Share

4. Perhatian

Author: Aeris Park
last update Last Updated: 2022-01-05 22:58:28

Dara dan Sasha sedang menunggu pergantian jam di kantin sambil menikmati makan siang bersama. Kedua gadis itu biasanya pergi ke kantin hanya berdua, tapi sekarang ditemani Keynan dan Brian karena ingin membahas tugas kelompok dari Miss Callista.

"Bagaimana kalau kita mengerjakan tugas ini sepulang kuliah?" usul Shasa ketika soto daging pesanannya datang.

"Aku sih, terserah," jawab Brian dengan mulut penuh karena asyik menyantap mie ayam-nya.

"Kalau kamu, Key?" Shaha menatap cowok yang duduk tepat di samping Brian.

Namun, cowok berwajah tampan itu malah asyik memperhatikan Dara yang sedang serius membaca novelnya.

Dara diam-diam ternyata berhasil mencuri perhatian Keynan di awal pertemuan mereka. Padahal Dara sangat cuek, tidak seperti mahasiswi lain yang berlomba-lomba menarik perhatiannya. Namun, entah kenapa dia malah tertarik dengan gadia itu.

"Malah melamun." Sasha berdecak kesal karena Keynan mengabaikan ucapannya.

"Terserah," sahut Keynan datar seperti biasa.

"Kalau kamu, Ra?"

Dara pun menutup novelnya karena ketiga temannya mulai membahas tugas kelompok mereka. "Kenapa pulang kuliah sih, Ra? Kamu tahu sendiri kan, kalau aku harus kerja."

Shasa menggaruk rambutnya yang terasa sedikit gatal. "Iya juga, sih. Enaknya kapan? Masalahnya anak-anak yang lain sudah banyak yang ngerjain tugas ini. Tinggal kelompok kita aja yang belum."

Dara menghela napas panjang. Sepertinya dia harus izin tidak masuk kerja demi mengerjakan tugas kuliahnya.

"Ya udah deh, hari ini aku izin nggak masuk kerja dulu," putusnya.

"Nah, gitu dong." Sasha tersenyum lantas memeluk Dara sekilas.

Persahabatan Dara dan Sasha begitu erat padahal mereka saling mengenal saat awal kuliah. Sasha merasa sangat nyaman berteman dengan Dara hingga  menceritakan apa pun masalahnya pada gadis itu.

Namun, Dara sedikit lebih tertutup dari pada Shasa. Gadis itu menyimpan sebuah rahasia yang tidak mungkin dia katakan pada sahabatnya, tentang hubungannya dengan Tama.

Dara, Keynan, dan Brian pun berkumpul di rumah Sasha untuk mengerjakan tugas kelompok dari Miss Callista sepulang kuliah. Sebelum pergi mereka meminjam beberapa buku dari perpustakaan untuk dijadikan bahan referensi.

"Jangan lupa dimakan camilannya." Ibu Shasa datang dari dapur sambil membawa empat kaleng minuman bersoda dan beberapa bungkus makanan ringan untuk mereka.

"Terima kasih banyak, Tante," sahut Dara dan Brian bersamaan, tapi Keynan hanya mengangguk sebagai bentuk ucapan terima kasihnya pada ibu Shasa yang sudah repot-repot menyiapkan makanan dan minuman untuknya.

"Panas-panas begini memang paling enak minum yang dingin-dingin," ucap Brian setelah meneguk satu kaleng cola. "Iya nggak, Key?"

Keynan tidak menyahut. Cowok itu masih tetap asyik memperhatikan layar ponselnya, mencari artikel untuk tambahan materi tugas mereka.

"Key?"

"Ya?" Keynan akhirnya menyahut sambil melirik Brian sekilas.

Brian menghela napas panjang karena Keynan selalu menyahut setelah dipanggil dua kali. "Minum dulu, nih." Dia mengulurkan satu kaleng cola pada Keynan. Keynan pun menerimanya karena sore ini cuacanya memang masih terasa panas.

"Kalau menerima sesuatu bilang apa, Key?" Brian melirik Keynan dengan tajam.

"Thanks," jawab Keynan.

Dara dan Sasha terikikik geli melihat Brian yang tidak menyerah membuat Keynan bicara. Sasha kemudian memberi dua buah buku lumayan tebal pada Brian.

"Baca semua buku ini ya, Bie. Garis bawahi bagian yang penting."

Mulut Brian sontak menganga lebar. "Sebanyak ini, Sha?"

Sasha mengangguk.

"Terus Keynan ngapain?" protes Brian tidak terima.

"Keynan nyari materi tambahan di internet," jawab Dara.

"Kalau kamu, Ra?"

"Aku nanti yang ngetik jadi satu hasil rangkuman kalian."

Brian menghela napas panjang. Dia tidak pernah menyangka tugas yang diberikan Miss Callista untuk syarat kelulusan mata kuliah semester kali ini ternyata lumayan susah.

Mereka pun mulai mengerjakan tugas masing-masing. Brian begitu serius membaca buku yang dipinjam dari perpustakaan dibantu Sasha. Sementara Keynan dan Dara mencari artikel tentang kehidupan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir melalui internet.

Waktu berputar begitu cepat. Tidak terasa hampir lima jam mereka mengerjakan tugas. Camilan dan minuman yang disuguhkan ibu Sasha pun tinggal sedikit.

"Akhirnya selesai juga." Brian melempar bolpoinnya dengan asal, lantas menyandarkan punggungnya di sofa karena lelah.

"Sudah kamu ketik semua laporannya, Ra?" tanya Sasha seraya melihat laptop yang berada di atas pangkuan Dara.

"Sudah, tapi aku masih kurang puas sama hasilnya, Sha."

Sasha mengerutkan dahi mendengar ucapan Dara barusan. "Memangnya kenapa?"

"Kita nyari tahu informasi tentang kehidupan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir cuma dari internet sama buku, rasanya kurang lengkap kalau kita nggak meneliti secara langsung."

Keynan tanpa sadar tersenyum, sangat tipis dan nyaris tidak terlihat. Diam-diam dia memuji Dara. Selain cantik, gadis itu ternyata cukup pintar.

Shasa menggaruk rambutnya yang tidak gatal setelah melihat hasil rangkuman mereka. "Benar juga, sih."

Brian sontak mengangkat punggungnya dari sofa. "Terus apa gunanya aku baca buku dari tadi kalau ujungnya kita meneliti langsung?"

"Tenang saja, masih ada gunanya, kok. Hanya saja yang di buku masih belum lengkap. Kita harus tahu langsung kehidupan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir itu seperti apa."

Brian mengangguk-angguk mendengar penjelasan Dara barusan. "Jadi kita harus terjun langsung ke lapangan gitu?"

"Mau bagaimana lagi," jawab Dara.

"Memangnya kamu ada waktu, Ra?"

"Kalau cuma hari Sabtu dan Minggu, aku sih, ada waktu, Sha."

"Waktu dua hari sepertinya cukup buat penelitian. Bagaimana kalau kita berangkat Minggu depan?" usul Shasa.

"Lebih cepat lebih baik, Sha."

"Baiklah, Minggu depan kita pergi ke daerah pesisir yang ada di dekat-dekat sini aja, kalian berdua setuju, kan?" Shasa menatap Keynan dan Brian bergantian.

"Aku sih, setuju saja karena di sana nanti pasti banyak wisatawan yang memakai bikini. Iya nggak, Key?" Brian menyikut lengan Keynan untuk meminta dukungan.

"Apaan, sih?" Keynan berdecak kesal karena tujuan mereka pergi ke daerah pesisir untuk melakukan penelitian, bukan melihat wisatawan yang asyik berjemur di pantai.

Brian malah terkekeh. "Serius amat sih, Key? Aku kan, cuma bercanda."

"Udah malem nih, Guys. Aku pulang dulu, ya?" ucap Dara setelah melihat benda mungil bertali yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Ternyata sekarang sudah jam sembilan malam.

"Nggak nginep di rumah aku aja, Ra?" tawar Shasa karena tidak tega membiarkan Dara pulang sendirian. Apa lagi sekarang sudah malam.

Dara menggeleng, lalu memasukan bukunya kembali ke dalam tas. "Aku mau pulang saja, Sha."

"Key, anterin Dara pulang, gih!" Brian kembali menyikut lengan Keynan.

Keynan menatap Brian dengan alis terangkat sebelah. Kenapa cowok itu menyuruhnya mengantar Dara pulang?

"Aku nggak mungkin nganter Dara pulang karena rumah kami beda arah," ucap Brian tanpa perlu Keynan bertanya karena dia sudah paham dengan sifat teman barunya itu.

"Oh," sahut Keynan datar seperti biasa.

"Nggak usah, Key. Kamu nggak perlu repot-repot nganter aku pulang. Lagian aku bisa pulang naik bus." Dara menolak dengan halus karena tidak ingin merepotkan Keynan. Lagi pula wajah cowok itu tampak tidak bersahabat.

"Bahaya kalau naik bus malam-malam begini, Ra. Apa lagi kamu perempuan. Lebih baik kamu pulang bareng sama Keynan, atau menginap di rumahku saja?"

Dara menatap Sasha dan Brian bergantian. Kedua temannya itu tetap kekeh menyuruhnya untuk pulang bersama Keynan. Namun, Keynan sejak tadi hanya diam dan malah asyik memainkan ponselnya. Dara tidak tahu cowok itu mau mengantarnya pulang atau tidak. Lebih baik dia pulang saja naik bus dari pada merepotkan Keynan.

"Aku pulang dulu ya, teman-teman? Soalnya takut kemalaman, nih." Dara beranjak dari tempat duduknya lantas menyampirkan tote bag-nya di bahu sebelah kiri.

"Tapi, Ra ...." Sasha tidak tega membiarkan Dara pulang sendirian. Dia takut terjadi sesuatu yang buruk pada sahabatnya itu karena akhir-akhir ini sering terjadi pelecehan dan korbannya kebanyakan mahasiswi seperti mereka.

Dara tersenyum agar Shasa tidak khawatir. "Kamu tenang saja, aku bisa jaga diri, kok."

Keynan memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Tanpa banyak kata dia tiba-tiba berdiri lantas meraih tangan Dara dan menautkan jemari mereka.

"Aku akan mengantarmu pulang."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Simpanan Ayahku   85. Ekstra Part 2

    Dara tertegun, sepasang mata caramell miliknya terpaku pada lelaki berkacama mata yang berjalan menghampirinya. Selama tiga puluh detik yang dia lakukan hanya diam sambil memandangi lelaki tersebut. Dara tidak pernah menyangka Dirga datang ke pernikahannya dan Keynan karena dia tidak mengundang lelaki itu demi menjaga perasaan suaminya. Dirga menarik napas dalam-dalam untuk mengurangi sesak yang menghimpit dadanya. Tangannya tanpa sadar menggenggam jemari wanita berkerudung merah muda yang menemaninya menghadiri resepsi pernikahan Dara dan Keynan dengan erat karena bagaimana pun juga Dara pernah mengisi ruang kosong di dalam hatinya. "Kamu baik-baik saja?" tanya Sabrina terdengar penuh perhatian. Dirga kembali menarik napas panjang lantas mengangguk samar. "Ya, aku baik-baik saja," jawabnya. Sabrina menatap Dirga dengan lekat. Sepertinya lelaki itu belum benar-benar bisa melupakan Dara dan berpura-pura terlihat tegar di depan banyak orang. "M-Mas Dirga ...?" Keynan memeluk pingga

  • Gadis Simpanan Ayahku   84. Ekstra Part 1

    "Kamu kan, sudah dapat kue sendiri, Ayes. Kue ini punya kakak.""Tapi Ayes masih mau kue lagi.""Kakak tidak akan memberikan kue ini padamu.""Dasar pelit!""Biarin."Kening Keynan berkerut dalam karena mendengar suara Ayes dan Keysha. Hari Minggu yang seharusnya dia gunakan untuk beristirahat sepertinya hanya akan menjadi angan-angan belaka karena Ayes dan Keysha sangat berisik. Mereka benar-benar mengganggu waktu istirahatnya.Keynan beranjak meninggalkan tempat tidurnya lantas menghampiri Ayes dan Keysha yang sedang memperebutkan sepotong kue brownies."Kenapa kalian berisik sekali?" tanya Keynan dengan wajah mengantuk karena dia baru bisa tidur jam satu semalam. Beberapa hari ini dia memang sengaja lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya karena lusa dia akan menikah dengan Dara."Ayes, ini, Pa. Udah punya kue sendiri tapi masih minta punya Keysha.""Ayes cuma minta sedikit, Dad. Tapi Keysha nggak mau ngasih. Dasar pelit!"Kedua mata Keysha sontak membulat mendengar ucapan Ayes bar

  • Gadis Simpanan Ayahku   83. Menjemput Bahagia [Ending]

    Keynan tampak begitu serius membaca berkas yang ada di tangannya padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Semenjak satu minggu yang lalu lelaki itu memang sengaja menyibukkan diri dengan bekerja karena ingin mengalihkan pikirannya dari Dara dan Ayes.Namun, pekerjaan ternyata tidak berhasil membuatnya berhenti memikirkan Dara dan Ayes. Sehari begitu tiba di Indonesia, dia langsung menghubungi Dara untuk menanyakan kabar Ayes.Dara mengatakan kalau Ayes baik-baik saja. Namun, entah kenapa perasannya mengatakan kalau Dara sedang membohonginya. Sebagai seorang ayah yang memiliki ikatan darah dan batin dengan Ayes, dia seolah-olah bisa merasakan kalau Ayes sedang bersedih karena kepergiannya. Apa lagi dia tidak berpamitan pada Ayes."Kau belum pulang?"Keynan mengalihkan pandang dari berkas yang ada di tangannya sekilas agar bisa menatap Brian yang sedang berjalan menghampirinya."Kau sendiri kenapa masih di sini? Bukankah aku sudah memintamu untuk pulang dari tadi?""Aku tadi s

  • Gadis Simpanan Ayahku   82. Pelukan Terakhir

    Tidak ada yang membuka suara sejak lima belas menit yang lalu. Dara hanya diam sambil meremas kesepuluh jemari tangannya tanpa berani menatap Dirga yang duduk tepat di hadapannya. Dara sepenuhnya menyadari Dirga pasti marah dan kecewa karena dia tidak memberi tahu jika dia bertemu lagi dengan Keynan. Dirga kembali meneguk segelas air putih yang ada di tangannya. Amarah dan kekecewaan tergambar jelas di wajah tampannya. Dirga merasa sangat marah sekaligus kecewa karena Dara tidak memberi tahu jika Keynan datang. Sepupunya itu bahkan tinggal di apartemen calon istrinya. Entah apa yang sudah Dara dan Keynan lalukan selama mereka tinggal bersama. Membayangkannya saja sudah membuat dadanya terasa sesak. Apakah ada hal yang lebih menyakitkan lagi dari pada ini? "Sudah berapa lama?" "Maksud, Mas?" Dara malah balik bertanya karena tidak mengerti dengan maksud Dirga. Dirga melirik Keynan dan Ayes yang sedang asyik bermain ular tangga di ruang tengah. Melihat mereka yang begitu dekat, memb

  • Gadis Simpanan Ayahku   81. Relation Shit!

    "Bagaimana undangan ini, Nona?"Dara menatap undangan yang terdapat bibit tanaman pada kertasnya. Kertas undangan tersebut akan tumbuh dan berbunga sangat indah jika diberi air lalu ditanam. Selain itu di dalam undangan tersebut tertulis doa agar rumah tangga calon memperlai pengantin berjalan harmonis.Namun, menurut Dara undangan tersebut terlalu rumit dan harganya lumayan menguras kantong."Apa ada contoh undangan lain?""Sebentar, Nona." Wanita berambut pirang yang duduk di depan Dara mencari beberapa contoh desain undangannya untuk direkomendasikan pada Dara."Bagaimana dengan yang ini, Nona?" Wanita itu menunjukkan contoh udangan pilihannya pada Dara. Sebuah undangan dress code yang dilengkapi dengan aksesoris seperti pita atau bros yang bisa digunakan tamu undangan saat menghadiri resepsi pernikahannya dengan Dirga."Undangan ini cukup populer dikalangan calon pengantin akhir-akhir ini. Apa Anda tertarik dengan undangan ini?""Em ...." Kedua alis Dara tampak menyatu jika dia se

  • Gadis Simpanan Ayahku   80. Malam Terindah

    Dara hanya diam. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari bibirnya meskipun di kepalanya tersimpan berbagai pertanyaan untuk Keynan. Selama tiga puluh menit yang dia lakukan hanya diam sambil mengusap keringat dingin yang membasahi tubuh Keynan. Enam tahun lebih dia mengenal Keynan, dan baru pertama kali ini dia melihat lelaki itu mengerang kesakitan hingga nyaris pingsan. Obat yang dia temukan beberapa hari lalu ternyata milik Keynan. Setelah mencari tahu lewat internet, akhirnya dia tahu kalau obat tersebut adalah aspirin. Obat bagi penderita penyakit jantung. Kenapa Keynan minum aspirin? Apakah lelaki itu menderita penyakit jantung? Keynan melirik Dara lewat ekor matanya. Dia yakin sekali Dara pasti ingin menanyakan banyak hal pada dirinya. Namun, Dara malah menahannya sampai kondisinya kembali membaik. Wanita itu sangat pengertian. Sepertinya dia harus menyiapkan jawaban yang tepat agar Dara tidak khawatir. "Key ...." "Ya?" "Apa aku boleh tanya sesuatu?" "Tentu saja, Dara.

  • Gadis Simpanan Ayahku   79. Tercabik-Cabik

    "Kamu sudah gila?" pekik Dara ketika menyadari kalau Keynan ingin tinggal bersamanya dan Ayes."Biaya sewa hotel sangat mahal, Dara. Karena itu aku memutuskan untuk tinggal bersama kalian."Dara memijit kepalanya yang tiba-tiba terasa penat. Wanita itu benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Keynan. Bagaimana mungkin Keynan ingin tinggal bersamanya dan Ayes padahal lelaki itu tahu kalau dia sebentar lagi akan menikah dengan Dirga.Apa Keynan sudah kehilangan akal?"Keynan, jangan gila!""Kamu sudah mengatakan itu dua kali. Terima kasih."Kedua tangan Dara mengepal kuat di sisi tubuhnya. Ucapan Keynan barusan membuatnya semakin geram karena lelaki itu menganggap remeh ucapannya."Keynan, dengar. Kamu memang ayah kandung Ayes, tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya tinggal bersama kami. Lagi pula aku sebentar lagi akan—""Sstt ...." Dara sontak berhenti bicara karena Keynan menaruh jari telunjuk tepat di bibir."Aku tahu kalau kamu sebentar lagi akan menikah dengan kak Dirga. Ta

  • Gadis Simpanan Ayahku   78. Kepala Batu

    'Aku tahu karena Brian harus meng-handle semua pekerjaan Keynan.' Dara lupa kalau Shasa pernah memberi tahu kalau Brian menjadi sekertaris sekaligus orang kepercayaan Keynan. Sepertinya Brian terpaksa meng-handle semua pekerjaan Keynan karena lelaki itu sedang berada di Sidney sekarang. 'Aku benar-benar kesal dengan Keynan. Sejak dulu mantan kekasihmu itu suka sekali membuat Brian kerepotan,' gerutu Shasa seperti nenek-nenek. Dara tanpa sadar tersenyum karena yang Shasa katakan benar. Keynan memang egois dan keras kepala. Akan tetapi anehnya dia malah tertarik dengan lelaki itu. Ada satu hal istimewa di dalam diri Keynan yang bethasil membuat Dara jatuh cinta. Dan hal itu tidak dimiliki oleh Dirga meskipun lelaki itu sangat baik dan perhatian pada dirinya. Cinta memang rumit. 'Dara kamu masih di situ, kan?' Pertanyaan Shasa berusan membuat Dara tergagap. "Iya, Sha." Terdengar helaan napas panjang di seberang. 'Aku punya firasat buruk tentang hubunganmu dan kak Dirga.' "Maksud k

  • Gadis Simpanan Ayahku   77. Firasat

    "Mommy, jangan tata rambut Ayes seperti ini." Ayes selalu tidak suka jika Dara membelah rambutnya ke samping karena jidatnya yang agak sedikit lebar menjadi kelihatan. "Biar rapi, Ayes." Dara tidak menyerah menata rambut Ayes sesuai dengan keinginannya. Lagi pula Ayes harus tampil rapi ke sekolah. Ayes mengerucutkan bibir kesal. Menurutnya tatanan rambut yang Dara buat tidak cocok untuknya dan menurunkan sedikit kadar ketampanannya. "Nah, kalau begini kan, kelihatan tampan." Dara membetulkan dasi Ayes yang sedikit miring sebelum mengajak putra semata wayangnya itu sarapan. "Ayes, kenapa?" tanya Keynan heran karena melihat muka Ayes yang masam. "Bukan urusanmu." Dara menjawab ketus pertanyaan Keynan kemudian menyiapkan pancake untuk Ayes. Keynan menghela napas panjang, sepertinya Dara masih marah karena dia sudah mengecup bibir wanita itu sembarangan. "Anak ayah kenapa cemberut?" tanya Keynan terdengar penuh perhatian membuat telinga Dara mendadak terasa gatal. Apa lagi ketika me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status