Seharian berjalan-jalan mengunjungi pantai kemudian ke taman hiburan malam, dan sekarang Alif dan Kamea singgah di sebuah restoran ternama. Pada Awalnya Alif merasa bahagia setiap kali melihat senyum dan tawa yang terpancar dari bibir gadis itu. Hingga pertemuan tak sengaja dengan Abimanyu dan Olivia di taman hiburan malam, membuat moodnya menjadi rusak.
Perasaan tak tenang dan merasa tersaingi muncul begitu saja saat Abimanyu terus saja mendekati Kamea dan berhasil membuat gadisnya itu tertawa riang. Belum hilang mood buruk itu karena Abimanyu, sekarang ditambah lagi dengan kehadiran Felysia dan Doni.
Ah, mengapa rasanya tidak adil sekali. Dia ingin menikmati momen berdua dengan gadisnya tapi malah berujung menjadi perkumpulan yang tak jelas. Ya, karena sekarang mereka berenam sedang berkumpul di meja yang sama di sebuah restoran.
"Mas aku mau naik itu, boleh?" tanya Kamea sambil memakan kembang gula yang tadi dibelikan
Gadis belia itu berjinjit untuk memasangkan dasi pada suaminya. Alif menunduk melihat wajah sang istri yang begitu manis tengah serius melilitkan dasi agar terpasang rapi. Ia mengulum senyumnya, kemudian mendekat dan mengecup singkat dahi gadisnya."Ish, Mas diem dulu, jangan bergerak-gerak," ucapnya masih terfokus pada aktivitasnya.Alif kembali mengulum senyumnya. "Kalau gak bisa jangan dipaksain. Mas bisa melakukannya sendiri," ucap Alif tanpa mengalihkan matanya dari wajah berseri belia kesayangannya."Bisa kok. Masa pasang dasi aja gak bisa, sih. Ya, kan pas waktu sekolah juga harus pake dasi," ujarnya. Gadis itu nampak kesulitan memasang dasi itu . "Tapi kok ini susah, ya? Masa gak rapi-rapi seperti yang ada video tutorial," gerutunya.Alif terkekeh pelan lantas mencubit gemas hidung mungil sang istri. Ia menjauhkan tangan kurus itu dari dasinya. "Gak apa-apa, kamu bisa belajar lagi nanti. Seka
Siang itu Alif menjemput Kamea di kampus. Ia ingin makan siang bersama dengan gadisnya. Alif memarkirkan mobil tepat di depan gedung fakultas tempat Kamea kuliah. Ia merogoh ponsel di dalam saku celananya untuk menghubungi gadisnya."Kamu di mana? Mas sudah ada di depan," ucap Alif ketika gadis itu sudah merespons teleponnya.'Eh, iya. Mas tunggu aku ke sana sekarang.'Alif langsung menutup panggilannya ketika sudah mengetaui Kamea akan segera datang menemuinya. Tubuhnya terasa pegal-pegal, Alif menyenderkan punggung lebarnya pada penyangga kursi untuk merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku.Kedua sudut bibir tebal itu melengkung ke atas membentuk sebuah senyum. Ia mengeluarkan kotak kecil di dalam saku jas yang dikenakannya. Alif membuka kotak berwarna beludru itu. Bibirnya kembali tertarik melihat benda berkilau di dalam sana.Ia ingin segera memberikan kalung yang sudah i
"Kenapa lama sekali?" tanya Alif ketika gadisnya baru saja masuk dan duduk di samping kursi temapat duduknya sekarang. Alif mengernyitkan kedua alisnya ketika melihat wajah cantik sang istri terlihat muram."Iya, tadi aku ke toilet dulu," ucapnya berbohong. Tak mungkin Kamea akan mengatakan dirinya baru saja bertemu dengan Abimanyu. Apa lagi sampai mengatakan kepada Alif kalau lelaki itu baru saja mengutarakan perasaannya.Kamea menghela napas berat. "Kita mau pergi ke mana?" tanyanya untuk mengalihkan pembicaraan.Alif tak langsung menjawab. Dia terus memandangi wajah gadisnya yang terlihat berbeda. Ia merasa ada sesuatu yang sedang disembunyikan gadis itu darinya. Kamea terlihat seperti sedang merasa terbebani."Ada apa? Kenapa wajahmu ditekuk seperti ini?" tanya Alif lembut.Dia mengusap pipi gadisnya dengan lembut. Kamea menggelengkan kepalanya pelan. "Gaka ada apa-apa, aku h
Suasana siang itu cukup terik di luar sana. Hiruk pikuk kendaraan berlalu lalang di jalanan beserta orang-orang yang yang berjalan sehabis melakukan aktivitasnya masing-masing.Alif dan Kamea sedang menikmati jamuan makan siang yang sudah dipesan sebelumnya oleh Alif. Entah kapan lelaki itu mulai menyiapkan semuanya, Kamea tidak tahu itu. Yang pasti ia sangat senang dengan semuanya."Kok, aku gak tahu Mas nyiapin ini semua?" tanya belia itu.Iris teduh berwarna hitam itu menatap lamat wajah tampan sang suami yang sejak lama sudah menjadi candunya. Walau keadaan sempat ingin merenggut sosok tampan itu dari hidupnya. Bersyukur Tuhan terlebih dulu mengetuk pintu hati sang suami sebelum perpisahan itu benar-benar terjadi."Kan sekarang sudah tahu, sayang," sahut Alif lembut.Wajah sendu yang tadi sempat menyelimuti wajah cantik itu, kini kembali terlihat ceria. Senyum manis tak luntu
"Sayang, Mas pergi dulu ya. Ada pekerjaan yang harus Mas kerjakan malam ini juga," kata Alif sambil mengambil jaket yang menggantung pada kaitan pakaian.Lelaki beralis tebal itu nampak sangat terburu-buru untuk pergi setelah mendapatkan telepon dari seseorang. Kamea mengernyitkan kedua alisnya menatap bingaung pada suaminya itu. Tidak biasanya dia akan pergi malam-malam begini sekalipun untuk urusan pekerjaan."Kok tiba-tiba, ada apa?" tanya Kamea penasaran."Iya, memang mendadak. Doni baru saja memberitahu Mas," jelas Alif. Dia mengecup dahi Kamea singkat."Mas pergi dulu, ya. Kamu langsung tidur saja setelah ini. Jangan menunggu, takutnya Mas pulang larut malam," titah Alif.Meski terheran-heran gadis itu tetap menganggukkan kepalanya. Mencium punggung tangan suaminya sebelum lelaki berkulit putih itu pergi dengan tergesa.Sebulan berlalu hubungan Alif dan
"Jadi kapan nih aku dapat kabar baik?"Kedua alis seorang gadis saling bertautan. Dia sama sekali tidak paham arah pembicaraan sahabatnya itu."Kabar baik apa?"Seorang laki-laki yang turut bergabung dengan dua gadis itu juga terlihat penasaran akan maksud yang dibicarakan Olivia kepada Kamea.Ya, Kamea, Olivia dan Abimanyu sedang berada di kafe milik Abimanyu untuk mengerjakan tugas kelompok yang diberikan dosen. Entah takdir atau hanya kebetulan saja, mereka bertiga sering terpilih menjadi satu kelompok."Ya, jadi kapan aku punya keponakan yang lucu dari kamu," ujar Olivia dengan gamblang.Kedua bola mata Kamea membelalak. Kemudian gadis itu memukul pelan pundak Olivia dengan bukunya. "Ish, nyebelin banget sih, malah bahas keponakan. Kerjain dulu ini tugasnya," gerutu Kamea.Olivia terkekeh pelan. "Ya, gak ada salahnya dong aku nanya be
Sudah pukul delapan malam. Sejak sore tadi Alif menemani Felysia di apartemennya. Ya, sore tadi wanita itu sudah diizinkan ke luar dari rumah sakit. Dia meminta Alif untuk membantunya mengantar pulang.Meski enggan tapi Alif akhirnya memutuskan untuk pergi menemui Felysia. Walau karena keputusannya itu dia terpaksa harus membatalkan menjemput Kamea dan meminta Doni untuk menggantikannya.Felysia tak berhenti mengembangkan senyumnya. Dia bergelayut manja memeluk lengan tangan Alif. Meski laki-laki barkulit putih itu terus saja menghindar berusaha menolak perlakuannya."Fely, ini sudah malam. Aku harus segera pulang sekarang. Istriku pasti sudah menunggu di rumah," ujar Alif sembari melepaskan tangan Felysia dari merangkul tangannya.Wanita itu memberenggut kesal. Dia cemburu karena Alif selalu saja mengkhawatirkan istrinya dibanding dirinya. Meski raga laki-laki beralis tebal itu ada di sini, tetapi p
Kamea mengernyitkan kedua alisnya ketika sederet angka terpampang di layar ponelnya. Sebuah nomor tidak dikenal dua kali mencoba menghubungi gadis itu. Dia menghela napas panjang, ragu untuk menerima panggilan itu karena dia tidak mengenal pemilik nomor itu."Ya, halo? Siapa ini?"Hening. Seseorang dari sebrang sana tidak langsung menyahuti sapaan Kamea. Gadis itu mengernyitkan alisnya. Dia mencoba melihat layar ponselnya untuk melihat apakan masih tersambung atau tidak. Tapi panggilan itu masih berjalan."Siapa ini?" tanyanya lgi.'Halo. Maaf mengganggu. Aku menghubungimu karna ponsel Reval tidak bisa dihubungi. Apa dia sudah sampai rumah dengan selamat?'Kamea terdiam mendengar suara wanita dari sebrang sana. Dia sedikit merasa heran, dari mana Felysia mendapatkan kontak nomornya?Belia itu melirik pintu kamar mandi yang masih tertutup. Belum ada tanda-tand