Penthouse lebih dingin dari biasanya. Pagi yang tenang dan menegangkan. Sosok wanita mungil belum keluar dari semalam membuat curiga. Hanya melihat Gracie masuk mengambil Matteo lalu menaruh di kamar bayi. "Dimana Bella?" tanya Leon khawatir ke pengasuh. "Nyonya ada di dalam berbaring sejak tadi, dan belum keluar untuk sarapan," jawabnya sedikit gugup. Leon yang telah berpakaian rapih siap pergi ke kantor cabang di Paris langsung mengubah agenda rapat hari ini. Master Anthony sedang ke Marseille mengurus kantor logistics; pengawal Lawrence menjaga Arabella dan Matteo. Diketuk kamarnya pelan tak ada sahutan. Ia melongok ke dalam, wanita muda itu tak bergerak sama sekali di bawah selimut tebal. "Bella, bangunlah, ayo sarapan," bujuknya menghampiri ke sisi ranjang. Raut wajahnya pucat, Leon mengecek kening dan leher, oops.... panas. Demam tinggi entah dimulai kapan tapi yang jelas Arabella tak keluar kamar sejak sepulang dari acara fashion show. "Bella?" Disingkap selimut t
Sebuah vas mahal melayang menabrak ke dinding jatuh berkeping-keping. Ia menendang apa saja yang ada di dekat menjadi sasaran empuk kejengkelan. Pelayan dan penjaga belum berani keluar melihat tuan rumah pulang marah-marah setelah fashion show tadi malam. "Oh, Max, jangan membuatku takut!" Esperanza menarik lengannya agar tak melakukan kerusakan lagi. Dengan hati kesal mereka berhasil melarikan diri dari serbuan pemburu berita di luar gedung pagelaran setelah menyudutkan pasangan CEO Leonardo sebelumnya. Ditepis tangan pengacau menolak berhubungan lagi dengannya. "Semua ini gara-gara kau, dasar jalang brengsek!" tuding Maximo Brando serius. "Darimana mereka tahu Bella bekerja sebagai seorang pelayan di Club Malam, dan di pesta tahun baru perusahaan Leon di Nice, huh?!" Mantan gadis model dan teman kencan CEO Maximo di kantor langsung merengut tidak mau disalahkan, bukan kehendaknya membongkar semua masa lalu Arabella. "Mana aku tahu, bukankah itu tugas pencari berita, kok malah
Air mata terus berderai di sebuah kamar megah. Gelap malam seolah menghakimi tanpa bukti. Tuduhan keji pemburu berita di luar dugaan Araella selama ini. Andai Leon berhenti mengejar mereka, masa lalunya tak akan terkuak begitu saja. Sepotong cerita kehidupan lama membuat lukanya makin berdarah kian menganga. Sembilan bulan hamil tanpa tahu siapa sesungguhnya pelaku malam itu, dan bertemu lagi secara tak sengaja saat melahirkan. Suatu kebetulan tidak pernah direncanakan seumur hidup Arabella. Selama tiga bulan melarikan diri lalu dikejar lagi bagai buronan demi memperebutkan seorang bayi. Begitulah orang kaya mudah memainkan peran tanpa perasaan membunuh karakter dua orang tak berdosa. Kamar gelap terkunci rapat. Hanya dia dan bayinya mencoba tidur lelap melupakan malam berkhianat yang menghancurkan masa depan mereka. _________ Leonardo termenung di balkon, ditemani sebungkus rokok dan sebotol minuman mencari kehangatan. Baru tersadar merasa bagai monster jahat penyebab dar
Gemerlap pembukaan fashion show di tengah kota Paris dihadiri orang-orang kalangan elite, istri pejabat, artis terkenal juga kritisi fashion handal menilai pakaian berkualitas tinggi untuk musim dingin di awal tahun. Tamu undangan berdatangan berjalan di atas karpet merah disambut Champagne yang disajikan pelayan berkeliling di antara mereka. Senda gurau, berbincang sejenak sebelum memasuki pentas terbesar tahun ini. Seorang mantan model menyeruak menyapa CEO Max. "Bonsoir, mon cher!" Saling mengecup pipi bagai teman kencan lama, dan lengan kokoh pria tampan digamit erat. "Malam ini kelihatan sukses dari banyaknya tamu yang hadir, mengingatkanku di masa lalu berlenggak lenggok memamerkan karya besarmu." "Hmm... sayang dirimu sedang hamil, bila tidak aku pastikan kau menjadi primadona di event ini," bisik Max di tengah riuh gelak tawa. Esperanza menggelayut manja tak peduli pandangan tamu menyaksikan kedekatan mereka. Kehamilannya menjadi perbincangan hangat. Ia tak peduli tanggapa
Kelincahan Bella begitu menawan di mata Leon ketika bekerja mengurus para gadis modeling dan persiapan fashion. Dia bukan lagi jadi asisten CEO Maximo Brando, tapi CEO Leonardo Dario Constanzo. Bisnis yang paling menguntungkan sejak merger perusahaan, bebas bertindak apapun demi kelangsungan kerja sama mereka.Kali ini ia duduk mengamati wanita muda mengatur acara, penampilan yang berbeda bukan gadis pelayan namun lebih terhormat dari sebelumnya. Sekali-kali menerima telepon dari client atau kantor pusat di Milan melaporkan perkembangan bisnis selama berada di Perancis. Daniella, pria cantik desainer dan pengatur gaya selalu melirik ke CEO tampan berasal dari Milan. Harapannya pupus melihat suami dari mantan model mereka sering menatap Arabella. "Bagaimana mungkin pria beristri malah tertarik wanita pendek jelek begitu," gumannya di sela fitting busana untuk fashion show esok malam. "Grr... Daniella!" tegur asisten desainer. "Jaga mulutmu, banyak orang yang menguping di sini, jika
Anthony yang berdiri tak jauh dari tuannya mengecam diam-diam atas kelancangan partner kerja perusahaan dan mengaku sebagai kerabat ibunya Matteo. Lalu ia memberikan suratnya, dan Leon menunjukkan laporan laboratorium rumah sakit di Milan."Baca surat ini!" seraya melepas cengkraman. Ia membuka isi surat dalam amplop putih membaca detail hasil test DNA 99 persen sesuai antara Leonardo dan Matteo. "Oh, merde, jelas kau ayah bayi dikandung Bella selama ini; lalu bagaimana mungkin sepupuku hidup miskin bekerja sebagai pelayan, sementara kau CEO kaya raya huh?!"Leon menuding ke partner bisnis disetujui beberapa hari lalu, "Bukankah di malam pesta di villa Constanzo, kau juga baru mengenal Bella, dan dengan nyali besarmu membawa lari anakku ke Paris?" Serba salah Max dibuatnya telah menolong dari sebuah ancaman malah berakhir dengan kerja sama bisnis mereka."Hey, ayo kita ke dapur, sarapan dan minum secangkir kopi hangat sebelum kalian berperang lagi!" Anthony membubarkan perdebatan kon