Share

3. Cowok Dingin

Dara terus menggerutu sambil memakai baju karena pagi ini dia terlambat bangun. Padahal dia ada kelas tepat jam delapan nanti.

"Kalau aku sampai terlambat, semua ini gara-gara kamu," omelnya pada seorang lelaki yang sedang berbaring nyaman di atas tempat tidurnya.

"Kenapa kamu menyalahkanku?" tanya lelaki itu tidak terima.

"Karena kamu terus mengajakku bercinta. Aku kan, juga lelah dan perlu beristirahat." Dara mendengkus kesal karena dia semalam hanya tidur selama tiga jam karena Tama mengajaknya bercinta nyaris sampai pagi.

Tama malah terkekeh karena Dara terlihat sangat menggemaskan jika sedang marah.

"Aduh, sisir aku di mana?" Dara mengobrak-abrik meja rias dan tempat tidurnya mencari sisir.

"Itu, di kepalamu."

"Oh." Dara sontak melirik ke atas, ternyata benda yang dia cari sejak tadi ada di kepalanya. "Kalau kaos kaki?"

"Di lemari paling bawah."

Dara segera menuju lemari pakaiannya yang berada di sudut kamar lantas mengambil sepasang kaos kaki bermotif kelinci dari sana. Kaos kaki produksi salah satu brand ternama di dunia yang dia dapatkan dari Tama sebagai hadiah. Lelaki dewasa pemilik sejuta pesona itu selalu memberinya barang-barang mahal sebagai bukti ketulusan cintanya.

Tama geleng-geleng kepala melihat tingkah Dara, bagaimana pun juga kekasihnya itu seorang gadis remaja yang masih membutuhkan bimbingan dari orang tua seperti dirinya.

Dara merapikan poninya yang menutupi dahi, setelah itu berputar beberapa kali di depan cermin untuk memastikan jika tidak ada yang kurang dari penampilannya. Gadis itu terlihat cantik memakai blous putih yang dipadu dengan rok sepan berwarna cokelat muda.

"Aku berangkat ke kampus dulu ya, Sayang," pamitnya sambil mengecup bibir Tama sekilas.

"Aku akan mengantarmu." Tama menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Dada bidang dan perut Tama yang kotak-kotak terlihat jelas di kedua mata Dara karena lelaki itu hanya memakai bokser untuk menutupi tubuh bagian bawahnya.

Tubuh Dara terasa adem panas. Tanpa sadar gadis itu menelan ludah karena Tama terlihat err ... sangat seksi. Rasanya dia ingin sekali memeluk tubuh Tama dengan erat. Namun, dia harus menahan keras keinginannya jika tidak ingin terlambat lagi datang ke kampus.

"Tidak perlu, aku pasti terlambat lagi kalau menunggu kamu mandi."

"Aku tidak perlu mandi untuk mengantarmu pergi ke kampus, Sayang. Lagi pula aku suka wangi tubuhku bercampur dengan wangi tubuhmu." Tama mengedipkan sebelah matanya menggoda Dara lantas beranjak mengambil salah satu kaosnya yang berada di lemari.

Wajah Dara sontak bersemu merah, jantung pun berdebar hebat mendengar ucapan Tama barusan. Tama selalu berhasil membuatnya terpesona dan jatuh cinta meskipun umur lelaki itu jauh lebih tua darinya

"Terima kasih, aku mencintaimu," ucap Dara malu-malu.

"I love you more, Baby." Tama mengecup bibir Dara sekilas sebelum mengambil mobilnya yang berada di basement. Dia rela menjadi sopir dadakan demi Dara untuk membuktikan keseriusannya.

Padahal sekarang masih pagi, tapi jalanan sudah macet dipenuhi oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Mereka tidak ada yang mau mengalah karena ingin cepat sampai ke tempat tujuan.

Dara berulang kali melihat benda mungil bertali yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Gadis itu terlihat cemas karena sepuluh menit lagi kelasnya akan dimulai.

"Apa kamu bisa lebih cepat lagi, Sayang?"

"Nggak bisa, Sayang. Kamu nggak lihat di depan ada mobil?"

"Kalau aku terlambat lagi gimana?" tanya Dara sambil menggigit kuku jarinya cemas.

Tama malah tersenyum lantas mengusap rambut Dara dengan lembut. "Kamu tenang saja. Aku jamin kamu tidak akan dihukum karena aku menjadi donatur terbesar di kampusmu, Sayang."

Dara berdecak kesal karena Tama lagi-lagi memanfaatkan kekuasaannya. Dia tidak suka. "Tidak bisa begitu dong, Sayang. Aku sudah sering sekali terlambat. Kalau mereka curiga sama hubungan kita gimana?"

Dara tanpa sadar meremas kesepuluh jemari tangannya yang dingin karena takut seluruh dosen dan mahasiswa Sand Box University mengetahui hubungan terlarang yang sudah dia jalani bersama Tama selama dua tahun.

"Kamu tenang saja, semua akan baik-baik saja," ucap Tama sambil menggenggam jemari Dara dengan lembut.

"Apa kamu bisa dipercaya, Tama?" Dara menatap kedua mata Tama dengan lekat, berusaha mencari kesungguhan di sana.

"Tentu saja," jawab Tama sambil tersenyum, begitu menenangkan.

Seperti tersihir, perasaan Dara pun seketika berubah menjadi lebih tenang. "Terima kasih," ucapnya.

Tama mengangguk lalu menginjak gas mobilnya karena lampu sudah menyala hijau. Lima menit kemudian mereka tiba di Sand Box University. Dara sengaja meminta Tama menghentikan mobilnya sedikit jauh dari fakultasnya agar tidak ada mahasiswa yang melihatnya turun dari mobil mewah.

Dara pun cepat-cepat melepas sabuk pengaman yang melilit di tubuhnya karena ingin turun. Namun, Tama malah menahan pergerakan tangannya.

"Apa lagi?" desah Dara karena takut terlambat.

"Kamu melupakan ini, Sayang." Tama menunjuk bibirnya sendiri.

Dara memutar bola mata malas lantas mengecup bibir Tama sekilas. "Sudah?"

Tama tersenyum senang. "Tapi aku belum puas."

Kedua mata Dara sontak membulat karena Tama tiba-tiba meraih tengkuknya lantas menyatukan bibir mereka. Lelaki itu melumat bibir atas dan bawahnya bergantian. Begitu lembut dan dalam.

Holy shit!

Dara hanya bisa pasrah. Perlahan dia memejamkan kedua matanya dan membalas ciuman Tama. Saling melumat dan bertukar saliva. Rasanya sungguh gila dan mendebarkan.

"Erngh ...." Tama melepas pagutan bibirnya karena mendengar erangan halus yang keluar dari bibir Dara.

Dara pun segera menarik napas sebanyak mungkin untuk memasok oksigen ke dalam paru-parunya karena Tama tidak memberinya kesempatan sama sekali untuk mengambil napas.

"Dasar nakal!" maki Dara dengan napas terengah.

Tama malah tersenyum lalu mengusap sudut bibir Dara yang sedikit basah. "Tapi suka, kan?"

Pipi Dara sontak bersemu merah mendengar ucapan Tama barusan. Dia pun segera turun dari mobil Tama lalu berlari masuk ke gedung fakultasnya.

"Awas jatuh!" teriak Tama agar Dara hati-hati.

"Iya," sahut Dara tanpa berbalik menatap Tama.

Tama terus memperhatikan Dara sampai menghilang di balik pintu masuk gedung fakultasnya. Dia pun segera memutar balik mobilnya menuju apartemen Dara setelah memastikan kalau gadis itu benar-benar sudah masuk ke dalam kelas. Tepat saat itu sebuah skuter berwarna biru melintas tepat di sampingnya. Tama tahu betul siapa pemuda yang menaiki skuter tersebut. Pemuda berambut hitam itu adalah putra semata wayangnya bersama Hana.

Dia membeli skuter tersebut khusus untuk sang anak sebagai hadiah saat berulang tahun yang ke tujuh belas. Dia merasa sangat senang karena putranya memakai skuter pemberiannya untuk pergi ke kampus dan merawatnya dengan sangat baik.

Sebagai seorang ayah, Tama sepenuhnya menyadari kalau dia bukanlah sosok ayah yang baik. Namun, dia akan berusaha menjadi orang tua yang baik dan rela melakukan apa pun demi kebahagiaan putra kesayangannya itu, kecuali kembali bersama Hana.

***

"Tumben sekali kamu nggak terlambat, Ra?" Pertanyaan Sasha sontak menyambut Dara saat tiba di kelas. Padahal gadis itu belum sempat duduk dan menaruh tas.

"Aku memang sengaja memasang alaram sebelum tidur, makanya nggak terlambat," jawab Dara sambil terkekeh.

Sasha menghela napas. "Kenapa nggak dari dulu kamu memasang alaram, Ra?"

Dara menggaruk rambut yang tidak gatal mendengar pertanyaan Sasha barusan. Padahal setiap hari dia selalu memasang alaram sebelum tidur, tapi dia selalu saja datang terlambat setiap kali Tama mengajaknya bercinta.

"Kamu nggak lupa kan, sama tugas kelompok kita?"

"Nggak, lah. Mana mungkin aku lupa."

"Baguslah kalau gitu." Sasha terus saja mengajak Dara bicara, membuat seorang cowok yang berdiri tepat di belakang Dara mendengkus kesal karena gadis itu menghalangi jalannya.

"Ehem!"

Dara sontak berbalik membuat wajahnya membentur dada bidang Keynan. "Aduh, sorry!" ucapnya sambil mengusap hidungnya yang terlihat sedikit memerah.

"Bisa minggir dikit nggak?"

"Hah?" Dara menatap Keynan dengan mulut menganga lebar dan mata yang mengerjab-ngerjab lucu.

"Kamu menghalangi jalanku, Andara!" desis Keynan terdengar tajam.

Dara pun cepat-cepat duduk di bangkunya agar Keynan bisa lewat. "Maaf ya, aku nggak tahu kalau kamu sejak tadi berdiri di belakangku."

"Hmm ...," sahut Keynan tanpa menatap Dara. Cowok itu benar-benar dingin dan irit bicara.

"Kok, ada sih ya, cowok modelan kayak dia," gumam Shasa tanpa sadar.

"Dia siapa?" tanya Dara ingin tahu.

"Itu si Keynan. Dia dingin banget."

Dara malah terkekeh. "Maklum lah, Sha. Dia kan, anak baru."

"Seenggaknya dia bisa sedikit ramah kan, sama teman satu kelompoknya."

Dara mengangkat kedua bahunya tidak peduli. Lagi pula dia tidak ingin mengenal Keynan lebih jauh.

***

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Aeris Park
Iya, Kak. Mereka sama-sama selingkuh hehehe
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
oalah ternyata istrinya selingkuh toh
goodnovel comment avatar
꧁🌹ɬཞıąʂ℘ıŋą 🌹࿐꧂
semoga aja, gak timbul rasa antara, keynan dan Dara.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status