Share

Maaf

Elang ikut gusar melihat wajah sendu Nindya. Meski terlihat tenang tapi mata Nindya menyimpan luka saat menatapnya.

"Bu Nindya kok bisa-bisanya tidur di tenda saya?" tanya Elang terkena serangan panik setelah matanya bersirobok dengan dosennya. Dia takut Nindya menangis dan histeris karena merasa dilecehkan oleh mahasiswa yang sedang dibimbingnya.

Dosen muda cantik di depan Elang menaikkan alisnya tinggi, menjawab dengan galak pertanyaan konyol dari Elang yang tidak masuk akal didengar telinganya. "Ketua panitia yang menempatkan saya di sini!"

Well, Elang sekarang merasa jadi orang paling tolol sejagad mapala, kenapa dia tidak bertanya pada ketua jurusan yang tadi mengobrol dengannya?

Karena harusnya beliau datang bersama istrinya yang menjabat sekretaris jurusan teknik kimia. Wanita pasangan kajur yang juga mendapatkan undangan untuk menghadiri malam keakraban penyambutan mahasiswa baru.

"Jadi Bu Nindya datang mewakili istri ketua jurusan? Bu Dewi nggak bisa datang ya?" Elang menelan ludah kasar setelah bertanya.

"Ya, beliau yang memberi tugas ini karena sedang kurang enak badan untuk memenuhi undangan kegiatan lapangan!" jawab Nindya sinis. "Jadi bagaimana sekarang?"

Elang mendadak sakit kepala ditanya seperti itu. Dia berniat menjawab pertanyaan dengan pertanyaan 'bagaimana kalau kita ulang sekali lagi? Tadi itu enak sekali.'

Tapi kalimat mesum itu sama sekali tidak keluar dari bibir tipisnya. Elang hanya memijat pelipisnya dan berharap kewarasannya segera datang secara utuh. "Bisa kita bahas besok saja, Bu Nindya? Kepala saya sedang error."

Nindya melebarkan mata bersiap menyahut sengit, tapi dia juga merasa akan sia-sia jika berbicara dengan Elang yang setengah mabuk, hingga akhirnya Nindya mengangguk kesal.

Elang lega melihat gerakan kepala Nindya meski itu dilakukan dengan terpaksa. Nindya sendiri langsung merapatkan kedua paha yang hanya tertutup kantung tidur milik Elang, karena pemuda yang duduk memegang ponsel di depannya sedikit mengarahkan cahaya ke bagian bawah tubuhnya.

"Mau apa lagi kamu?" sarkas Nindya dengan suara marah tertahan.

"Apa semua baik-baik saja? Sa-kit kah?" tanya Elang cemas. Dia tidak pernah bermain kasar apalagi memaksakan diri pada wanita. Elang memasang ekspresi menyesal sebelum bicara lagi pada wanita yang sekarang menjaga paha dari lirikan nakalnya. "Itu tadi … em ketat sekali!"

PLAK!!!

Elang menutup mulutnya yang lancang. Pujiannya berbuntut tamparan, meski tidak sekeras yang pertama tapi tetap menyakiti harga dirinya sebagai laki-laki. Kalau saja dia tidak dalam posisi salah, mungkin Elang akan membalas dengan kembali menaiki Nindya sekali lagi.

"Maaf, tapi memang rasanya …," gumam Elang tak selesai. Dia hanya menatap Nindya dengan raut yang tidak bisa ditebak.

Nindya membisu. Rasanya memang sedikit sakit karena kurang pelumas saat Elang menerobosnya, tapi Nindya tidak memungkiri pengalaman pertamanya tidak akan membuat trauma. Dia wanita dewasa yang memahami hubungan seperti itu mungkin saja terjadi pada siapa saja.

"Saya tidak tahu kalau Bu Nindya masih perawan!" Suara Elang terdengar lugu dan tanpa merasa bersalah. Tapi ada apresiasi dan kebanggaan yang tersirat dari gaya dan nada yang dihasilkan.

"Setelah tau lalu apa?" Meski berusaha tidak menikmati sentuhan Elang yang liar tadi, tapi sekujur tubuh Nindya bereaksi mengkhianati otaknya yang penuh dengan kata penolakan.

Nindya benci Elang karena bisa membuatnya mengira Daniel yang datang dan mengajaknya bercinta. Nindya benci karena ternyata dia lebih menyukai sentuhan ala Elang daripada tunangannya. Nindya benci menemukan fakta baru kalo dia lebih menyukai Elang yang liar daripada tunangannya yang konservatif.

"Maaf," lirih Elang mengulang kata paling jitu untuk membuat pengakuan bersalah sekaligus memohon pengertian.

"Sudah tidak ada gunanya, simpan maaf itu untuk dirimu sendiri!" potong Nindya cepat.

Satu-satunya hal yang membuat Nindya khawatir adalah jika apa yang dilakukan Elang akan meninggalkan benih yang mungkin akan hidup dalam rahimnya.

"Saya … kebablasan!" Elang masih berusaha memperbaiki keadaan yang tegang dengan berkata lebih jujur.

"Bagaimana jika aku hamil?" tanya Nindya galau. Elang dengan kurang ajar tidak mengenakan pengaman saat menjelajahi kedalaman basahnya.

Elang mengetuk kepalanya dengan ponsel, cengar-cengir pada Nindya lalu mengangkat kedua bahunya. "Aku tidak tau harus menjawab apa sekarang, pikiranku sedang kacau!"

"Kamu tadi mengeluarkannya di dalam kan?" tanya Nindya setengah berbisik.

"Iya." Elang termangu, dia belum pernah lepas kontrol sebelumnya. Sedikit menyesal karena alkohol membuat otaknya tidak berpikir logis. "Tapi mau gimana lagi? Sudah terlanjur terjadi."

"Bagus! Kamu membuatku takut sekarang," ungkap Nindya dengan setetes air mata yang segera diusapnya.

"Maaf!" Hanya kata itu lagi yang keluar dari bibir Elang. Selanjutnya, dengan cekatan Elang membantu Nindya merapikan pakaian, mendorongnya agar berbaring lalu menyelimutinya rapat.

"What are you doing, El?"

"Sebaiknya Bu Nindya tidur, besok kita bicara lagi! Saya akan carikan solusi untuk hal fatal yang baru saja terjadi. Saya ada di depan tenda jika ibu butuh sesuatu!" jawab Elang dengan nada rendah dan lembut. "Atau ibu mau minum dulu mungkin biar tenang? Saya bisa buatkan susu atau sereal jika ibu mau."

Elang dalam kebimbangan, meski sedikit mabuk tapi dia masih bisa berpikir tentang obat pencegah kehamilan untuk Nindya.

Tapi … haruskah Elang sepicik itu? Pergulatan batinnya tidak menemukan jawaban yang tepat. Elang butuh waktu menjernihkan kepala agar tidak salah saat membuat keputusan.

"Sereal," jawab Nindya singkat. Dia menurunkan selimut sebatas pinggang lalu menghembus nafas berat.

"Baiklah, tunggu sebentar!" Elang keluar meninggalkan Nindya lalu menggelar matras tipis di depan tenda. Selanjutnya, dia menyalakan kompor lapangan yang selalu dibawanya saat berkegiatan di alam terbuka dan mulai membuat dua sereal, untuknya dan Nindya.

Kepala Elang berdenyut pusing, bayangan ada anak kecil memanggilnya papa tiba-tiba menerornya. Tunggu ... belum lagi masa-masa akhir kuliahnya yang ingin dia nikmati! Bagaimana ini?

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
🇳 🇱 🇿
seru tauk El, pahmud tuhh papah muda wkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status