Share

Mendapatkan pekerjaan baru.

“Ja-jaminan.” ucap Arleta tergagap.

Bagaimana bisa, ayahnya  menjadikan Arleta jaminan? 

Arleta bukan barang! Yang bisa seenaknya diberikan pada orang, sebagai jaminan hutang.

Lalu Arleta  menggeleng,” Tidak! Pasti ini bohong!” Arleta  masih menyangkal kenyataan yang baru saja dia ketahui.

“Ini asli Arleta. Disana terdapat tanda tangan ayahmu.” tunjuk pria tua itu.

Mata Arleta  mengikuti arah tangan bos rentenir ini. Memang benar disana ada tanda tangan ayahnya.

Bahkan dalam surat itu tertulis jika ayah Arleta mendatangi ini surat ini dengan sadar dan tanpa paksaan dari siapapun.

“Begini saja, tuan. Saya janji akan melunasi hutang ayah, tapi..”

“Tapi apa!” potong Pria tua itu.

“Tapi saya minta waktu, setelah saya mendapatkan pekerjaan, saya akan mencicilnya.” jawab Arleta. Dia terus menundukan kepala.

“Tidak bisa! Kau akan menjadi istri ke 5 ku! Dan kau tidak bisa menolak, ayahmu sendiri yang sudah memberikanmu padaku!” bentaknya, dengan suara tinggi. 

Arleta semakin menundukan wajah, takut dengan orang di hadapannya ini.

Bagaimana mungkin Arleta menikah dengannya? Bahkan umur Arleta sama dengan anak bungsu pria tua itu!

Arleta menggeleng kuat.”Tidak! Aku tidak mau!” tolak nya  dengan tegas.

Tiba-tiba Arleta berlutut di kaki pria tua.” Tuan. Saya mohon. Berikan saya waktu. Saya janji! Akan membayar, semua hutang ayah! Saya janji!” Arleta terus memohon.

Berharap pria itu, mau menerima permohonannya.

“Satu bulan! Saya beri waktu satu bulan! Untuk kamu membayarnya. Jika tidak? Kamu harus menikah dengan saya!” ucapnya..

Arleta  mengangguk mengerti.” Baik tuan. Saya janji akan melunasinya segera.” jawab Arletadengan penuh keyakinan.

Arleta  sampai tertidur dengan ingat masa lalu yang terus terngiang dan menjadi beban pikirannya saat ini.

________

Hari ini.

Arleta  kembali akan mencari pekerjaan. Pagi-pagi Alana sudah rapi. Tidak lupa Arleta menyiapkan berkas untuknya melamar pekerjaan.

“Arleta! Kamu mau kemana?” tanya seorang wanita muda, yang ternyata adalah teman Arleta.

Arleta menoleh.” Eh. Riri. Aku mau cari kerja.” jawab Arleta.

Wanita bernama Riri itu, mengangguk.” Leta, kebetulan di tempatku, sedang membuka lowongan pekerjaan. Kalau kamu mau, kamu bisa mencoba melamar kesana, tapi..”

Mendengar ucapan Riri wajah Arleta langsung berubah, penuh semangat.

“Tapi, kenapa Ri?” tanya Arleta menatap Riri dalam.

“Tapi, cuma jadi OG. Apa kamu mau?” tanya Riri memastikan. Sebenarnya tidak enak Riri mengatakan itu. Takut membuat Arleta  tersinggung.

Arleta bernafas lega.” Ya ampun Ri, aku kira apa. Tidak apa, yang penting aku bisa bekerja.” jawab Arleta.

Riri tersenyum, kemudian mengangguk.” Kalau memang kamu mau. Bisa mencoba melamarnya kesana Leta. Semoga berhasil!” ucap Riri, menepuk pundak sahabatnya.

Arleta mengangguk.” Terimakasih, Ri. Sudah mau membantuku.” 

“Tidak masalah Leta. Lagipula hanya kebetulan di tempat aku bekerja sedang ada lowongan. Oh. Iya. Aku pergi ya, takut kesiangan nanti.” ucap Riri, sambil melihat jam yang melingkar di tangan.

“Iya, silahkan.” jawab Arleta singkat.

“Atau mau bareng sekalian?” tawar Riri.

Arleta  menggeleng cepat. “Tidak usah. Aku harus pergi ke suatu tempat dulu.” tolak Arleta.

“Baiklah, kalau begitu. Aku jalan sekarang.” 

Arleta  hanya menjawab dengan anggukan kepala.

Setelah kepergian Riri, Arleta  kembali melanjutkan langkahnya menyusuri jalanan ibu kota. Arleta melangkah dengan penuh semangat, semoga saja di perusahaan tempat Riri bekerja, menerimanya nanti.

Saat pagi seperti ini, jalanan ramai dengan kendaraan orang-orang yang hendak pergi bekerja. Namun tidak jarang banyak juga pejalan kaki sama dengan Arleta.

Kenapa Arleta  jalan kaki?

Padahalkan, biasa saja Arleta  ikut dengan Riri, karena tujuan mereka sama!

Tidak! 

Arleta  tidak ingin, menyusahkan orang lain. Gadis  memilih berjalan kaki, kan bisa sekalian olahraga.

Jam  baru saja menunjukan pukul delapan pagi, tapi matahari sudah sangat terik. Arleta  terlihat mengusap keringat yang merembes di dahinya  beberapa kali. 

Namun semangat Arleta tidak pudar, setelah beristirahat sebentar Arleta kembali melanjutkan  perjalanan.

Pukul Sembilan barulah Arleta sampai di perusahaan ECO COMPANY. Tempat dimana Riri bekerja.

Arleta berjalan ke  meja resepsionis.

‘’Selamat pagi, maaf saya dengar disini sedang membuka lowongan pekerjaan, saya ingin melamar.’’ ucap Arleta.

Wanita itu sempat memperhatikan penampilan Arleta, lalu mengangguk.

‘’Benar. Tapi sebagai OG, apa nona yakin?’’tanyanya.

Arleta mengangguk yakin.’’ Iya, saya yakin.’’ 

‘’Baik, jika begitu. Nona bisa langsung pergi ke ruangan HRD sebelah sana ruangannya.’’ ucap  wanita yang menjaga resepsionis itu menunjuk lorong sebelah kiri.

Arleta mengangguk mengerti.’’ Terimakasih.’’  Sahutnya.

Setelah itu Arleta langsung pergi melangkahkan kaki, menuju lorong  yang di sudah di beritahu. Arleta melangkahkan kaki pelan, matanya memperhatikan setiap ruangan yang dilewatinya.

Arleta  baru berhenti di ruangan paling ujung dimana ruang HDR berada.

Tok!

Tok!

 

Tok!

“Permisi.’’Panggil Arleta.

‘’Masuk!’’  

Arleta   menekan handle pintu setelah terdengar sahutan dari dalam.

Ceklek.

Pintu terbuka, Arleta   melangkahkan kaki masuk kedalam ruangan, terlihat di sana ada pria muda yang tengah duduk di kursi kebesarannya.

“Permisi tuan, saya ingin melamar pekerjaan sebagai OG di kantor ini.’’ ucap  Arleta,dengan menundukan kepala tidak berani menatap pria di hadapannya ini.

Pria itu  tampak  menganggukan kepala.’’ Silahkan duduk.’’ Titahnya.

Arleta  hanya menjawab dengan anggukan kemudian duduk di kursi yang berhadapan dengan pria itu. 

Arleta mengeluarkan berkas yang dibawa, lalu menyerahkannya pada pria bernama Danu itu.

Arleta  tahu karena lihat dari name teks yang di pakai pria itu.

‘’Ini berkas-berkas saya tuan.’’   ucap Arleta, sambil mendorong map kehadapan Danu.

Danu menerimanya tanpa bicara apapun. Lalu membuka berkas milik Arleta, membacanya sebentar setelah itu melihat wajah Arleta  lalu berpindah kembali melihat berkas yang ada di tangannya.

Arleta hanya mampu diam sambil menundukan kepala, jantungnya saat ini sedang tidak baik, berdetak lebih dari biasanya.

Arleta  cemas, takut dirinya tidak di terima di perusahaan ini. 

‘’Kau yakin.akan melamar sebagai OG?’’ tanyanya menatap wajah Arleta dengan serius.

Arleta  mengangkat  wajah memberanikan menatap pria bernama Danu itu.

‘’Benar tuan. Saya mau asal saya bisa bekerja dan mendapatkan uang akan saya lakukan.’’ Jawab Arleta dengan sangat yakin.  

Danu mengangguk paham.’’ Baiklah. Kamu saya terima, dan bisa langsung bekerja mulai hari ini.’’ ucap Danu.

Wajah Arleta  langsung berbinar.’’ Benarkah tuan. Saya tidak sedang memimpikan!’’celoteh Arleta.

Danu mengangguk pasti.’’ Iya. Kamu bisa pergi ke ruang ganti nanti disana kamu akan mendapatkan pakaian seragam.’’

Saking senangnya Arleta  reflek memegang tangan danu, sambil terus mengucapkan terima kasih berkali-kali.‘’terimakasih tuan. Terimakasih!’’

‘’ya tuhan. Akhirnya. Akhirnya aku mendapatkan pekerjaan.’’ teriak Arleta  girang.

Danu hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Arleta  yang menurutnya cukup absurd, baru kali ini Danu melihat orang yang sebagai itu mendapatkan pekerjaan. Padahal hanya menjadi OG tapi Arleta terlihat sangat bahagia.

Padahal wajah Arleta cukup cantik, jika hanya untuk jadi OG.

‘’Sudah sana, mau sampai kamu memegangi tangan saya seperti ini.’’ tanya Danu sambil terkekeh kecil.

‘’Eh.’’ Arleta  tersadar lalu melepaskan tangannya.

‘’Em. Maaf tuan. Maaf! tadi saya reflek saking bahagianya.’’ jawab Arleta  dengan   tersipu.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status