Home / Romansa / Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia / Apa Kita Pernah Bertemu?

Share

Apa Kita Pernah Bertemu?

Author: Ivander Kaz
last update Last Updated: 2025-07-17 16:53:47

"Dimana Arabella dan Matteo?" teriakan Leon kencang membangunkan seisi penghuni mansion, memeriksa kamar utama yang telah dibersihkan dari serpihan kaca digantikan lebih bagus seperti semula, namun tidak menemukan wanita itu berbaring di atas ranjangnya. Dan bayi laki-laki yang seharusnya berada di kamar seberang pun tak ada.

Keduanya telah menghilang tanpa sepengetahuannya.

"Anthony, Lawrence; brengsek kalian!" Berulang-ulang di atas tangga memandang pengawal dan pelayannya bergegas menghadap majikan di tengah malam. "Anna, Lorenzo, kemana mereka pergi, dan kamar kosong?"

Semua menunduk tidak berani menjawab pertanyaan kecuali Anthony beranjak menemui dan menyuruh yang lain pergi tidur lagi. "Sebaiknya kita bicara di ruang kerja ayahmu saja, kebetulan aku belum tidur menunggu kau pulang sejak tadi malam."

Mengawasi kegundahan putra mahkota sepulang dia bersenang-senang bersama kekasih model cantik tapi ternyata tetap kembali mencari dua orang tak lagi asing baginya. Fenomena aneh tapi nyata. Seseorang butuh orang lain sebagai pegangan di kala sedih dan rindu.

"Dimana Arabella dan bayinya?" Leon sudah tak sabar menunggu jawaban pengawal ayahnya setelah duduk di sofa, dan membiarkan mengambil minuman untuk mereka. "Kau sengaja melepaskan setelah mengetahui aku pergi menemui Esperanza tadi pagi!"

Dengan kasar merampas gelas disodorkan padanya, lalu meneguk tandas tanpa tersisa, dan menuang ulang tanpa bantuannya. Anthony menahan sabar menaruh gelas di atas meja. Berbagi sekotak rokok dengan Tuan Muda memulai pembicaraan kedua kali terjadi di waktu dini hari.

"Bukankah dari awal kau bilang sendiri, mereka bukan anak dan istrimu, kenapa sikapmu sekarang malah ingin melindungi?" desaknya penasaran menggali sesuatu hilang dari pencarian soal Arabella. "Pagi tadi ditinggalkan begitu saja tanpa ingin merawat luka yang disebabkan tunanganmu, lalu untuk apa bertahan di sini, jika tuan rumah keluar menghindari kekacauan?"

Wanita mungil pergi tidak membawa apa-apa seperti keadaan semula mereka bertemu. Bayi Matteo sedang tertidur dalam gendongan Arabella lalu pamitan dan meminta maaf atas kesalahan merusak kenyamanan seisi penghuni mansion.

Anthony memang melepas kepergian menggunakan sebuah taksi namun Lawrence ditugaskan diam-diam mengejar keduanya mengikuti kemanapun mereka pergi.

"Sorry, bukan niatku mau memarahi semua orang," tukas Leon di samping orang kepercayaan keluarga. "Arabella tak memiliki siapapun di negeri ini, dan kita belum mengetahui orang tua atau kerabat dekat lalu bagaimana bisa kabur begitu saja membawa anaknya yang baru dilahirkan, dan mengurus semua sendirian?"

Ia khawatir terjadi sesuatu dengan mereka berdua. "Apa kau kirim seseorang untuk mengintai dimana dia tinggal sekarang ini?"

Asap mengepul dari mulut Anthony seolah menjawab sesuai pertanyaan putra Dario Constanzo. Kini pukul empat pagi. Arabella lelah tertidur setelah menyusui putranya. Tak perlu lagi takut diancam dan dilukai oleh kekasih bengis Leon saat terbangun ketika matahari menjelang seperti kejadian kemarin. Situasi lebih baik daripada berada di mansion sesuai keinginan busuk Esperanza.

"Berhati-hatilah memutuskan sesuatu yang tak bisa diselesaikan di kemudian hari; Arabella dan Matteo memang ditakdirkan hanya hidup berdua, karena kau bukanlah suami ataupun ayah bayinya," pungkas pengawal dengan sekali tegukan tandas mengakhiri percakapan.

Rasa kantuk mulai mengalahkan logika. Berkata penuh omong kosong tiada guna. Mereka butuh tidur untuk kembalikan energi yang terkuras mencerna hubungan putra Dario Constanzo dengan dua orang wanita dan seorang bayi tampan belum diketahui siapa ayahnya.

-----------------

Berat rasanya bagi Arabella bangun setelah tengah malam Matteo rewel terus disusui namun tetap tak mau tertidur nyenyak mengganggu ibunya agar menimang hingga pukul enam pagi.

Sofa bed bukanlah tempat nyaman bagi mereka. Flat terlalu kecil menjadi satu antara dapur, ruang tamu dan tempat tidur; hanya mampu disewa selama tiga bulan. Kepindahan dari kota kecil di Perancis ke Italia adalah kebodohan terbesar baginya.

Ia tidak sengaja bertemu bajingan itu lagi padahal telah melupakan dan mencampakkan jauh-jauh hari. Kini mereka harus pergi, sayangnya Arabella harus bekerja keras mengisi tabungan terkuras memenuhi kebutuhan saat kehamilan datang tanpa direncanakan.

"Harus kemana lagi aku meminta pertolongan?" lirihnya pelan mengusap pipi Matteo yang kian memerah.

Ketukan keras di pintu membuatnya terkejut. Bukan seperti Nyonya Alda yang begitu lemah lembut datang menjenguk. Terburu-buru ia membuka, dan bajingan yang mengganggu tersenyum sambil membawakan sarapan.

"Pagi Bella, sepertinya kau belum sempat makan sejak semalam?" Leon langsung masuk tanpa diundang, berdiri sejenak menatap flat kecil berisi perabotan yang sederhana di dalam.

Tatapannya tertumbuk di sofa kecil yang dapat berubah menjadi ranjang. Di sanalah Matteo tertidur tanpa alas tebal bukan seperti di mansion, tanpa mainan juga bantal empuk di sekeliling.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" tegurnya.

Arabella semakin tak senang atas kehadiran pria yang mengamati seisi flat mencemooh kehidupannya. "Kami tak mengundang dan menginginkanmu, pergilah urus kekasihmu sendiri!" Begitu jelas mengusir keluar dari segala kerumitan rahasia yang telah disimpan selama ini.

Bajingan itu tak bergeming malah duduk di kursi, dan membuka bungkusan besar mengeluarkan semua isi di atas meja. Bau harum semerbak makanan, segelas kopi dan susu coklat hangat tercium menggugah selera.

"Makanlah bersamaku lalu kita bicara soal alasanmu meninggalkan mansion," ujar Leon mengajak Arabella mengambil kursi di samping. "Duduklah, jangan kaku seperti batu, bertengkar butuh energi dan semalaman kau lelah menyusui anakmu!"

Kali ini ia memerintah bukan berbaik hati setelah kesal semalaman menunggu di mobil mengintai tempat tinggalnya menunggu pagi datang. Lawrence mencari sarapan tak jauh dari mereka berada kemudian pulang.

Wanita mungil itu tetap tertegun sampai Leon menyeret lengannya, dan memberikan sepotong kue lezat. "Kau ingin disuapi pakai tanganku atau mulutku?" godanya mengurai suasana kaku di antara mereka.

Bola mata Arabella melebar, merampas kue darinya tak mau bergurau lagi. Tawa kecil terdengar dari mulut bajingan yang menganggap kejadian kemarin cuma lelucon. Dan makan tanpa selera, walau perutnya lapar belum sempat membuat sarapan. Kali ini diam sambil mengunyah lebih menyenangkan daripada berbicara.

Putra Dario Constanzo lekat mengamati wanita selalu bersamanya belakangan ini. Begitu natural, cantik alami tanpa make up tebal sejak bertemu pertama kali. Tubuh pendek darinya tak mampu mengambil kemasan susu di rak paling atas; lalu berjinjit dengan perut tambun, sungguh pemandangan menggelikan menggerakkan hati Leon untuk langsung membantu.

Kesempatan kali ini bertanya lebih jauh mengapa Bella ketakutan saat melihatnya, lalu pingsan dan tersadar di rumah sakit langsung memaki dan menampar tanpa tahu kesalahan yang diperbuatnya.

Sarapan lumayan mengenyangkan dan menenangkan. Mereka pun menyeruput minuman hangat sesudahnya. "Terima kasih atas makanannya; sekarang kau boleh pergi, dan jangan pernah kembali lagi," ucap Arabella beranjak menuju pintu menyuruh pria itu keluar dari flat.

Namun lengannya dicengkram bajingan itu tak mau diusir agar duduk mendengarkan kemarahannya. "Kini giliranku berbicara, dan jawab seluruh pertanyaanku!"

Leon menatap garang, sikapnya jauh berbeda seolah sedang menghukum pengawal. "Kenapa kau begitu takut melihatku di supermarket, apa memang kita pernah bertemu, dan saling mengenal sebelumnya di suatu waktu?"

Tangan kecil Arabella berpautan gelisah. Bajingan itu sedang menyelidiki soal dirinya tak melepaskan sama sekali. "Tidak, kita tidak pernah bertemu!" Ia berdusta menutupi sepotong kisah petaka akhirnya menjebak mereka di flat ini. "Aku tak sengaja menamparmu di rumah sakit karena menahan kesakitan ketika kontraksi hebat sebelum air ketuban pecah saat itu."

Penjelasannya sedikit masuk akal, namun Leon tak berhenti bertanya, "Dimana keluarga, dan orang tuamu? Kalian tak mungkin tinggal di tempat sempit begini, bukan tempat yang layak membesarkan putramu!"

Dicecar seperti itu membuat Arabella murka, "Kau tak berhak menghakimi kehidupanku, aku akan bekerja keras membayar biaya persalinan kemarin, sekarang pergilah!"

Leon terbahak mendengar jawabannya. "Nilainya 50 kali lipat dari sewa flat ini, belum termasuk biaya operasi melahirkan, rawat inap pasien VVIP rumah sakit, serta dokter terbaik dan termahal di kota Milan," ejeknya menertawai sikap keras kepala Arabella. "Sebaiknya berterus terang saja dimana keluargamu berada, biar aku mengantarkan kalian ke sana."

Hening. Bulir air mata Arabella mengalir jatuh di pipi.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia   Setahun Lalu

    Di sebuah villa mewah megah, Rudolf sedang memberi pengarahan ke seluruh karyawan mengenai jamuan makan malam menyambut tamu pemilik villa. "Tugas kalian seperti biasa sebelumnya, jangan sampai ada kekacauan yang terjadi nanti!" Tangan Arabella berpautan gelisah memikirkan bayi Matteo ditemani pengasuh di rumah. Hari pertama yang berat memulai pekerjaan paruh waktu. Selesai jamuan makan, merapikan ruangan dan pulang. "Ayo Bella, jangan diam berdiri di situ saja, sebentar lagi tamu Tuan Duncan tiba!" seru Rudolf mengatur anak buahnya menuju dapur bersiap menyajikan makanan. Tak lama satu persatu tamu undangan tiba memasuki ruangan, senda gurau sebentar dengan tuan rumah sampai akhirnya para pelayan menyajikan makanan pembuka hingga penutup. Pesta jamuan makan berlangsung hanya beberapa jam, selebihnya hanya tinggal beberapa tamu masih menikmati minuman dan percakapan penting. Ia pun bersiap pulang bersama teman kerja, hatinya terasa tak karuan jika harus meninggalkan Matteo sen

  • Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia   Mencari Jejak Arabella

    Musim dingin yang kejam kini lebih hangat dengan kehadirannya. "Aihhh, betapa tampan dirimu, sayang," puji Celine tiada habis menggendong bayi sahabatnya. "Ayahmu pasti juga sama rupawan seperti dirimu!" Ia menikmati waktu sebelum bekerja lagi di shift malam. "Sudahlah, letakkan Matteo di ranjang, berdandanlah dari sekarang dan segera berangkat," tegur Arabella ke sahabat karib terus memanjakan putranya. "Oh ya, jangan lupa tanyakan ke Rudolf, bila membutuhkan karyawan baru!" Celine menggeleng, "Anakmu baru berusia tiga bulan, kenapa harus ditinggalkan lagi?" protesnya keras. "Dia masih butuh asimu, Bella!" Namun ia malah bersikeras ingin tetap bekerja. "Kami perlu makan dan sewa tempat tinggal, tabungan sudah habis begitu juga uangmu aku pinjam gara-gara harus membantu melarikan diri dari Milan," sahutnya tak mau kalah. "Oh, Bella." Dipeluk gadis sebaya dengannya yang terus mengalami kesusahan belakangan ini. Hamil tanpa suami, diburu oleh ayahnya bayi. "Mengapa tak bilang k

  • Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia   Bab 13. Kehamilan Esperanza

    "Dokter yakin hasil tes DNA ini benar-benar menunjukkan aku-lah ayah dari Matteo?" seru Leonardo tak percaya berharap dugaannya salah. "Perlukah untuk mengambil sampel ulang agar bisa dianalisa kembali?" Ia merasa bimbang data laporan diberikan tertera 99 persen akurat dan tepat, bayi itu darah dagingnya keturunan Dario Constanzo. Sang dokter memaklumi sikap penolakan klien. "Tidak menjadi masalah bagi rumah sakit menguji ulang lagi, asalkan Tuan dan bayinya hadir dalam pengambilan sampel," ujarnya bijaksana demi kebenaran diinginkan kedua pihak. "Hasilnya keluar dua minggu lebih cepat dengan proses yang hati-hati di laboratorium kami." "Terima kasih!" Leonardo langsung keluar ruang periksa setelah konsultasi selesai. Di selasar, Anthony bergegas menemuinya menanyakan hasilnya. "Kau sakit apa, dan bagaimana hasilnya setelah bertemu dokter?" cecarnya khawatir. Tuan Muda malah menyerahkan secarik kertas analisa dari laboratorium. "Hei, ini tentang apa?" tunjuknya bingung tak me

  • Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia   Bab 12. Hasil Test DNA

    Dua minggu berlalu. Leon tidak pernah menghubungi atau menanyakan keadaan Arabella. Perjalanan bisnis berlanjut dari Napoli ke kota lain. Situasi yang tegang di antara mereka kian membuat jarak semakin jauh. Hanya sedikit waktu Tuan Muda menyempatkan bicara lewat panggilan video-nya untuk Matteo. Pelayan Anna senang menunjukkan bayi lucu sering tertawa ketika mengobrol dengan tuannya begitu akrab seperti ayah dan anak. Dari jauh Arabella menatapnya pedih. Kebahagiaan Matteo jika memiliki ayah yang peduli, tapi rasa takut bila tidak menerima ibunya telah menyembunyikan kehamilan selama ini. Dia tak mau menjebak Leonardo, bahkan ingin merawat bayinya sendirian. Hatinya kini menuntut sebuah pelarian lagi. "Aku harus secepatnya keluar dari sini selagi dia belum kembali ke mansion, jangan sampai terlambat lagi!" pikirnya berulangkali. Pengawal dan pelayan bersikap baik menghormati seakan dia nyonya rumah dengan memenuhi segala keperluan sesuai perintah tuannya. Seharusnya tiada al

  • Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia   Kalung Liontin Oval

    Pukul dua dini hari. Botol minuman dituang kembali ke gelas. Meneguknya tandas mengisi berulangkali menghilangkan rasa kesal. Ulah wanita sialan yang menampar begitu membekas lalu berlari di saat bayinya menangis kelaparan. Alasan terbaik menyingkir sebelum bisa membalas lebih kejam atas perbuatannya. Leon menarik laci mencari botol minuman berharga mahal yang sering menemani kesendirian. Tangannya tak sengaja meraih sesuatu yang unik; sebuah kalung dengan liontin oval. Sudah lama ia menyimpan tanpa tahu siapa pemiliknya. "Bukan ini yang kucari!" Dilempar di atas meja begitu saja, lalu mengambil botol, dan meneguk tanpa gelasnya lagi. Sebatang rokok di tangan membimbing lamunannya ke dunia khayalan; membayangkan Arabella lembut mengajak bercinta semalaman. "Oh, kau memang wanita begitu istimewa," gumannya tak berdaya. Baru kali ini merasakan seorang wanita mampu menjerat hatinya dengan cara berbeda. Bukan tampilan cantik berwajah palsu seperti bekas tunangan. Ya, Esperanza b

  • Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia   Nasib Bayi Matteo

    Di selasar rumah sakit, Arabella terkejut kedatangan pria itu tepat waktu ketika mereka baru saja dipanggil dokter Eric ke ruang periksa. Beberapa menit kemudian Matteo dicek demamnya mulai menurun, dan thermometer menunjukkan sebuah angka normal. Dosis obat yang diberikan sesuai dengan umur bayi itu sejak dilahirkan. "Tuan dan Nyonya Leonardo Dario Constanzo, kondisi putra kalian baik-baik saja, mohon perhatikan asupan asi termasuk pola makan ibunya juga mempengaruhi," ucap dokter setelah pemeriksaan menyeluruh. Panggilan nyonya diabaikan Arabella sejenak. Ia lebih antusias keadaan Matteo menanyakan banyak hal soal kebutuhan makan dan minumnya, "Mengapa bayiku terus menyusui dalam sehari 7-8 kali di minggu-minggu awal kelahirannya?"Ia kelelahan bangun setiap malam, namun tugasnya menjadi seorang Ibu memaksanya terus bertanggung jawab demi bayinya. "Itu hal yang normal, Nyonya," jawab Dokter Eric tenang. "Bagi ibu menyusui bayi laki-laki memang butuh asi lebih banyak di bulan per

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status