Share

GTMTMA BAB 4

Author: sugi ria
last update Last Updated: 2023-12-29 09:39:54

"Mereka pasti sekongkol!" desis Birru melihat Wafa yang lari pontang panting masuk ke rumahnya setelah membanting pintu kendaraan di depan mobil Vero. Birru berhasil mengejar Vero, menahan wanita itu hingga sang kekasih mau mendengarkan penjelasannya.

Vero sendiri tak terlalu menggubris ucapan Birru barusan. Dia masih terkejut dengan kenyataan kalau Birru memang sudah menikah. Namun alasan kenapa Birru harus menikahi istrinya sekarang membuat hati Vero mencelos.

"Jadi kalian menikah karena dia sudah menyelamatkan kamu dan mendonorkan darahnya?" Vero memastikan lagi. Dengan Birru mengangguk, mengiyakan.

Vero menghela nafas, tidak menyangka keegoisannya waktu itu membuatnya harus kehilangan Birru yang kini sudah menikah dengan wanita lain. Saat Birru kecelakaan, Vero memilih mengikuti fashion show ke luar kota ketimbang merawat sang kekasih.

Menyesal? Entahlah. Meski detik berikutnya Vero tersenyum ketika Birru berujar kalau pernikahan mereka hanya sementara. Sampai kakek Birru lengah, hingga lelaki itu bisa menceraikan Zee. Padahal Abdi sendiri sudah menyiapkan rencana untuk membuat Birru mustahil berpisah dengan Zee.

"Maafkan aku, Birru. Harusnya aku tidak pergi waktu kamu lagi sakit," lirih Vero berusaha meraih simpati Birru. Suami Zee menghela nafas. Dia sebenarnya ingin marah waktu tahu Vero lebih memilih pekerjaannya dibanding dirinya. Dengan hasil Zee lah yang merawat Birru saat itu.

Namun kemarahan Birru berbalik arah, ketika pada akhirnya dia sadar kalau justru dirinya yang sudah menyakiti Vero dengan terpaksa menikahi Zee. Dilema melanda dua orang itu. Hingga Birru memeluk Vero yang mulai terisak. Mencoba menenangkan sang kekasih.

Saat Birru memeluknya, Vero mengulas senyum. Dia tidak akan kalah dengan istri Birru saat ini, sebab Vero tahu kalau hati Birru masih dalam genggamannya. Vero akan tunjukkan siapa pemilik Birru yang sebenarnya.

Satu pesan masuk ke ponsel Birru dari Abdi. "Pulang! Istrimu sakit!" Birru berdecak kesal, mengabaikan pesan Abdi meski dengan akibat dia akan diceramahi tujuh hari tujuh malam. "Alasan saja!" gerutu Birru. Sama sekali tak peduli pada titah sang kakek.

Sementara itu di kamar utama. Wafa baru saja menyuntikkan obat pada Zee. Keadaan gadis itu berangsur membaik. Wajahnya tak sepucat tadi, nafasnya sudah mulai teratur. "Tidak perlu di bawa ke rumah sakit?" Abdi bertanya cemas.

Wafa berkata tidak. Lelaki itu menghela nafas setelah tuan besar Erlangga keluar kamar Zee. "Jadi serius dengan programnya?" Wafa memastikan. Zee mengangguk lemah, dia merebahkan tubuhnya di sofa.

"Ayo kubantu pindah ke kasur. Lebih nyaman di sana." Zee menggeleng, menolak bantuan Wafa.

"Kasur itu terlarang untukku," lirih Zee. Wafa membulatkan mata. Tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Dokter itu tak menyangka kalau Birru bahkan bisa bersikap seperti itu.

"Pria apa yang membiarkan wanita tidur di tempat sempit begini. Jika aku tidak tahu alasan kenapa kamu menerima tawaran Tuan Besar, mungkin aku akan minta kamu berpisah sama lelaki yang bahkan tidak ada saat istrinya sakit. Setidaknya dengan alasan moral dan kemanusiaan," protes Wafa panjang sekali.

"Aku tidak berharga di matanya, Fa. Bahkan dengan kenyataaan bahwa aku yang sudah menyelamatkannya." Zee menghela nafas. Menyesal? Terlambat. Namanya dan Birru sudah tercatat sebagai pasangan suami istri, agama dan negara mengakui.

"Juga dengan taruhan nyawa." Wafa mendengus kesal. Ingat bagaimana Zee sebenarnya tidak memenuhi syarat untuk mendonorkan darahnya guna menolong Birru. Tapi gadis itu memaksa. Sampai takdir menyatukan keduanya.

"Selamat siang Tante," sapa Zee riang. Aura positif gadis itu yang mampu membuat Kamelia terhibur selama ini. Jika tak ada Zee, entah apa yang terjadi pada wanita itu. Jasa Zee terlalu besar untuknya.

"Sudah selesai kuliah?" balas Kamelia. Sang gadis mengekor langkah Kamelia menuju teras. Mata Zee memindai rumah berpagar tembok tinggi. Seolah melindungi siapa penghuninya dari pandangan orang luar.

Halaman luas ditanami tanaman mawar beraneka warna. Keadaan ini mengingatkan Zee akan tempat tinggalnya kini. "Tempat tinggal Zee juga banyak tanaman mawarnya." Gadis itu mengeluarkan sketsa yang telah siap untuk dikoreksi.

"Benarkah? Apa kamu suka tinggal di sana?" bidik Kamelia. Ekor mata wanita cantik melirik Zee yang air mukanya langsung berubah. "Awas kamu kalau sampai buat Zee menderita," batin Kamelia dalam hati.

"Ya begitu deh, Tan." Sendu mengiringi ucapan Zee, bertolak belakang dengan keseharian gadis itu yang ceria. Kamelia mengusap puncak kepala Zee, mengalirkan damai menenangkan layaknya sentuhan ibu yang Zee rindu.

"Sabar ya Zee. Nah, Tante mulai koreksinya ya." Begitu mendengar kata koreksi, binar mata Zee muncul. Dia selalu antusias jika belajar masalah design. Siapa yang menyangka jika selama ini mentor rahasia Zee adalah Kamelia, siapa dia tak banyak yang tahu. Setahu Zee Kamelia adalah teman kedua orang tuanya. Wanita itu menyembunyikan identitas sebenarnya untuk tujuan tertentu.

Birru melonggarkan simpul dasi yang seperti mencekik lehernya. Program kunjungan lima tahunan akan segera di mulai. Kali ini tak bisa ditunda lagi, setelah Birru harus menundanya karena kecelakaannya saat itu. Pria tersebut sedang tak ingin bepergian, tapi kewajiban ini juga tak bisa diwakilkan.

"Tidak bisa ditunda sampai akhir tahun apa?" Birru memegang pelipisnya yang berdenyut nyeri. Ada banyak hal yang harus dia selesaikan, tapi dia tidak tahu harus mulai dari mana.

"Tidak bisa, ditunda lagi berarti kamu harus berhadapan dengan Tuan Besar," sahut Dika. Tangan lelaki itu tengah menghubungi seseorang sesuai perintah Birru.

Birru memejamkan mata. Tampak berpikir, lama dia melakukan hal itu, hingga sebuah ide muncul di benak Birru. "Aku bisa mengakhirinya setelah kembali dari dinas luar," batin Birru. Senyum lelaki itu mengembang bersamaan dengan kabar dari Dika.

"Dia ada di kafe sebelah." Dika berucap sambil menatap kepo pada Birru. Sang atasan segera bangkit dari kursinya. Merapikan penampilannya, lalu bergegas menuju tempat yang Dika infokan.

"Mari selesaikan semua hari ini."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Tengil Milik Tuan Muda Arogan   GTMTMA BAB 82

    Radit tak berkutik, lelaki itu kena marah Sita. Sekaligus kena hajar Nadia yang langsung menghadiahkan bogem mentah pada Radit. Gadis itu marah besar pada Radit yang dia pikir sudah melecehkannya."Jadi karena kejadiannya seperti ini, maka hari ini kami akan melamar nona Nadia." "A-apa? Tante mau melamar saya?" Nadia terkejut luar biasa saat Sita mengutarakan keinginannya. Sementara Radit tampak pasrah duduk di sofa tunggal ruang keluarga, masih mengenakan bath rope tanpa ada meinginan untuk mengganti pakaian.Pun dengan wajah lebamnya, dia biarkan begitu saja. Pria itu tak ada tenaga untuk meladeni dua wanita yang kemungkinan besar akan jadi sumber stres paling besar dalam hidupnya."Radit! Kamu jangan diam saja! Bantu mama bujuk nadia. Kan kamu yang berulah.""Apaan sih Ma. Baru nyicil cium doang mama sudah mengganggu. Sebal!" Sita dan Nadia kompak mendelik."Pokoknya Mama gak mau tahu, Mama mau lamarin Nadia buat kamu nanti malam.""Tapi Tante, mama Nadia ....""Tenang, mamamu sud

  • Gadis Tengil Milik Tuan Muda Arogan   GTMTMA BAB 81

    "Tolonglah Ma, ini tidak seperti yang Mama lihat."Radit merengek dengan tubuh bagian atas tanpa baju, bahkan gasper lelaki itu sudah berada di lantai dengan kancing celana terbuka. Zee buru-buru mundur, berlindung di belakang tubuh Birru. Sesaat mencuri pandang siapa yang tengah terbaring di kasur Radit."Tapi buktinya kamu memperkosa anak gadis orang Dit." Sita yang akhir-akhir ini mulai stabil mentalnya karena kasus Dion, tampaknya bakal terguncang lagi."Perkosa apa sih Ma, belum sempat buka ini. Belum keluar juga naganya. Dianya aja yang napsu, main tarik baju Radit."Zee menutup telinganya, amboi Radit ampun juga kalau ngomong sama mamanya. "Mas tolongin!" Radit memohon pada Birru dan Alfa bergantian. Giliran dua pria itu bertukar pandang. "Dia siapa?" Kamelia bertanya lirih. Perhatian semua orang teralihkan pada sosok yang telentang di ranjang Radit. "Bukannya dia Nadia Affandi, putri pengusaha Ramlan Affandi." Semua mata tertuju pada Mega yang selesai bicara."Busyet Dit, se

  • Gadis Tengil Milik Tuan Muda Arogan   GTMTMA BAB 80

    Dalam hidup selalu ada yang berubah. Semua hal bisa berganti mengikuti keadaan di sekitarnya. Atau berubah karena suatu hal. Ada orang yang ekonominya menjadi lebih baik saat dia bekerja lebih giat. Atau seseorang yang menjadi luluh karena perhatian orang lain.Dalam kasus ini, yang kita bicarakan adalah Zee. Rupanya usaha Birru tak sia-sia untuk mendapatkan cinta sang istri. Perempuan, bukankah makhluk ini sejatinya punya perasaan yang sangat lembut.Mudah tersentuh dengan perhatian lebih dari orang lain. Apalagi orang itu sekelas Birru. Lelaki yang masih jadi incaran kaum hawa di luaran sana. Bahkan ketika dia sudah mengumumkan kalau dia sudah punya istri dan sebentar lagi akan mendapatkan gelar ayah.Zee perlahan melunak ketika cinta dan kasih sayang Birru terus menyiraminya tiap saat. Zee yang dulu berangan ingin punya suami seorang pria yang setidaknya tahu soal ilmu agama, dibuat tercengang ketika tahu lelaki itu mampu melantunkan ayat dalam kitab suci mereka dengan merdu juga f

  • Gadis Tengil Milik Tuan Muda Arogan   GTMTMA BAB 79

    Alfa sesaat terdiam, melihat sosok Mega yang muncul di hadapannya. Tinggi dengan wajah oriental, rambut panjang diikat asal, tapi tetap terlihat cantik. Kulit putih, serta tubuh ramping. Yang membuat Alfa harus berdehem adalah wajah Mega yang mirip Selin dan Zee yang dijadikan satu."Apa-apaan ini?!" Alfa mengumpat lirih."Selamat siang, Pak. Saya Mega.""Semua sudah siap? Ayo berangkat." Alfa beranjak mengambil ponselnya. Berjalan mendahului Mega yang menghembuskan nafasnya pelan."Dia tidak ingat, ini bagus sekali." Mega melompat kegirangan. Keduanya duduk di mobil yang sama dengan Mega memilih duduk di depan, tidak mau duduk di samping Alfa.Selama perjalanan, Alfa dibuat berpikir keras soal sosok Mega. Siapa gadis ini sebenarnya? Kenapa Alfa seperti mengenalnya setelah dia mengamati Mega lumayan lama.Meeting berjalan lancar dengan kemampuan Mega membuat Alfa diam-diam memuji dalam hati. Kompeten, cakap dan pandai membaca situasi. Mr Han pun sangat puas dengan cara Alfa bernegosia

  • Gadis Tengil Milik Tuan Muda Arogan   GTMTMA BAB 78

    Yang pertama kali Birru lakukan untuk meluluhkan hati sang istri adalah melakukan presscon untuk mengukuhkan pengakuan Birru waktu acara fashion show mengenai statusnya yang sudah menikah dengan Zee.Birru begitu pandai memanfaatkan momen. Ketika media mulai santer menguliti kasus Dion, lelaki itu memanfaatkan waktu untuk membongkar pernikahannya. Hingga perhatian media dan masyarakat teralihkan.Tak melulu membahas kasus Dion, yang tentu saja akan menyeret nama Sita, Radit lantas nama keluarganya akan jadi topik bahasan panas di berbagai media sosial.Birru tak mau itu terjadi, karena itu dia perlu pengalihan isu. Dan pernikahannya adalah bahan yang sangat berpotensi untuk dikulik media. Benar saja, tagar pewaris Erlangga Grup sudah menikah menempati posisi pertama di sistem pencarian."Kamu manipulatif juga." Abdi yang sudah merasa lebih baik perasaannya, tersenyum lebar melihat perkembangan berita akhir-akhir ini."Aku anggap itu pujian." Birru menipiskan bibir. Melihat sang kakek

  • Gadis Tengil Milik Tuan Muda Arogan   GTMTMA BAB 77

    Zee menjauhkan diri dari Birru, begitu melihat Alfa mendekat. Malu luar biasa ketika crush-nya menangkap basah dirinya sedang berciuman dengan sang suami. Kan tidak ada yang salah dengan hal itu Zee. Dia kan suami kamu. Justru salah kalau Zee masih memikirkan pria lain dalam hidupnya."Ganggu saja!" gerutu Birru. Alfa tampak acuh melihat Birru tapi berubah lembut begitu berhadapan dengan Zee. Wajah lelaki itu tampak kusut, gurat lelah terlihat nyata di sana."Pergi sana! Gue mau curhat sama adik gue!" Alfa mengusir Birru, lelaki itu mendudukkan diri di sebuah kursi yang kesannya sengaja disiapkan. Tempat ini sepertinya memang sering dikunjungi. Ada set tempat duduk macam kursi taman, dengan bangunan peneduh. Sangat nyaman untuk digunakan.Zee mengamati Alfa yang terlihat tak baik-baik saja. Sebuah masalah agaknya sedang dihadapi Alfa. "Move on. Cari yang lain. Cewek kayak dia gak pantas elu tangisin." Celetukan tajam Birru menarik perhatian Zee. Ada apa sebenarnya.Alfa terdiam bebera

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status