Sifabella merasa sepi bahkan di tengah keramaian pesta para kaum jetset ini.Tuan White datang sesaat sebelum pesta dimulai dan sekarang sedang menggandeng nyonya White menyapa para tamu undangan.Sifabella tidak habis pikir, bisa-bisanya nyonya White bersikap santai bahkan tampak mesra dengan tuan White.Dan Sifabella juga tidak melihat Conrad di pesta ini mungkin sengaja bersembunyi.“Jangan tatap nyonya White seperti itu, dia bisa merasakan kalau sedang ditatap seseorang.” Suara Joy yang tiba-tiba ada di samping membuat Sifabella menoleh.Dia tertawa sumbang kemudian menenggak tequilla dari gelas yang sedari tadi dia pegang.“Kamu pasti men-judge nyonya White di dalam hati,” tuduh Joy tepat sasaran.“Tidak!” Sifabella menyanggah.“Tidak apa, awalnya juga aku menganggap nyonya White wanita tua tidak tahu diri tapi setelah mengetahui kalau tuan White banyak menyimpan gundik … aku memaklumi nyonya White.” Sifabella langsung menghadapkan tubuhnya pada Joy. “Yang benar saja?” Raut waja
Sifabella tidak pergi jauh, dia menerima undangan dari salah satu sosialita terkenal yang mengadakan pesta di Emirate One & Only Wolgan Valley yang merupakan resort mewah berbasis konservasi.Letaknya hanya dua jam dari bagian barat Sydney.Melihat keadaan Aleia yang sedikit membaik pasca kemo, Sifabella sedikit tenang meninggalkannya terlebih hari ini Harvey bisa ijin hanya setengah hari kerja di kantor dan melanjutkan setengah harinya lagi work from home. Sifabella ingin lari sejenak dari prahara rumah tangganya, hatinya tidak bisa terus-terusan dibawa seperti naik roler coaster.Tidak bisakah beberapa bulan saja hubungannya dengan Aarav tanpa pertengkaran? Sifabella disambut penuh hormat oleh Joy-asisten sang Sosialita bernama Christina White.Joy mengantarnya ke sebuah cottage bergaya federasi dan ternyata dilengkapi privat pool tertutup.“Nyonya White ingin Anda yang meriasnya untuk pesta malam ini, jadi bersiaplah pukul dua nanti, akan saya jemput.” Joy berpesan.“Oke.” Sifabe
Kali ini Sifabella tidak akan membuat Aarav cemburu dengan pura-pura dekat dengan Harvey.Sudah cukup usahanya membuat pria itu berubah, Aarav tidak akan berubah karena pria itu belum dewasa.Kebetulan tidak lama sesampainya di rumah, Harvey datang menjemput Aleia.Aleia yang saat itu terbangun, jadi ingin pulang bersama daddynya dan tinggalah Sifabella di rumah sendirian.Dia bisa mengunci diri di kamar sehingga Aarav tidak bisa masuk dan tidur di luar.“Tapi kayanya dia enggak akan pulang,” gumam Sifabella diakhiri tawa sumbang. Dia sudah berusaha untuk tidak berharap banyak kepada Aarav mengingat pernikahan mereka berawal dari perjodohan tapi sikap Aarav yang terkadang hangat dan seolah mencintai serta ingin melindunginya membuat tembok pertahanan Sifabella runtuh.Sifabella jatuh cinta kepada pria itu sehingga ketika mengetahui cintanya tidak berbalas, dia merasa sangat terluka.Buktinya sekarang Sifabella menangis tersedu sambil meringkuk di atas bantalnya.Jam satu dini hari te
Apa yang dipikirkan Sifabella sebenarnya salah besar.Aarav tidak peduli dengan Abigail, justru pria itu peduli dengan harga dirinya sendiri.Aarav harus pergi mengecek keadaan Robert di rumah sakit lantaran semua sahabatnya juga pasti akan langsung datang ke sana.Dia tidak ingin dikatai pengecut, chicken, atau suami takut istri yang pernah disematkan mereka kepadanya.Jadi dia memilih pergi meski tanpa Sifabella atau ijin darinya.Bisa dipastikan kalau Sifabella akan merajuk tapi tidak akan lama.Diajak dinner atau staycation weekend nanti juga pasti Sifabella akan berhenti merajuk.Aarav terlalu percaya diri.Pria itu mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan sedang agar saat tiba di rumah sakit, semua sahabatnya sudah berkumpul.Dan benar saja, ketika Aarav tiba—Britney berlari memburu pria itu hanya untuk menumpahkan tangis di dadanya.“Robert sedang melakukan operasi, sebuah besi menancap di dadanya.” Britney memberi informasi.“Robert pria besar yang kuat, dia pasti selamat.”
Hari ini Aarav pulang tidak mendapat senyum manis Sifabella, istrinya itu malah mendelik kesal begitu melihatnya sudah sampai ke rumah.Dan melihat teknisi sedang memasang CCTV membuat Aarav mengerti kalau Sifabella sudah mengetahui niat sebenarnya meminta Aleia tinggal di rumah mereka.“Hai sayang,” sapa Aarav meski tidak mendapat sambutan baik istrinya yang sedang duduk di sofa ruang televisi sembari memangku Aleia.“Aku tuh enggak mau tetangga kita ngomongin kamu kalau kamu datang terus ke rumah daddynya Aleia ….” Sifabella membengkokan bibirnya meledek Aarav dengan mengutip kalimat pria itu tempo hati.Aarav tergelak, dia duduk di samping Sifabella, satu tangannya merangkul pundak Sifabell dan tangan yang lainnya mengusap-ngusap kepal Aleia.“Memang iya kok niat gue gitu.”“Halaaaah, ngapain pasang CCTV di setiap ruangan kalau niat sebenarnya seperti itu … Mas biar bisa ngecek apa yang Harvey lakukan kalau dia masuk ke rumah ini ketika Mas enggak ada.” Dan tebakan Sifabella tepat
Awalnya Harvey tidak mengijinkan Aleia tinggal di rumah Aarav, meski dia sibuk bekerja tapi masih memiliki waktu untuk merawat Aleia.Sifabella tidak berhenti membujuknya agar menerima tawaran Aarav, dia mengatakan bahwa tidak mungkin dia terus-terusan keluar masuk rumahnya untuk membantu merawat Aleia karena khawatir dengan penghakiman dari para tetangga.Harvey sempat keras kepala, dia tetap menolak tawaran Aarav dan memilih untuk merawat Aleia sendiri hanya dibantu asisten rumah tangga sampai akhirnya dia menemukan Aleia sedang duduk termenung menatap kosong keluar jendela yang menunjukkan pemandangan ke dalam kamar Sifabella.Di kamarnya, Sifabella sedang bekerja di depan kamera membuat konten untuk sosial media.“Aleia.” Harvey bergerak mendekat lalu duduk di bench di samping Aleia.“Daddy sudah pulang?” Aleia menoleh, suaranya lirih sekali.“Ya sayang … apa kamu sudah makan?” Harvey mengusap-ngusap kepala Aleia lembut.Aleia menganggukan kepala.“Sudah minum obat?”Dia menganggu