Share

4. Perhatian

Dara dan Sasha sedang menunggu pergantian jam di kantin sambil menikmati makan siang bersama. Kedua gadis itu biasanya pergi ke kantin hanya berdua, tapi sekarang ditemani Keynan dan Brian karena ingin membahas tugas kelompok dari Miss Callista.

"Bagaimana kalau kita mengerjakan tugas ini sepulang kuliah?" usul Shasa ketika soto daging pesanannya datang.

"Aku sih, terserah," jawab Brian dengan mulut penuh karena asyik menyantap mie ayam-nya.

"Kalau kamu, Key?" Shaha menatap cowok yang duduk tepat di samping Brian.

Namun, cowok berwajah tampan itu malah asyik memperhatikan Dara yang sedang serius membaca novelnya.

Dara diam-diam ternyata berhasil mencuri perhatian Keynan di awal pertemuan mereka. Padahal Dara sangat cuek, tidak seperti mahasiswi lain yang berlomba-lomba menarik perhatiannya. Namun, entah kenapa dia malah tertarik dengan gadia itu.

"Malah melamun." Sasha berdecak kesal karena Keynan mengabaikan ucapannya.

"Terserah," sahut Keynan datar seperti biasa.

"Kalau kamu, Ra?"

Dara pun menutup novelnya karena ketiga temannya mulai membahas tugas kelompok mereka. "Kenapa pulang kuliah sih, Ra? Kamu tahu sendiri kan, kalau aku harus kerja."

Shasa menggaruk rambutnya yang terasa sedikit gatal. "Iya juga, sih. Enaknya kapan? Masalahnya anak-anak yang lain sudah banyak yang ngerjain tugas ini. Tinggal kelompok kita aja yang belum."

Dara menghela napas panjang. Sepertinya dia harus izin tidak masuk kerja demi mengerjakan tugas kuliahnya.

"Ya udah deh, hari ini aku izin nggak masuk kerja dulu," putusnya.

"Nah, gitu dong." Sasha tersenyum lantas memeluk Dara sekilas.

Persahabatan Dara dan Sasha begitu erat padahal mereka saling mengenal saat awal kuliah. Sasha merasa sangat nyaman berteman dengan Dara hingga  menceritakan apa pun masalahnya pada gadis itu.

Namun, Dara sedikit lebih tertutup dari pada Shasa. Gadis itu menyimpan sebuah rahasia yang tidak mungkin dia katakan pada sahabatnya, tentang hubungannya dengan Tama.

Dara, Keynan, dan Brian pun berkumpul di rumah Sasha untuk mengerjakan tugas kelompok dari Miss Callista sepulang kuliah. Sebelum pergi mereka meminjam beberapa buku dari perpustakaan untuk dijadikan bahan referensi.

"Jangan lupa dimakan camilannya." Ibu Shasa datang dari dapur sambil membawa empat kaleng minuman bersoda dan beberapa bungkus makanan ringan untuk mereka.

"Terima kasih banyak, Tante," sahut Dara dan Brian bersamaan, tapi Keynan hanya mengangguk sebagai bentuk ucapan terima kasihnya pada ibu Shasa yang sudah repot-repot menyiapkan makanan dan minuman untuknya.

"Panas-panas begini memang paling enak minum yang dingin-dingin," ucap Brian setelah meneguk satu kaleng cola. "Iya nggak, Key?"

Keynan tidak menyahut. Cowok itu masih tetap asyik memperhatikan layar ponselnya, mencari artikel untuk tambahan materi tugas mereka.

"Key?"

"Ya?" Keynan akhirnya menyahut sambil melirik Brian sekilas.

Brian menghela napas panjang karena Keynan selalu menyahut setelah dipanggil dua kali. "Minum dulu, nih." Dia mengulurkan satu kaleng cola pada Keynan. Keynan pun menerimanya karena sore ini cuacanya memang masih terasa panas.

"Kalau menerima sesuatu bilang apa, Key?" Brian melirik Keynan dengan tajam.

"Thanks," jawab Keynan.

Dara dan Sasha terikikik geli melihat Brian yang tidak menyerah membuat Keynan bicara. Sasha kemudian memberi dua buah buku lumayan tebal pada Brian.

"Baca semua buku ini ya, Bie. Garis bawahi bagian yang penting."

Mulut Brian sontak menganga lebar. "Sebanyak ini, Sha?"

Sasha mengangguk.

"Terus Keynan ngapain?" protes Brian tidak terima.

"Keynan nyari materi tambahan di internet," jawab Dara.

"Kalau kamu, Ra?"

"Aku nanti yang ngetik jadi satu hasil rangkuman kalian."

Brian menghela napas panjang. Dia tidak pernah menyangka tugas yang diberikan Miss Callista untuk syarat kelulusan mata kuliah semester kali ini ternyata lumayan susah.

Mereka pun mulai mengerjakan tugas masing-masing. Brian begitu serius membaca buku yang dipinjam dari perpustakaan dibantu Sasha. Sementara Keynan dan Dara mencari artikel tentang kehidupan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir melalui internet.

Waktu berputar begitu cepat. Tidak terasa hampir lima jam mereka mengerjakan tugas. Camilan dan minuman yang disuguhkan ibu Sasha pun tinggal sedikit.

"Akhirnya selesai juga." Brian melempar bolpoinnya dengan asal, lantas menyandarkan punggungnya di sofa karena lelah.

"Sudah kamu ketik semua laporannya, Ra?" tanya Sasha seraya melihat laptop yang berada di atas pangkuan Dara.

"Sudah, tapi aku masih kurang puas sama hasilnya, Sha."

Sasha mengerutkan dahi mendengar ucapan Dara barusan. "Memangnya kenapa?"

"Kita nyari tahu informasi tentang kehidupan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir cuma dari internet sama buku, rasanya kurang lengkap kalau kita nggak meneliti secara langsung."

Keynan tanpa sadar tersenyum, sangat tipis dan nyaris tidak terlihat. Diam-diam dia memuji Dara. Selain cantik, gadis itu ternyata cukup pintar.

Shasa menggaruk rambutnya yang tidak gatal setelah melihat hasil rangkuman mereka. "Benar juga, sih."

Brian sontak mengangkat punggungnya dari sofa. "Terus apa gunanya aku baca buku dari tadi kalau ujungnya kita meneliti langsung?"

"Tenang saja, masih ada gunanya, kok. Hanya saja yang di buku masih belum lengkap. Kita harus tahu langsung kehidupan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir itu seperti apa."

Brian mengangguk-angguk mendengar penjelasan Dara barusan. "Jadi kita harus terjun langsung ke lapangan gitu?"

"Mau bagaimana lagi," jawab Dara.

"Memangnya kamu ada waktu, Ra?"

"Kalau cuma hari Sabtu dan Minggu, aku sih, ada waktu, Sha."

"Waktu dua hari sepertinya cukup buat penelitian. Bagaimana kalau kita berangkat Minggu depan?" usul Shasa.

"Lebih cepat lebih baik, Sha."

"Baiklah, Minggu depan kita pergi ke daerah pesisir yang ada di dekat-dekat sini aja, kalian berdua setuju, kan?" Shasa menatap Keynan dan Brian bergantian.

"Aku sih, setuju saja karena di sana nanti pasti banyak wisatawan yang memakai bikini. Iya nggak, Key?" Brian menyikut lengan Keynan untuk meminta dukungan.

"Apaan, sih?" Keynan berdecak kesal karena tujuan mereka pergi ke daerah pesisir untuk melakukan penelitian, bukan melihat wisatawan yang asyik berjemur di pantai.

Brian malah terkekeh. "Serius amat sih, Key? Aku kan, cuma bercanda."

"Udah malem nih, Guys. Aku pulang dulu, ya?" ucap Dara setelah melihat benda mungil bertali yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Ternyata sekarang sudah jam sembilan malam.

"Nggak nginep di rumah aku aja, Ra?" tawar Shasa karena tidak tega membiarkan Dara pulang sendirian. Apa lagi sekarang sudah malam.

Dara menggeleng, lalu memasukan bukunya kembali ke dalam tas. "Aku mau pulang saja, Sha."

"Key, anterin Dara pulang, gih!" Brian kembali menyikut lengan Keynan.

Keynan menatap Brian dengan alis terangkat sebelah. Kenapa cowok itu menyuruhnya mengantar Dara pulang?

"Aku nggak mungkin nganter Dara pulang karena rumah kami beda arah," ucap Brian tanpa perlu Keynan bertanya karena dia sudah paham dengan sifat teman barunya itu.

"Oh," sahut Keynan datar seperti biasa.

"Nggak usah, Key. Kamu nggak perlu repot-repot nganter aku pulang. Lagian aku bisa pulang naik bus." Dara menolak dengan halus karena tidak ingin merepotkan Keynan. Lagi pula wajah cowok itu tampak tidak bersahabat.

"Bahaya kalau naik bus malam-malam begini, Ra. Apa lagi kamu perempuan. Lebih baik kamu pulang bareng sama Keynan, atau menginap di rumahku saja?"

Dara menatap Sasha dan Brian bergantian. Kedua temannya itu tetap kekeh menyuruhnya untuk pulang bersama Keynan. Namun, Keynan sejak tadi hanya diam dan malah asyik memainkan ponselnya. Dara tidak tahu cowok itu mau mengantarnya pulang atau tidak. Lebih baik dia pulang saja naik bus dari pada merepotkan Keynan.

"Aku pulang dulu ya, teman-teman? Soalnya takut kemalaman, nih." Dara beranjak dari tempat duduknya lantas menyampirkan tote bag-nya di bahu sebelah kiri.

"Tapi, Ra ...." Sasha tidak tega membiarkan Dara pulang sendirian. Dia takut terjadi sesuatu yang buruk pada sahabatnya itu karena akhir-akhir ini sering terjadi pelecehan dan korbannya kebanyakan mahasiswi seperti mereka.

Dara tersenyum agar Shasa tidak khawatir. "Kamu tenang saja, aku bisa jaga diri, kok."

Keynan memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Tanpa banyak kata dia tiba-tiba berdiri lantas meraih tangan Dara dan menautkan jemari mereka.

"Aku akan mengantarmu pulang."

***

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Aeris Park
Iya, hehehe
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
nah loh jgn bilang kenan jatuh cinta sama dara
goodnovel comment avatar
Aeris Park
Dia belum tahu ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status