Daffin menyalahkan mobilnya, ia tak mau berlama-lama di tempat itu. Benar saja, apa yang ia pikirkan. Diki berlari sambil menggenggam tangan Silvia dan masuk ke dalam mobil, mengikuti mobil Daffin.
Daffin menambah kecepatan mobilnya, Diki tak mau kalah. Ia pun melajukan mobilnya dengan cepat mengikuti kemanapun mobil Daffin bergerak. Daffin melihat dari kaca spionnya, terlihat mobil Diki mendekat. Ia mencari celah agar Diki tidak bisa mengejarnya. Ia melihat di g****e map bahwa di depan ada gang kecil, ia membelokkan mobilnya dengan tajam secara mendadak. Melintasi gang kecil yang hanya bisa masuk untuk satu mobil, jika ada mobil dari depan yang berlawanan arah, maka Daffin tidak bisa keluar.Tin... tin...Daffin menekan klakson, jika ada mobil di depan gang tersebut akan tahu bahwa ada mobil yang sedang melintas. Ia melihat kaca spion kembali, Diki masih mengikutinya dari belakang.“Ah sial, berengs*k itu masih ngejar gue,” gumam Daffin.Ia tidak menurunkan kecepatan laju mobilnya, terlihat beberapa meter jalanan besar di depan. Daffin menambahkan kecepatannya dan keluar dari gang sempit itu. bertepatan Daffin keluar ada mobil yang masuk berlawanan arah ke gang kecil itu, mengakibatkan mobil Diki berhenti tidak bisa mengejar mobil Daffin yang sudah melesat jauh.“Yes, berhasil,” ucap monolog Daffin sangat senang.Ia langsung mengarahkan laju mobil ke Desa Lembah, dalam perjalanan ia memikirkan Silvia, masih ada rasa nyeri jika mengingat dirinya. Perjalanan cinta selama empat tahun, hancur begitu saja dan yang paling menyakitkan, ia menikah dengan Diki, kakak tirinya.“Jika, Silvia menikah dengan Diki. Itu artinya Silvia sepupu Lili?” gumam Daffin.Daffin menginjak rem mobil dengan kasar, tangannya mencengkram stang mobil sangat kuat. Ia tak menyangka, takdir sangat rumit yang ia alami.Hatinya kini semakin resah, Silvia pulang artinya mereka akan menuju Desa Lembah. Lili akan semakin terpukul jika ia melihat Diki dan Silvia semakin mesrah. Tanpa pikir panjang, ia langsung menjalankan mobilnya ke rumah Lili. Daffin memarkirkan mobilnya dengan jarak yang agak jauh dari rumah Lili, ia takut Silvia akan datang ke kediam Lili dan mengetahui mobilnya.Ketika Daffin ingin mengetuk pintu dengan tangan yang masih mengambang, ia mendengar percakapan di dalam rumah."Pak, Bu, Bagaimana jika Lili sembuh dari gilanya," ucap Raka, suara terdengar sangat takut, gelisahan. Terdengar mereka sedang berkumpul dan membicarakan tentang Lili."Makanya, Ibu menyuruh pria kota itu menikahi Lili," sambung Nisa, bibirnya mengukir senyum licik. "Wajahnya agak mirip memang dengan Diki, lagi pula pria itu sudah memeluk dan mencium Lili bahkan Lili agrsif sudah mencium wajah lelaki itu, kita harus memaksanya untuk menikahi Lili. Berdalih, walau Lili gila, ciumannya adalah ciuman pertama Lili dan harus segera menikahinya. Jika Lili menikah dengan pria itu, pasti ia akan dibawa ke kota dan harta peninggalan kedua orang tua Lili menjadi milik kita."Mereka berkumpul dengan pemikiran liciknya, mencoba merencanakan kejahatan untuk melenyapkan Lili dengan cara yang tidak masuk logika.Mereka tak sadar, Daffin sedang menguping. Niat Daffin ke rumah Lili memang ingin menerima pernikahan ini, dia tahu bahwa menikah dengan wanita gila tidak sah dalam agama islam. Daffin sudah memikirkan itu, ia akan menikah dengan ustaz gadungan, mengucapkan ijab kabul dan membawa Lili pergi dari desa itu.Ada rasa iba dengan Lili, lebih lagi sepupunya akan datang ke desa ini, Lili akan bertambah terguncang jiwanya. Daffin terus melebarkan kupingnya agar mendengar percakapan mereka.“Silvia, anak kandung kita sebentar lagi pulang Pak. Suaminya kaya lagi, Ibu nggak menyangka Diki langsung mau menikahi Silvia, padahal tinggal ijab kabul aja dengan Lili,” ucap Nisa. Mereka sedang bercerita penyebab kewarasan Lili terenggut.“Ada gunanya juga, waktu lahiran Ibu menyuruh Bapak tuker anak kita dengan anak Kak Yuli di rumah sakit, jadi anak kita bisa hidup enak dari kecil. Dan Kak Yuli dan suaminya mati juga, setelah rem mobilnya Bapak putuskan,” ucap Rio."Jika kita nggak bisa membuat ia menikah dengan orang kota itu, kita habisi aja dengan cara bersih," ucap Anisa.Tubuh Daffin lemas, ia terkejut dengan kenyataannya. Diki menikah dengan Silvia dan meniggalkan Lili. Itu semua karena dendamnya dengan Daffin. Artinya Lili gila secara tidak langsung karena dia. Daffin baru ingat, kenapa wajah Lili sangat familier, karena Silvia sering memperlihatkan foto Lili, ia pernah berkata bahwa sepupunya sangat cantik tapi sayang miskin. Dan ternyata Lili bukan anak kandung Anisa dan Rio.Daffin menguatkan hatinya, ia sudah memantapkan hati untuk menjaga Lili, sampai ia sembuh dari penyakit gilanya dan membantunya untuk membalas dendam kepada orang-orang yang telah menyakitinya.Tok TokDaffin menarik nafas, keputusan ini memang sangat berat bagi dia tapi demi menyelamatkan Lili dia akan berpura-pura.“Assalamu’alaikum.” Mereka yang ada di dalam langsung berhenti berbicara.“Wa’alaikumsalam.” Nisa membuka pintu. Betapa terkejutnya Nisa ketika mengetahui bahwa yang datang adalah Daffin. Ia berharap agar percakapan mereka sebelumnya tidak di dengar oleh Daffin, akan gagal rencananya.“Nak, Daffin. Bagaimana Lili?” tanya Anisa dengan suara lembut. Perannya kini berbeda dengan sebelumnya yang sangat membenci Lili, di hadapan Daffin seperti ibu yang sangat menyayangi putrinya.“Bu, saya mau menikah dengan Lili malam ini. Nanti biar Gilang yang atur penghulu, nikah sirih yah Bu. Saya sudah jatuh cinta dengan anak Ibu,” kata Daffin. Ia mencoba untuk meyakinkan Anisa, Lili adalah korban dari masa lalu Daffin sehingga ia merasa ada tanggung jawab untuk menyelamatkannya.“Benarkah, Nak Daffin. Ya Allah, kami nggak menyangka. Siapa tahu Lili bisa sembuh dengan kehadiran Nak Daffin.” Mereka tersenyum bahagia karena harta peninggalan Lili akan berpindah tangan kepada mereka.“Iya Bu, Benar. Nanti langsung ke rumah Gilang yah Bu. Aku hanya memberi tahu itu aja, karena aku akan mempersipakan pernikahan ini,” ucap Daffin.Setelah mengutarakan niatnya Daffin langsung berpamitan dan masuk ke dalam mobil. Mobil mulai berjalan meninggalkan rumah Lili.“Gila, gue bakal nikahin gadis gila. Lagi pula dia gila gara-gara gue juga.” Saat dia memikirkan ini, gawainya bergetar. Telepon dari Gilang, ia memasang earphone di telinganya.Fin, lama banget sih lu! Lili sudah sadar, dia dari tadi nangis terus. Ini kerjaan lu sebagai dokter jiwa. Gue dokter anak, bukan pegangan gue.Sorry, tadi ada kejadian yang bikin gua lama. Gua bakal ceritain semuanya. Tapi yang terpenting, lu cariin ustaz gadungan. Gua bakalan pura-pura nikah sama Lili.Lu, ikutan Gila Fin? Gadis gila lu mau nikahin. Haram, nggak sah.Gue mau selamatin Lili, lagi pula gue udah dapatin ciuman dia, pokoknya lu siapin apa yang gue mau, nanti gue jelasin. Pokoknya lu sekarang cari ustaz gadungan, oke! Percaya sama gua. Tapi gua mau Arina nggak tahu hal ini, lu urus deh. Malam ini gua nikah bohongan sama Lili.Gila lu, limpahin ke gue.Hanya lu sahabat gue Lang.Telepon pun berakhir, Daffin menghela nafasnya sangat berat. Ia mulai merencanakan langkah-langkah yang akan diambilnya. Dia tahu bahwa harus waspada dan siap menghadapi segala kemungkinan.Pertemuan dengan Silvia dan Diki merupakan tanda akan ada masalah besar, tetapi Daffin siap menghadapinya dengan kecerdasan yang ia punya. Ia tidak mau bersembunyi terus, kini saatnya ia akan menunjukkan siapa dirinya sekarang.Bersambung..."Kak Silvia bangun Kak." Lili berteriak memanggil kakak sepupunya tapi dia sudah tidak sadarkan diri.Diki langsung diringkus oleh pihak kepolisian, tangannya langsung diborgol. Ia melihat ke arah Daffin dengan tatapan yang tajam, tapi Daffin tidak perduli. Ia langsung menghampiri Lili yang masih memeluk kakak sepupunya."Tomi, telepon ambulans sekarang," perintah Daffin.Tubuh Silvia langsung dibawa ke rumah sakit, pisau masih menancap di punggungnya. Lili sangat syok melihat Silvia yang mengorbankan nyawanya demi dia. Ia terus menangis di dalam mobil ambulans, berharap kakak sepupunya bisa terselamatkan dan janinnya tidak mengalami hal apapun."Tenang Sayang Silvia pasti akan selamatkan." Lili yang sangat terguncang, tangisannya tidak berhenti sejak Silvia tertusuk.Dalam keadaan tengkurap Silvia berada di atas brankar. Sesampainya di rumah sakit, ia langsung dilarikan ke ruangan IGD dan diperiksa. Di sana dokter langsung memutuskan untuk segera operasi. Lili juga menjelaskan bahwa
Ketika aku membuka mata, tampak asing di penglihatanku. Di mana aku berada? Kepalaku agak pusing, aku berharap semoga kandunganku baik-baik saja, karena aku mengingat betul ketika aku dibius dan diculik, tapi entahlah siapa orang yang menculikku.Berharap agar Mas Daffin langsung menemukanku. Ya Allah tolong aku dan janinku ini agar kami tetap sehat. Tanganku diikat dan kakiku juga diikat, aku tidak bisa bergerak sedikit pun hanya mata ini yang bisa menatap ke kiri dan ke kanan. Melihat sekitar tempat yang aku tidak kenal. Tubuhku di atas ranjang big size.Terdengar suara langkah kaki mendekat ke ruangan ini. Aku menatap pintu dari ruangan itu, berharap Mas Daffin lah yang membuka pintu itu, tapi setelah pintu terbuka, pupus harapanku. Ternyata bajing*n itu yang menculik aku, Diki."Lepaskan aku, mau apa kamu menculikku?" tanyaku dengan setengah berteriak."Kamu bertanya mau apa aku? Jawaban itu seharusnya kamu tahu, aku ingin kamu." Diki mendekatiku, ia duduk di samping ranjang dan m
Daffin dan Lili bergandeng tangan keluar dari gedung acara tersebut. Mereka tidak luput dari kamera para wartawan, menanyai dan juga mengambil foto mereka. Daffin sudah merasa cukup diwawancarai dan berfoto. Ia langsung menarik tangan Lili untuk masuk ke dalam mobil. Jika menuruti kemauan wartawan, wawancara tak akan habis-habisnya."Kak Silvia pasti sudah tahu Mas, mengenai Diki. Bagaimana perasaannya? Suaminya sudah tidak mempunyai apa-apa lagi. Apakah Diki benar-benar tidak mendapatkan warisan Mas?" tanya Lili."Mereka hanya mendapatkan sebuah apartemen, karena harta Mamah itu dimiliki sebelum menikah dengan Anton, ayah tiriku," jawab Daffin."Masalahku sudah selesai dan juga hakmu juga sudah kamu dapatkan. Ada satu hal yang mengganjal di hatiku Mas," ucap Lili.Sejak kemarin Lili masih terpikir seseorang yang menghadang mobil Daffin. Bukan Diki ataupun Anton pelakunya, tetapi ini masih misterius. Lili juga menyuruh Tomi untuk menyelidiki hal itu.Setelah acara pengangkatan CEO Ru
Daffin tidak hanya dengan Lili ke acara Diki, ia juga bersama dengan kedua orang tua Gilang, karena rupanya Anton mengundang mereka.Kedua orang tua Gilang merupakan pengusaha, tapi usahanya masih di bawah Daffin maupun Diki, walaupun bisnis Daffin dibantu oleh Gilang. Ketika kedua orang tua Gilang mengalami kebangkrutan, mereka ditolong oleh mamah Daffin yang menyuntikkan dana, sehingga perusahaannya masih bisa berdiri sampai sekarang.Sabia, mamah Daffin merupakan sahabat dari ibunya Gilang. Mereka sangat dekat dan sabia tidak akan diam saja ketika perusahaan suami dari sahabatnya gulung tikar."Tante, Om, mari kita berangkat," ajak Daffin."Wow kalian tampak serasi sekali, oh iya, selamat yah karena istrimu sudah hamil. Gilang yang memberitahu kepada Tante. Andaikan mamahmu masih hidup, dia pasti akan senang sekali dengar berita gembira ini," ucap Indah ibu dari Gilang."Terima kasih Tante, doakan semoga istri dan calon buah hati aku sehat sampai melahirkan ya. Mamah pasti tahu, ia
"Sayang, aku minta maaf. Itu kan karena obat laknat itu, jika aku sadar seratus persen nggak bakalan aku sentuh Silvia. Istri aku lebih cantik kok."Lili merajuk, ia marah besar setelah melihat video itu. Bahkan di sentuh tangannya oleh Daffin, ia langsung melepaskannya. Daffin yang sudah sangat mencintai Lili ketar ketir dibuatnya. Ketika ia menjadi CEO sikapnya sangat dingin kepada karyawan, apalagi dengan karyawan wanita. Menjadi dokter psikiater sangat karismatik di depan para pasiennya. Tapi di depan Lili, jika istrinya itu marah. Ia berubah seperti ayam kehilangan induknya."Waktu obat itu mulai bekerja, Mas masih setengah sadar kan? Kenapa nggak pakai setengah kesadaran Mas untuk menolaknya dan ini malah menikmatinya. Sudah ah, Mas jangan sentuh aku dulu. Lagi pula aku masih sakit, nggak nikmat disentuh seperti Mas dicumbui oleh Kak Silvia, menyebalkan."Lili langsung ke kamar dan menutup pintu dengan sangat kasar. Ia mengunci kamar tersebut, Daffin mengacak-acak rambutnya kar
Lili membuka mata, ia terkejut berada di atas brankar rumah sakit. Daffin duduk di samping ranjang, ia mengerutkan dahinya. Kenapa posisinya jadi terbalik? Ia yang di atas brankar rumah sakit sedangkan suaminya sedang menggenggam tangannya dan duduk di pinggir ranjang."Mas, kok aku ada di sini?" tanya Lili. Ia bingung dengan Daffin yang membelai rambutnya."Kamu pingsan Sayang, ketika aku bangun kamu berada di sofa. Aku dekati kamu dan membangunkan, tapi kamu tidak bangun. Aku baru tahu bahwa kamu sedang pingsan. Panik banget, lalu aku panggil dokter," jawab Daffin.Lili memang terasa sangat pusing karena benturan mobil cukup keras, sehingga kepalanya terasa sakit. Dia baru merasakan ketika berada di rumah sakit, saat melakukan hal gila itu, mengendarai mobil dengan menabrakkan mobilnya ke mobil penjahat, ia tidak merasakan apapun karena hatinya sedang diselimuti kegelisan dan hanya berpikir bagaimana menyelamatkan suaminya yang sedang dipukuli oleh orang yang tidak dikenal."Lalu k