polosku yang masih tertutup selimut rapat."Emmm, Mas. Apa sih, baru juga jam berapa ini?, ada apa sayang?," ucapku cukup terkejut, tentu saja dengan suara khas orang bangun tidur."Kita berangkat kekampung dimana kamu dulu berasal yuk, semua berkas sudah diurus orang-orang kepercayaanku," papar Mas Bayu."Sayang, maksudnya apaan sih. Aku enggak ngerti," ucapku santai."Kita nikah resmi dikampungmu, aku kan juga butuh restu mertuaku disana, dan sekarang waktunya telah tiba. Tak ada yang perlu ditutupi lagi," ucapnya mengejutkanku.Benar juga apa yang ia katakan, sudah cukup lama aku menunggu waktu ini tiba. Bertemu Ayah, itu juga menjadi satu hal yang selaslu kunantikan.Satu h

  • Gadis Manis Simpanan Ceo   21. Ketok Palu

    21. Ketok Palu"Sayang, jam segini udah rapi banget. Mau kemana?," tanyaku pada Mas Bayu."Hari ini ada sidang putusan cerai sayangku, do'akan ya. Semua lancar dan pastinya kita bakal bebas tanpa gangguan dari mereka," papar Mas Bayu."Tentu sayang, habis masalah ini selesai. Jangan lupa kamu resmikan hubungan kita, baru deh aku kasih keturunan buatmu," pintaku Padanya. Aku tak ingin ambil resiko, hamil sementara hubunganku dengannya belum resmi oleh negara, kasihan juga dengan anak keturunanku kelak."Tentu saja sayangku, aku juga udah enggak sabar untuk menghamilimu," godanya tepat ditelingaku."Udah deh sayang, buruan sana berangkat. Semoga saja hari ini masalah udah beres semua." Pungkasku mengakhiri obrolan.Udah enggak sabar nih hati, bentar lagi aku bakal resmi jadi nyonyah Bayu yang sesungguhnya.

  • Gadis Manis Simpanan Ceo   20. Tak Selamanya Mulus

    20. Tak Selamanya Berjalan MulusSaat ponsel kuhidupkan, banyak sekali notif masuk dari Bu Maya dan juga Meisya, Ada apa lagi mereka menghubungiku?.Kubuka satu persatu pesan beruntun dari Ibu dan anak itu. Selain pesan singkat, ada juga beberapa panggilan tak terjawab dari keduanya.Ting.[Sandra,, tolong aku Sand. Aku enggak tau bakal tinggal dimana lagi. Rumah mewah ini harus segera kami tinggalkan]. Pesan dari Meisya membuatku begitu terkejut.Ting[Sand,, tolongin Ibu Sand. Ibu dan Bapak memilik untuk berpisah, dan rumah ini bakal jadi bagian Pak Bayu]. Pesan dari Bu Maya.[Sandra, angkat telfon dariku]. Pesannya lagi.[Sandra,, kenapa telfonmu enggak aktif sih?]. Satu lagi pesan kubaca dari Bu Maya.Dan masih banyak pesan masuk lagi dari keduanya

  • Gadis Manis Simpanan Ceo   19. Meleleh Dibuatnya

    19. Meleleh DibuatnyaRiasan natural dan sedikit polesan lipstik bernuansa nude kupilih untuk menghiasi paras manisku. Penuh tanya dalam kepala ini dengan maksud Mas Bayu menyuruh orang kepercayaannya untuk menjemputku."Mas,, kita bakal kemana?," tanyaku pada orang suruhan Mas Bayu."Nona nanti juga bakalan tau kok,, ini perintah dari Tuan Bayu," jawabnya dengan senyum mengembang.Mobil sport keluaran terbaru itu terus melaju, hingga pada akhirnya berbelok kearah Salon ternama dikota ini. Hati ini diliputi tanda tanya besar saat pria itu mengajakku turun dan masuk kedalam salon."Selamat datang disalon kami, selamat menikmati perawatan," sapa terapis salon tepat saat kami sampai didepan pintu."Dengan senang hati Mbak, tolong mix and mach nona ini secantik mungkin, dan pakekan gaun putih termahal yang

  • Gadis Manis Simpanan Ceo   18. Isi Hati Anak tiri

    18. Isi Hati Anak TiriPertengkaran antara Mas Bayu dengan istrinya tentu saja menjadi berita bagus untukku. Dengan ini kesempatanku untuk menjadi wanita satu-satunya Mas bayu semakin terbuka lebar.Soal Meisya, aku tak mau ambil pusing. Meisya juga bukan anak kandung Mas Bayu, tentu saja bukan menjadi masalah denganya. Mamanya sendiri juga yang memilih pisah dengan kekasihku."Aduhh,, Mas Bayu. Kamu memang dambaanku banget. Dan sebentar lagi aku bakal jadi permaisuri dihidupmu," ucapku pada diri sendiri.Dari pada aku disini kesepian lebih baik aku jalan ke Mall deket sini, lumayan juga bisa sekalian cuci mata. Selain tampan kamu memang lelaki yang royal Mas Bayu.Drett. . .Drettt. . . DretttttttPonselku terus bergetar saat ada panggilan masuk disana. Nama Meisya kembali mengangguku, mau apa lagi anak haram itu. Anak yang lahir tanpa diharapkan.

  • Gadis Manis Simpanan Ceo   17. Kegundahan Istri Kekasihku

    17. Gundahnya Istri kekasihku 🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒Kutulis pesan singkat pada Mas Bayu sebelum bersiap untuk menuju kafe Unknow. Tentu saja, kekasihku itu mengijinkan aku untuk bertemu dengan istrinya. Sembari menuju keluar, kupesan ojek online untuk mengantarku ketempat tujuan. Antara penasaran dan sedikit rasa takut menyatu dan mengantarkanku menuju cafe. Sesampainya dilokasi ternyata Bu Maya belum kelihatan juga. Sengaja kupilih duduk disudut ruangan, agar terasa lebih santai dan bisa melihat pemandangan seisi cafe. "Sandra," teriak Bu Maya, ia berjalan menuju kearahku. "Eh Bu,,, baru sampai ya. Mau pesan apa, biar aku yang tlaktir deh sesekali" ucapku basa-basi. "Iya nih,,, tapi enggak usah deh Sand. Masa iya aku minta traktir sama kamu, enggak kebalik tuh," candanya padaku. Kami berdua memilih menu makanan dan minuman yang sama.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status