Share

Gadis Tak Waras Istri CEO
Gadis Tak Waras Istri CEO
Author: Kak Farida

Ciuman Gadis Gila

"Kamu mau kemana hah, jangan harap kamu lari dariku."

Tangan Daffin ditarik oleh seorang gadis ketika ia sedang berjalan menghirup udara segar di sebuah desa yang ia kunjungi. Gadis itu sangat marah kepadanya, matanya menatap tajam kepada Daffin.

"Siapa kamu?" tanya Daffin. Ia tak terima atas sikap kasar gadis yang tidak ia kenal.

Tanpa diduga gadis itu langsung mencium Daffin, sontak detak jantung berdebar kencang. Ia tak menyangka mendapatkan ciuman dari seorang gadis yang ia tidak kenal sama sekali.

Tubuh Daffin membeku, siapa sangka niat berlibur malah mendapatkan ciuman. Dengan kasar gadis itu melepaskan ciumannya lalu menampar pipi Daffin dengan keras, sampai suara tamparannya memekik di telinga Daffin.

Setelah menampar, gadis itu pergi begitu saja. Tangan Daffin mengepal dengan kuat, hatinya langsung sangat murka dengan tindakan gadis itu. Ia mengejar gadis yang menamparnya, di dalam hatinya gadis itu harus meminta maaf, kalau perlu berlutut.

"Jika dia tidak mau minta maaf, akan aku laporkan ke kantor polisi," gumam Daffin. Hatinya penuh dengan emosi.

Ia terus menatap, mengejar gadis itu. Tidak perduli paras gadis itu cantik, buat apa kecantikan tapi tidak punya akhlak. Menampar seseorang yang ia tidak kenal. Daffin berlari untuk meraih bahu gadis itu.

Gadis itu menoleh, tatapan bak singa betina menatap Daffin. Ia tidak ada rasa bersalah sama sekali telah menampar Daffin.

"Don't touch me!" tangan Daffin ditangkis lalu tangan gadis itu melayang dengan keras, menampar pipi Daffin sekali lagi.

Jangan ditanya bagaimana rasanya, hawa panas pipi Daffin sampai menembus ke hati. Wajah Daffin sudah merah, emosi memuncak. Ia mengangkat tangannya dan menampar keras dengan telapak tangan besarnya itu, sampai kepala gadis itu memutar sembilan puluh derajat, bibirnya mengeluarkan darah.

Tangan Daffin bergetar, ia tidak menyangka akan menampar pipi gadis itu dengan keras. Terlihat mata gadis itu mengeluarkan kristal mencair membasahi pipinya yang putih. Ia berlari setelah mendapatkan belaian emosi dari Daffin.

"Gila kenapa gue lost control banget sih." Daffin memaki dirinya sendiri, ia merasa menyesal telah membalas tamparan gadis itu. Ia mencari gadis yang telah hilang dari penglihatannya. Meminta maaf karena telah menamparnya. Tidak sepantasnya seorang pria menampar seorang gadis dengan sangat keras sampai bibirnya berdarah.

Daffin berlari, menatap kiri dan kanan mencari keberadaan gadis itu. Langkahnya melambat ketika ia melihat gadis itu sedang duduk di bawah pohon. Memegang rambutnya yang panjang. Ia berjalan mendekati gadis itu, duduk bersama dengannya. Gadis itu tidak menoleh kepadanya walaupun ia sudah duduk di sampingnya. Ia terus memegangi rambut, sorotan mata yang kosong.

"Hai, maafkan aku telah menamparmu." Daffin memegang pundak gadis itu, ia menoleh dan tersenyum kepada Daffin kemudian menangis tanpa suara.

"Aku mohon jangan tinggalkan aku." Gadis itu langsung memeluk Daffin sangat erat.

Daffin merasa aneh dengan gadis ini, emosinya berubah dengan cepat. Awal bertemu Daffin dicium lalu ditampar dua kali, tapi kali ini memeluk dia.

Detak jantungnya berdebar keras saat gadis itu memeluknya dengan erat. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, tetapi dia tidak tega untuk melepaskan gadis itu dalam keadaan sedih seperti ini.

"Dengar, aku sungguh-sungguh minta maaf," ucap Daffin dengan nada yang tulus.

Ia tidak mempunyai kata-kata lagi selain minta maaf. Bibirnya membeku ketika gadis itu menangis dalam pelukannya, bahkan gadis itu meletakkan kepalanya di dada Daffin. Sebagai lelaki normal, pasti akan keringat dingin dipeluk oleh gadis cantik.

Gadis itu langsung mendorong tubuh Daffin. Ia tertawa dan menatap Daffin sangat tajam.

"Maaf katamu, sudah mempermainkanku kemudian meminta maaf!" Gadis itu menatap nyalang ke arah Daffin.

Ya Tuhan, sudah aku duga. Gadis ini jiwanya sakit, emosinya tidak terkontrol, batin Daffin.

Sungguh ini liburan yang jengah bagi Daffin, berniat bersantai-santai dari kerjaan yang tiada habis-habisnya tapi malah bertemu dengan gadis tak waras. Sesuatu kebetulan yang sengaja direncanakan oleh Tuhan.

Daffin menatap gadis itu, yang menggoyang-goyangkan tubuhnya sambil memilin rambutnya yang panjang tapi tak terawat. Ia menelisik wajah gadis itu yang sepertinya sangat familiar di ingatannya. Berupaya mengingatnya tapi ia tak ingat.

Gadis tak waras itu sedang tenang, bibirnya sedang bersenandung. Tak ada takut di hati Daffin berdekatan dengan gadis itu. Ia kembali duduk sejajar dengannya mendengarkan senandung gadis tak waras itu.

Suara senandungan berhenti, kemudian gadis tak waras itu memegang kedua pipi Daffin, di belainya dengan lembut. Waktu seakan-akan berhenti dengan sentuhan gadis itu.

"Tolong jangan tinggalkan aku." Gadis itu mengeluarkan air mata.

Daffin merasakan kesedihan yang mendalam dari air mata yang dikeluarkan oleh gadis itu. Entah kenapa tubuh Daffin membeku tidak bergerak, seakan terhipnotis dengan suara tangisan gadis tak waras itu.

"Jangan pergi, aku akan melakukan apapun yang kamu mau." Gadis itu memeluk tubuh erat Daffin, isakan tangis mewakili sebuah hati yang terluka.

Apa yang gadis ini alami? Sampai dia bisa kehilangan akal sehatnya, batin Daffin.

Perlahan pelukan erat itu melonggar dan tubuh gadis itu terasa lemas. Daffin merasakan tangan gadis itu menggantung, ia menangkap tubuh yang lunglai, lemas tak ada tenaga.

"Ya Tuhan, dia pingsan," gumam Daffin.

Ia tidak kenal dengan gadis ini, melihat sekeliling tidak ada manusia yang melintas. Panik? Tentu saja Daffin sangat panik ketika gadis itu pingsan tiba-tiba dan ia sedang memeluknya.

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status