"Minggir!" Zee membulatkan mata, menatap nyalang pada Birru yang malah menghadangnya di tengah pintu. Wajah jahil Birru tergambar jelas di paras rupawan pria berdarah blasteran.
"Ini balasan karena kamu nonjok muka aku lagi," desis Birru emosi. Semalam, pasutri baru itu ribut kembali, dengan hasil akhir Zee meninju wajah sang suami untuk kedua kali."Salahmu sendiri!" Zee mendelik tak terima, dia teringat hasil kerjanya diacak-acak sang suami. Padahal Zee sudah bela-belain begadang untuk mengerjakan tugas dari dosennya."Itu masuk ranah KDRT. Aku bisa tuntut kamu," ujar Birru tak mau kalah."Silahkan, aku tidak takut. Kita lihat siapa yang bakal menang. Kasus body shaming aku atau KDRT kamu," tantang Zee tanpa takut. Dua orang itu saling tatap sengit dengan Abdi dan beberapa ART turut menonton keributan tuan dan nyonya muda mereka. Hiburan tersendiri di kala rutinitas monoton melanda."Aihh, rumahku jadi penuh warna lihat Tom and Jerry gelut terus tiap hari," gumam Abdi menyeruput teh hijaunya.Kontak mata antara Zee dan Birru terputus ketika suara klakson terdengar. Birru menoleh cepat dengan wajah mengeras seketika. Dia tidak suka melihat siapa yang datang. "Awwww, Zeeniya Agatha!" teriak Birru yang kakinya sakit karena diinjak Zee."DALEM SHUAYANG," sahut Zee menirukan jargon yang populer beberapa waktu di kalangan K-popers. Cekikikan, Zee berlalu meninggalkan Birru yang meringis ngeri melihat kakinya."Astaga, seperti diinjak gajah," ringis Birru. Terpincang berjalan ke arah mobilnya sambil menghunus tatapan tajam ke pemilik mobil sport berwarna merah yang tersenyum sinis padanya."Alfa Hendrajaya, awas kau!" kata Birru dengan manik mata mengunci lelaki berparas oriental yang kini sedang membukakan pintu untuk sang istri. Tak berapa, kuda besi dengan lambang kuda jingkrak itu mulai melaju meninggalkan kediaman Erlangga."Serius Zee, bilang sama aku kalau Birru ngapa-ngapain kamu," kata Alfa cemas begitu mereka sampai di depan kampus sang gadis. Zee tersenyum, berusaha menetralkan debar jantung yang selalu saja ngereog saat bersama Alfa."Jangan khawatir Kak Fa, Zee bisa jaga diri," balas Zee kalem. Dia menyukai Alfa yang peduli padanya. Selalu perhatian pada dirinya. Helaan nafas terdengar dari arah Alfa. Lelaki itu cukup tahu kapasitas Zee dalam melindungi diri."Ya sudah kalau begitu. Hubungi aku jika dia berbuat buruk sama kamu." Jantung Zee harus segera diturunkan atau dia akan terkena serangan lagi. Apalagi ditambah dengan Alfa yang mengusap sayang kepala Zee, gadis itu seperti terbang ke langit ke tujuh."Oh iya Kak Fa, kata Wafa programku harus segera dimulai." Alfa menaruh atensi penuh pada ucapan Zee. Alfa sudah lama mendukung Zee, tapi gadis itu belum tergerak untuk mengikuti saran dokter."Benarkah? Itu bagus sekali. Hidupmu akan lebih baik setelah program itu, percaya sama aku." Senyum Alfa merekah sempurna, membuat Zee terpana. Gadis itu tanpa sadar mengangguk, membulatkan tekat untuk mengikuti saran Wafa."Kamu selingkuh ya?" Zee melompat kaget mendengar tuduhan yang Birru tujukan untuknya. Hari sudah berubah malam, pasutri itu sudah berada di dalam kamar. Dengan posisi berada di sisi ranjang."Selingkuh sama siapa? Ada juga dia yang selingkuh," cibir Zee."Jangan sembarangan ya kalau bicara." Emosi Birru merayap naik. Dia paling benci di tantang. Dia paling tidak suka dibantah. Dan dua hal ini hobi sekali dilakukan oleh sang istri."Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri." Zee teringat ketika dia diminta Abdi mengunjungi Birru di kantor, tapi berakhir dengan melihat sang suami berciuman dengan wanita yang tempo hari jalan berdua dengan Birru."Ngawur!" seru lelaki dengan titel suami Zee."Birru lepas!" Zee berontak ketika Birru mendorongnya ke kasur. Lalu menindihnya. Size boleh sama lebar tapi kekuatan jelas jomplang. Sekuat tenaga Zee berusaha menggeser tubuh Birru dari atasnya, tapi nihil. Jangankan berubah posisi, bergerak pun tidak. Zee kalah telak."Hayo ngaku, apa hubunganmu sama Alfa brengsek itu?!" cecar Birru kalap. Meski Zee adalah istri yang tidak dia anggap, tetap saja Birru tak suka melihat sang istri berduaan dengan lelaki yang berpotensi menimbulkan rumor. Terlebih ini Alfa."Aku tidak ada hubungan apa-apa sama Kak Alfa," jawab Zee terbata. Nafasnya mulai tersengal, ini yang dia takutkan. Birru ini kenapa sih? Cemburu? Tidak mungkin kan?Saat itu pintu kamar terbuka tiba-tiba dengan Abdi berdiri di depan pintu. "Ups, maaf ganggu. Ada tamu, tapi kalau kalian lagi nanggung ya teruskan saja. Biar Kakek yang temui dia." Baik Birru dan Zee sesaat melongo melihat pintu yang ditutup kembali. Hingga Birru tersadar dengan sebutan "dia" yang sang kakek gunakan.Lelaki itu melompat turun, gegas mengejar Abdi. Berhasil mencegat tuan besar Erlangga di tengah tangga. "Siapa dia Kek?" kejar Birru."Oh bukan orang penting. Biar Kakek saja yang menemuinya. Kakek tinggal bilang kalau kamu lagi sibuk sama istri kamu, jadi tidak bisa diganggu." Abdi berucap santai sambil menoleh ke arah ruang tamu. Di mana seorang gadis berdiri dengan tubuh menegang setelah mendengar perkataan Abdi."Vero," lirih Birru. Detik berikutnya Vero berjalan keluar dengan langkah tergesa. Hatinya sakit mendengar Birru sudah menikah. Wanita itu tak memperdulikan panggilan Birru juga enggan menghentikan langkah meski dia tahu, Birru mengejarnya.Di kamar Birru. Dada Zee terasa sesak, dia merangkak turun dari kasur Birru. Berusaha menggapai ranselnya. Istri Birru menuang asal isi tasnya hingga di menemukan apa yang dia cari."Dapat." Tangan Zee sudah tremor tidak terkendali.Obat yang dia pegang nyaris meluncur lari dari genggamannya, hingga dengan gemetar dia menyelipkan benda berupa pil kecil ke bawah lidah. Zee menarik nafas, memposisikan tubuhnya bersandar di punggung sofa.Air mata Zee mengalir. Dia meraih ponsel, menghubungi sebuah nomor. Tanpa menunggu jawaban dari ujung, Zee sudah lebih dulu berucap. "Aku mau programnya segera di mulai. Aku gak mau mati Fa, aku mau hidup. Aku mau hidup." Wajah Zee kian pucat dengan nafas pendek-pendek.Bersamaan dengan itu teriakan kepanikan melengking dari arah pintu. "Tuan besar, nyonya muda!"Radit tak berkutik, lelaki itu kena marah Sita. Sekaligus kena hajar Nadia yang langsung menghadiahkan bogem mentah pada Radit. Gadis itu marah besar pada Radit yang dia pikir sudah melecehkannya."Jadi karena kejadiannya seperti ini, maka hari ini kami akan melamar nona Nadia." "A-apa? Tante mau melamar saya?" Nadia terkejut luar biasa saat Sita mengutarakan keinginannya. Sementara Radit tampak pasrah duduk di sofa tunggal ruang keluarga, masih mengenakan bath rope tanpa ada meinginan untuk mengganti pakaian.Pun dengan wajah lebamnya, dia biarkan begitu saja. Pria itu tak ada tenaga untuk meladeni dua wanita yang kemungkinan besar akan jadi sumber stres paling besar dalam hidupnya."Radit! Kamu jangan diam saja! Bantu mama bujuk nadia. Kan kamu yang berulah.""Apaan sih Ma. Baru nyicil cium doang mama sudah mengganggu. Sebal!" Sita dan Nadia kompak mendelik."Pokoknya Mama gak mau tahu, Mama mau lamarin Nadia buat kamu nanti malam.""Tapi Tante, mama Nadia ....""Tenang, mamamu sud
"Tolonglah Ma, ini tidak seperti yang Mama lihat."Radit merengek dengan tubuh bagian atas tanpa baju, bahkan gasper lelaki itu sudah berada di lantai dengan kancing celana terbuka. Zee buru-buru mundur, berlindung di belakang tubuh Birru. Sesaat mencuri pandang siapa yang tengah terbaring di kasur Radit."Tapi buktinya kamu memperkosa anak gadis orang Dit." Sita yang akhir-akhir ini mulai stabil mentalnya karena kasus Dion, tampaknya bakal terguncang lagi."Perkosa apa sih Ma, belum sempat buka ini. Belum keluar juga naganya. Dianya aja yang napsu, main tarik baju Radit."Zee menutup telinganya, amboi Radit ampun juga kalau ngomong sama mamanya. "Mas tolongin!" Radit memohon pada Birru dan Alfa bergantian. Giliran dua pria itu bertukar pandang. "Dia siapa?" Kamelia bertanya lirih. Perhatian semua orang teralihkan pada sosok yang telentang di ranjang Radit. "Bukannya dia Nadia Affandi, putri pengusaha Ramlan Affandi." Semua mata tertuju pada Mega yang selesai bicara."Busyet Dit, se
Dalam hidup selalu ada yang berubah. Semua hal bisa berganti mengikuti keadaan di sekitarnya. Atau berubah karena suatu hal. Ada orang yang ekonominya menjadi lebih baik saat dia bekerja lebih giat. Atau seseorang yang menjadi luluh karena perhatian orang lain.Dalam kasus ini, yang kita bicarakan adalah Zee. Rupanya usaha Birru tak sia-sia untuk mendapatkan cinta sang istri. Perempuan, bukankah makhluk ini sejatinya punya perasaan yang sangat lembut.Mudah tersentuh dengan perhatian lebih dari orang lain. Apalagi orang itu sekelas Birru. Lelaki yang masih jadi incaran kaum hawa di luaran sana. Bahkan ketika dia sudah mengumumkan kalau dia sudah punya istri dan sebentar lagi akan mendapatkan gelar ayah.Zee perlahan melunak ketika cinta dan kasih sayang Birru terus menyiraminya tiap saat. Zee yang dulu berangan ingin punya suami seorang pria yang setidaknya tahu soal ilmu agama, dibuat tercengang ketika tahu lelaki itu mampu melantunkan ayat dalam kitab suci mereka dengan merdu juga f
Alfa sesaat terdiam, melihat sosok Mega yang muncul di hadapannya. Tinggi dengan wajah oriental, rambut panjang diikat asal, tapi tetap terlihat cantik. Kulit putih, serta tubuh ramping. Yang membuat Alfa harus berdehem adalah wajah Mega yang mirip Selin dan Zee yang dijadikan satu."Apa-apaan ini?!" Alfa mengumpat lirih."Selamat siang, Pak. Saya Mega.""Semua sudah siap? Ayo berangkat." Alfa beranjak mengambil ponselnya. Berjalan mendahului Mega yang menghembuskan nafasnya pelan."Dia tidak ingat, ini bagus sekali." Mega melompat kegirangan. Keduanya duduk di mobil yang sama dengan Mega memilih duduk di depan, tidak mau duduk di samping Alfa.Selama perjalanan, Alfa dibuat berpikir keras soal sosok Mega. Siapa gadis ini sebenarnya? Kenapa Alfa seperti mengenalnya setelah dia mengamati Mega lumayan lama.Meeting berjalan lancar dengan kemampuan Mega membuat Alfa diam-diam memuji dalam hati. Kompeten, cakap dan pandai membaca situasi. Mr Han pun sangat puas dengan cara Alfa bernegosia
Yang pertama kali Birru lakukan untuk meluluhkan hati sang istri adalah melakukan presscon untuk mengukuhkan pengakuan Birru waktu acara fashion show mengenai statusnya yang sudah menikah dengan Zee.Birru begitu pandai memanfaatkan momen. Ketika media mulai santer menguliti kasus Dion, lelaki itu memanfaatkan waktu untuk membongkar pernikahannya. Hingga perhatian media dan masyarakat teralihkan.Tak melulu membahas kasus Dion, yang tentu saja akan menyeret nama Sita, Radit lantas nama keluarganya akan jadi topik bahasan panas di berbagai media sosial.Birru tak mau itu terjadi, karena itu dia perlu pengalihan isu. Dan pernikahannya adalah bahan yang sangat berpotensi untuk dikulik media. Benar saja, tagar pewaris Erlangga Grup sudah menikah menempati posisi pertama di sistem pencarian."Kamu manipulatif juga." Abdi yang sudah merasa lebih baik perasaannya, tersenyum lebar melihat perkembangan berita akhir-akhir ini."Aku anggap itu pujian." Birru menipiskan bibir. Melihat sang kakek
Zee menjauhkan diri dari Birru, begitu melihat Alfa mendekat. Malu luar biasa ketika crush-nya menangkap basah dirinya sedang berciuman dengan sang suami. Kan tidak ada yang salah dengan hal itu Zee. Dia kan suami kamu. Justru salah kalau Zee masih memikirkan pria lain dalam hidupnya."Ganggu saja!" gerutu Birru. Alfa tampak acuh melihat Birru tapi berubah lembut begitu berhadapan dengan Zee. Wajah lelaki itu tampak kusut, gurat lelah terlihat nyata di sana."Pergi sana! Gue mau curhat sama adik gue!" Alfa mengusir Birru, lelaki itu mendudukkan diri di sebuah kursi yang kesannya sengaja disiapkan. Tempat ini sepertinya memang sering dikunjungi. Ada set tempat duduk macam kursi taman, dengan bangunan peneduh. Sangat nyaman untuk digunakan.Zee mengamati Alfa yang terlihat tak baik-baik saja. Sebuah masalah agaknya sedang dihadapi Alfa. "Move on. Cari yang lain. Cewek kayak dia gak pantas elu tangisin." Celetukan tajam Birru menarik perhatian Zee. Ada apa sebenarnya.Alfa terdiam bebera