"Kamea,"
Gadis belia yang baru saja dipanggil namanya itu menoleh ke belakang. Abimanyu berjalan dengan langkah cepat menuju ke arah Kamea."Ada apa?" tanya gadis itu. Ia tersenyum ramah."Kamu pulang sama siapa?"Belia itu terdiam beberapa detik, mengedarkan pandangannya ke arah jalanan. Bibir mungilnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyum manis. Mobil berwarna hitam milik Alif sudah terparkir di sana menunggunya."Oh, aku di jemput. Ada apa memangnya?" ucapnya kemudian.Abimanyu tersenyum tipis, kemudian menggelengkan pelan kepalanya."Oh, iya. Makasih ya udah bantuin aku ngerjain tugas," ucap Kamea tulus.
Ia bersungguh-sungguh mengucapkan terima kasih kepada Abimanyu karena sudah mengajari dan membantunya mengerjakan tugas kuliah.
Benar yang dikatakan tem
"Apa?!"Kamea dan Alif saling berpandangan saat mereka memekikkan kata yang sama secara bersamaan.Mama Anita sempat tertegun beberapa detik, tapi kemudian wanita paruh baya itu terkekeh pelan. "Kalian kompak sekali," ucapnya gemas pada Alif dan Kamea.Alif memutar bola matanya, malas. Iris berwarna cokelatnya menatap tajam pada Kamea berharap gadis itu mengatakan penolakan kepada mamanya.Namun, alih-alih berbicara, belia itu malah bungkam dan mengedikkan kedua bahunya tak acuh. Rasanya Alif ingin memakan gadis itu saking geramnya."Ma, kenapa mama gak bicara dulu sama Alif kalau mau membeli tiket? Alif sedang banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan bulan ini. Alif gak bisa pergi ke mana-mana dulu, apa lagi untuk berbulan madu." Alif berusaha mengelak, berharap mamanya itu akan mengerti dan mau membatalkan tiket keberangkatannya.Mama Anita menghela
"Om, aku pergi dulu." Kamea berpamitan dan mencium punggung tangan Alif lembut.Bibir tipis yang dipoles lipgloss itu tertarik membentuk senyum manis. Gadis itu bisa dengan cepat melupakan kekesalan yang ia rasakan kepada Alif. Ia sudah kembali ceria seolah tidak pernah terjadi apapun yang melukai hatinya.Dan kini, tanpa sadar Alif sudah mulai terbiasa dengan tingkah menjengkelkan dan kecerewetan belia itu. Hanya saja lelaki beralis tebal itu tidak mau menunjukannya. Gengsi.Seperti kemarin, Kamea mendaratkan sebuah kecupan singkat di pipi Alif. Kali ini ia melakukannya tanpa rasa canggung dan malu. "Om, kalau nanti udah mulai jatuh cinta sama aku, bilang saja, ya. Jangan dipendam sendirian," bisiknya.Tanpa menunggu Alif menyahutinya, gadis itu bergegas turun dengan tergesa. Setelah berjalan agak jauh dari mobil Alif, gadis itu kembali membalikan badan ke arah lelaki itu dan memperlihatkan dua jari
Tempat yang direkomendasikan Abimanyu adalah sebuah kafe yang sebagian banyak pengunjung yang datang merupakan anak remaja yang ingin mencari referensi entah untuk mengerjakan tugas kuliah ataupun sekedar untuk membaca saja.Ya, kafe itu di desain mirip seperti perpustakaan, hanya saja di sana para pengunjung bisa membaca buku sambil menikmati minuman kopi ataupun memakan cake. Pemiliknya pastilah seorang yang kreatif dan penyuka membaca buku. Makanya dia menciptakan ide membuat kafe seperti ini."Gimana dengan tempat ini? Kalian suka?" tanya Abimanyu kepada Kamea dan Olivia.Kedua gadis itu mengangguk semangat. "Ya, aku menyukai tempat ini," sahut Kamea.Iris matanya masih terkagum dengan pemandangan interior yang membuat para pengunjung tidak akan bosan berlama-lama di sana.Abimanyu membawa mereka ke meja yang ada di paling pojok bersebelahan dengan jendela. Agar mereka bisa m
"Kenapa kamu berbohong?"Kamea mengerjapkan matanya. Ia sama sekali tidak mengerti maksud perkataan Alif. Mengapa lelaki itu mengatakan dirinya telah berbohong?"Maksudnya?" tanya Kamea polos. Ia benar-benar tidak mengerti."Kamu meminta izin pada saya akan mengerjakan tugas kelompok dengan temanmu. Tapi kenyataannya, kamu sedang berduaan dengan lelaki itu," gerutu Alif kesal. Namun meski begitu ia masih tetap berusaha bersikap datar di hadapan Kamea."Aku tidak berbohong. Tadi memang ada tugas kelompok dan aku gak berdua dengan Abimanyu. Tadi kami bertiga, tapi temanku yang satunya sudah pulang lebih dulu."Kamea merasa tak terima dengan tuduhan Alif. Ia tidak berbohong, Abimanyu memang temannya sama seperti Olivia. Lalu dimana letak kesalahannya?Suasana di dalam mobil itu mendadak gersang bahkan walau ACnya sedang menyala. Sama halnya seperti Kamea yang ta
Sejak Alif mempertegas tentang perasaannya terhadap Kamea yang hanya menganggap gadis itu seperti adik baginya. Gadis belia itu memutuskan untuk menjaga jarak dari Alif.Kamea masih bersikap sama seperti biasanya, cerewet dan petakilan. Ya, walau dalam mode biasa saja. Tak lagi mencuri cium atau pun mengucapkan kata-kata yang menjurus mengutarakan perasaannya kepada lelaki itu.Ia harus bisa menata hati agar suatu hari, bila Alif benar-benar akan berpisah dengannya, Kamea sudah siap. Setidaknya hati gadis itu tidak akan terlalu terluka karena sudah banyak berharap.Meski pada kenyataannya, tak semudah itu ia menekan perasaannya sendiri agar bisa menjauh dari Alif. Cintanya sudah melekat di hati sejak gadis itu masih kecil. Jadi, butuh waktu panjang untuk bisa menetralkan kembali perasaannya.Apa lagi status mereka saat ini masih "suami-istri
"Om, balikin ponsel aku. Kebiasaan banget deh!" gerutu Kamea. Ya, bukan hanya kali ini saja Alif mengambil paksa ponselnya setiap ia menerima pesan atau panggilan masuk dari temannya. Lelaki itu akan lebih agresif jika yang menghubunginya adalah Abimanyu. Entah apa maksudnya? Kamea pun tak mengerti. Yang jelas, ia sangat-sangat geram dengan tingkah lelaki berkulit putih itu. Egois. Kamea tidak dibiarkan berdekatan dengan lelaki manapun termasuk Abimanyu. Sementara Kamea sendiri tidak tahu apapun tentang Alif. Apakah lelaki itu selalu dekat dengan wanita lain atau tidak. Atau bahkan mungkin ia telah kembali bersama kekasihnya. Entahlah. Memikirkan semua itu hanya akan membuat hatinya berdesir ngilu dan ingin menangis saja. "Katakan pada saya, apa kamu memiliki hubungan spesial dengan leleki itu?" tanya Alif. Iris mata cokelat
"Woah, jadi ini loh Bali yang biceritain teman-temanku?" tutur Kamea sambil mengedarkan pandangannya ke luar melalui kaca mobil.Ya, saat ini mereka sudah tiba di Bali dan sedang dalam perjalanan menuju ke hotel. Mama Anita sudah mempersiapkan semuanya, bahkan membayar seseorang untuk mengantar jemput mereka ke manapun mereka akan pergi berlibur selama di sana.Alif menoleh dan mengernyitkan alisnya. "Kamu belum pernah ke bali?" tanyanya penasaran.Belia itu berbalik menatap Alif. Polos gadis itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Entahlah, aku lupa."Belia itu menyeringai polos memperlihatkan sederet gigi putihnya. Sedangkan Alif, lelaki itu terkekeh pelan sambil menggeleng-geleng kepala."Pantas saja hari itu kamu bersemangat ingin pergi," ledek Alif.Kamea mendelikkan matanya. "Kalau mau ke sini, lalu kenapa kemarin minta dibatalkan?" tanya Alif.
"Om, kita pergi ke sana, ya. Di sana pemandangannya lebih bagus," ajak Kamea.Gadis itu menarik paksa tangan Alif untuk mengikuti ke arah yang ditunjuknya. Lelaki berkaus putih dengan kacamata hitam menutupi matanya itu hanya menurut saja tanpa bantahan sedikit pun.Saat ini mereka sedang ada di pantai menikmati pemandangan sore hari. Awalnya Alif akan membawa Kamea pergi ke pantai besok, karena hari ini masih merasa lelah setelah perjalanan.Tapi gadis belia itu tak berhenti membujuknya. Karena tidak tahan lagi melihat Kamea cemberut mendiamkannya, akhirnya Alif mengalah. Seusai makan makan siang, mereka pun pergi ke pantai."Om, tolong ambil gambarku yang banyak, ya. Fotoinnya yang bagus, jangan asal," ucap Kamea. Dia memberikan ponselnya kepada Alif.Gadis itu berpose dengan berbagai macam gaya sementara Alif terus mengambil gambar gadis itu dengan kamera ponsel.