Keadaan rumah yang tidak pernah tenang dan damai membuat Rose dan Ryan menjadi pribadi yang kuat. Namun, sekuat-kuatnya mereka berdua, pasti ada saatnya mereka menjadi lemah dan menangis. Hal itu memang tidak dipungkiri.
Pertumbuhan anak-anak pun bisa terganggu jika keadaan rumah yang selalu ribut dengan banyak perkara yang selalu dipermasalahkan. Rumah yang bisa dianggap sebagai istana itu bisa menjadi neraka karena banyaknya setan yang memenuhi rumah itu sehingga selalu terjadi masalah.Namun, Clara adalah wanita yang cukup pintar. Dia selalu melindungi Rose dan Ryan saat sang ayah membawa pulang wanita-wanita dari klub malam. Clara selalu mengajak kedua anaknya bersenda gurau di dalam kamar serta menceritakan sebuah dongeng sampai mereka berdua tertidur. Clara tidak ingin jika kedua anaknya sampai melihat sebejad itukah ayah mereka. Melihat ayahnya selalu memperlakukan ibunya dengan kasar itu sudah termasuk pukulan yang sangat berat untuk Rose dan Ryan, tapi Clara selalu tersenyum dan tegar di hadapan kedua anaknya.Beruntung sekali sifat dan sikap Clara menurun pada kedua anaknya. Clara berharap tidak ada sifat jelek dari ayahnya yang menurut ke keduanya anaknya, terutama Ryan. Clara berharap Ryan tumbuh menjadi seorang laki-laki yang bertanggung jawab dan Rose bisa mendapatkan seorang pendamping yang bertanggung jawab juga. Itulah harapan Clara yang tidak terlalu tinggi pada kedua anaknya.Roland memang memperlakukan Clara dengan buruk, tapi pria itu masih memperlakukan Rose dan Ryan dengan baik walaupun sebenarnya Roland tidak menyukai keberadaan kedua anak itu.Malam seperti biasanya Roland membawa pulang seorang wanita yang tubuhnya begitu sangat seksi. Saat hendak menaiki anak tangga Roland berpapasan dengan Clara dan Clara memberanikan diri untuk menegur Roland."Roland, lebih baik kau jangan sering-sering membawa wanita pulang ke rumah. Hal seperti ini tidak baik jika dilihat kedua anak kita.""Apa? Kedua anak kita? Ini rumahku. Aku yang berhak atas rumah ini. Terserah aku ingin membawa pulang siapa pun dan apa hakmu melarangku? Kau ini hanya menumpang di rumahku ini. Sampai di sini kau paham kan dengan kata-kata ku? Cepat minggir dari hadapanku. Kau menghalangi jalanku," usir Roland pada Clara.Clara hanya bisa menarik napas. Segitu teganya Roland mengatakan itu pada Clara. "Apa aku serendah itu? Sampai aku sama sekali tidak dianggap sebagai istrinya. Jika bukan karena Rose dan Ryan, entah apa yang akan aku lakukan," ujar Clara lirih.Clara meremas bajunya. Lantas dia melangkah masuk ke dalam kamar. Di dalam kamar Clara melihat Rose dan Ryan sudah tertidur dengan sangat pulasnya. Clara melangkah mendekati sisi ranjang dan dia duduk di sana. Tangan Rose terulur ke depan dan membelai lembut rambut Ryan. Tidak terasa air mata Clara menetes jatuh membasahi sprai saat dia teringat kata-kata Roland."Mereka berdua adalah anakmu," ucap Clara sendu.Kenapa Roland bisa sebenci itu pada Clara? Apakah Clara pernah berbuat salah pada Roland sehingga Roland tega berbuat begitu pada Clara istrinya sendiri.Hal itu berawal dari pertama Clara dan Roland melakukan pendekatan. Yang di mana Clara memang adalah gadis tercantik di desanya dan banyak laki-laki yang menaruh hati pada Clara. Namun, pada saat itu Clara sudah mempunyai tambatan hati, tetapi dia bukanlah Roland. Kekasih hati Clara waktu itu sedang pergi merantau, akan tetapi tiba-tiba dia sama sekali tidak ada kabar dan Clara masih setia pada pujaan hatinya itu. Justru pada saat itu yang paling aktif mendekati Clara adalah Roland. Roland terus membujuk dan merayu Clara untuk meninggalkan pujaan hatinya itu. Roland meyakinkan jika sang pujaan hati Clara itu bukanlah seorang pria yang baik. Jika dia pria yang baik, tentunya dia tidak akan hilang begitu saja tanpa kabar berita."Sudah berapa lama dia tidak memberimu kabar berita?" tanya Roland pada waktu mengajak Clara keluar untuk sekedar jalan-jalan di taman."Sudah ada 2 bulan lebih," jawab Clara."Lelaki yang baik pasti tidak akan begitu saja menghilang tiba-tiba tanpa kabar," lanjut Roland menatap Clara yang sedang duduk. "Apa kau tidak menaruh curiga sedikit pun? Bisa jadi dia di sana sudah mempunyai wanita lain dan dia dengan pelan-pelan akan meninggalkanmu. Ya, contohnya seperti ini hilang begitu saja tanpa kabar," lanjut Roland.Clara duduk dan mulai mencerna kata demi kata yang terlontar dari bibir Roland. Waktu itu Roland cukup membuat Clara begitu yakin dengan keadaan pada saat itu sehingga Clara bisa dengan cepat mengambil keputusan tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Clara beranggapan jika Roland adalah pria yang baik dan bertanggung jawab. Seorang pria yang lebih baik dari pujaan hatinya itu.Lambat laun Clara bisa melupakan pujaan hatinya dan berusaha untuk membuka hati untuk lelaki lain, tapi justru pada saat itu Clara sudah mulai jatuh cinta pada Roland dan sudah terlihat dengan jelas Roland merasa bangga bahwa dirinya telah memenangkan hati Clara.Singkat cerita Roland dan Clara mulai berkencan. Mereka mantap untuk melangkah ke tahap yang lebih serius. Kedua orang tua Clara pun telah memberi restu pada Roland karena mengetahui jika Roland adalah seorang pengusaha dan itu lebih baik dari kekasih Clara yang sebelumnya. Kedua orang tua Clara selalu menyanjung Roland dan Roland begitu mudah mengambil hati kedua orang tua Clara. Orang tua mana yang tidak setuju jika putrinya jatuh ke tangan pria yang tepat. Kedua orang tua Clara menganggap bahwa Roland adalah seorang pria yang tepat untuk Clara, putri mereka satu-satunya.Clara pun begitu sangat bahagia. Dia mulai berdebar-debar saat menjelang hari pernikahannya.Suasana pernikahan Clara dan Roland begitu megah. Acara berjalan lancar sampai akhir dan acara pernikahan itu menandakan rasa sakit pada para lelaki yang pernah berusaha mendekati Clara, akan tetapi tidak berhasil karena Clara akhirnya memilih Roland.Kebahagiaan terpancar dari wajah Clara dan Roland. Roland membawa Clara untuk berbulan madu dan merencanakan program kehamilan. Roland tidak ingin menunda terlalu lama. Roland ingin segera mempunyai momongan."Aku ingin satu anak perempuan dan satu anak laki-laki," kata Roland tersenyum sambil membelai rambut Clara. Clara menyambutnya dengan senyuman.Namun, di luar dugaan. Setelah Clara resmi menikah dengan Roland dan mereka selesai berbulan madu. Sang pujaan hati Clara datang dengan membawa kabar baik. Laki-laki itu membawa pulang kesuksesan dan justru dia pulang disambut dengan kabar bahwa Clara sudah menikah dengan orang lain. Bagaimana hatinya tidak hancur, tapi dia berusaha untuk berlapang dada dan ingin bertemu dengan Clara untuk yang terakhir kalinya. Clara pun mengabulkan permintaan mantan pujaan hatinya. Clara menemui laki-laki itu tanpa izin dari Roland dan itu membuat Roland sangat marah besar saat mengetahui hal itu. Terlebih lagi Clara menemuinya di rumah pribadi laki-laki itu.Hal itulah yang membuat Roland tidak menyukai Clara pada saat itu. Roland merasakan bahwa dirinya telah dikhianati.Ryan begitu senang dan tidak bisa mengungkapkan kebahagiannya. Dia bahagia bisa hidup bersama dengan Rose. Kini Rose tidak lagi kesepian saat ditinggal Jeno kerja ke kantor.Seperti halnya pagi itu saat Jeno sedang sarapan. Jeno mengutarakan keinginannya untuk mempekerjakan Ryan di kantornya, tapi itu pun dia harus berdiskusi dan meminta izin pada Rose.Rose berpendapat semua terserah Ryan karena Ryan yang akan menjalaninya. Namun, semua kembali ke Ryan dan itu nanti akan dibicarakan bersama setelah Jeno pulang kerja.Setelah kepergian Jeno, Rose pun membereskan rumah dan berniat akan mengunjungi Ryan di rumah kecil di luar sana.Rumah kecil itu masih tertutup rapat. "Sepertinya anak itu belum bangun." Rose memutar kenop pintu dan ternyata terkunci dari dalam."Apa dia belum bangun?" pikir Rose. Kembali gadis itu memutar kenop pintu. "Kenapa harus dikunci segala sih?" keluh Rose mulai kesal pada adiknya sendiri."Kakak, sedang apa di sini?" Tiba-tiba Ryan sudah berdiri di belakang Ros
Satu jam setelah Rose selesai memasak. Gadis itu menunggu pujaan hatinya di ruang tengah. Beberapa kali Rose melangkah ke depan melihat gerbang. Di sana tampak dua orang penjaga sedang berjaga. Rose kembali melangkah ke ruang tengah sambil melipat tangannya di dada. Sesekali melirik jam yang menempel di dinding."Kenapa dia belum pulang?" dengus Rose.Saat mendengar deru mobil masuk, Rose langsung berlari ke depan. Rose kembali terkejut saat melihat siapa yang pertama kali dilihat oleh Rose."Ryan?" ucapnya lirih.Dari pintu sebelah Jeno keluar dan menatap Rose. Jeno tersenyum saat melihat Rose melangkah mendekati Ryan. Sang adik tersenyum dan merenggangkan kedua tangannya."Kak Rose, tidak rindu padaku?" ujarnya.Tanpa diberi aba-aba pun Rose langsung memeluk Ryan. Jeno melangkah mendekati keduanya yang sedang berpelukan. Rose merenggangkan pelukannya dan beralih menatap Jeno."Kenapa kau tidak bilang padaku?" "Aku berniat memberimu kejutan.""Bahkan aku lupa jika aku sedang marah p
"Kau tidak bisa menuduhku begitu saja. Aku bisa menuntut mu," ancam Jeff.Jeno membalikkan badannya menatap Jeff dan juga Paul. "Menuntut ku? Kau memperingatkan ku atau kau sedang mengancam ku? Bagaimana bisa kau menuntut ku?" Jeno memperlihatkan benda pipih yang berpindah tangan dari Sean ke Jeno. Lantas Jeno memperlihatkan sebuah video pada Jeff dan Paul. "Setelah melihat ini, apa kalian akan tetap menuntut ku?" Jeff dan Paul saling pandang. Mereka berdua merasa sangat heran pada pria yang berdiri di depan mereka. Jeff dan Paul merasa jika pria itu sangat ingin melindungi Ryan. "Ryan, kau bayar berapa mereka sehingga mereka seperti melindungi mu?" sungut Jeff pada Ryan. Ryan hanya bisa bengong karena memang dia tidak merasa membayar mereka. Ryan pun tidak mengenal siapa mereka."Jeff, jaga mulut mu itu," titah Martin. Martin paham betul siapa Jeno. Jeno adalah orang kaya nomor satu di kota itu bahkan dia bisa membuat orang menderita dan tersiksa hidup di dunia ini."Kenapa Tuan M
KLUNTANG!Sebuah benda jatuh ke lantai. Nampan yang dibawa oleh Ryan jatuh dan sajian yang dibawa oleh Ryan berceceran di lantai. Kejadian itu membuat Ryan menjadi pusat perhatian."Ryan, apa yang kau lakukan?" pekik Martin."I-ini ti-tidak seperti yang Anda lihat, tuan," ujar Ryan membela."Maksudmu apa? Jelas sekali ini kesalahanmu," seru Martin."Ti-tidak, tuan. Paul dan Jeff sengaja memasang kakinya agar aku tersandung." Ryan berusaha membela dirinya sendiri."Jangan menyalahkan orang lain. Lihatlah menu makanan yang sudah dipesan oleh pelanggan berserakan di lantai. Siapa yang rugi?" teriak Martin."Sa-ya yang akan mengganti biaya kerugiannya," ujar Ryan sambil menundukkan kepalanya."Huft ... cepat bersihkan lantainya," perintah Martin dengan jari telunjuknya mengarah ke lantai yang penuh dengan ceceran daging."Martin ...," panggil Jeno berjalan mendekati Martin. Martin pun membalikkan badannya dan terkejut melihat Jeno."Ma-maaf Tuan Jeno, atas keadaan yang tidak nyaman ini.
Paul dan Jeff sengaja ingin mengerjai Ryan kembali. Mereka berpikir jika Ryan melakukan kesalahan, Ryan akan kena tegur dan pastinya Ryan akan mendapat komplain dari pelanggan juga atau bahkan bisa dipecat?Hal negatif sudah meracuni otak Jeff dan Paul hingga menggunakan cara licik. Sebenarnya Jeff tidak mengetahui jika Paul juga menaruh hati pada Monica, akan tetapi Paul begitu menata rapi perasaannya. Pria itu sanggup memendam perasaannya begitu lama. Berbeda dengan Jeff yang takut jika wanita yang dia taksir diambil oleh orang lain, makanya Jeff begitu terlihat grusah-grusuh.Paul memberi isyarat pada Jeff saat Ryan masuk ke dapur memberikan sebuah kertas berisi pesanan menu."Dua Beef Wellington." Hans dengan cekatan membuatkan menu tersebut.Melihat hal itu Jeff mendekati Paul. Pria itu membisikkan sesuatu pada Paul dan Paul menggelengkan kepalanya. Jeff pun menjauhkan kepalanya dan mengangkat kedua tangannya. Paul mendekati Jeff dan memegang pundaknya."Jangan gegabah ambil tind
Sean terus memantau Ryan dari jauh. Gerak-gerik yang mencurigakan dari Jeff pun bisa ditebak oleh Sean. Terlebih lagi Paul, Sean bisa membaca cara Paul memanipulasi Jeff. Seakan Paul sedang mengincar sesuatu dari Ryan melalui kelemahan Jeff, tapi apa yang diincar Paul? Sedangkan Sean sendiri belum begitu mengenal Ryan, tapi tuannya sudah menyuruhnya untuk melindungi Ryan. Paul mencengkeram tangan Jeff dengan kuat. Paul pun menggelengkan kepalanya, lalu dibalas dengan isyarat oleh Jeff. "Kalian berdua sedang apa?" tanya Ryan yang tiba-tiba membalikkan badannya dan mendapatkan Paul sedang memegang tangan Jeff. Melihat wajah Ryan, Jeff tidak bisa menahan amarahnya. Jeff merasa jika Ryan tengah bermain-main dengan dirinya. Jeff tidak bisa menahan diri, laki-laki itu mengibaskan tangannya untuk berusaha melepaskan genggaman tangan Paul. Jeff langsung mengarahkan bogem mentah di muka Ryan hingga Ryan tersungkur jatuh dan mulut Ryan mengeluarkan darah. Paul langsung menarik tubuh Jeff m