Share

Maaf

Author: EL ZERO
last update Last Updated: 2022-07-13 13:00:53

Elang ikut gusar melihat wajah sendu Nindya. Meski terlihat tenang tapi mata Nindya menyimpan luka saat menatapnya.

"Bu Nindya kok bisa-bisanya tidur di tenda saya?" tanya Elang terkena serangan panik setelah matanya bersirobok dengan dosennya. Dia takut Nindya menangis dan histeris karena merasa dilecehkan oleh mahasiswa yang sedang dibimbingnya.

Dosen muda cantik di depan Elang menaikkan alisnya tinggi, menjawab dengan galak pertanyaan konyol dari Elang yang tidak masuk akal didengar telinganya. "Ketua panitia yang menempatkan saya di sini!"

Well, Elang sekarang merasa jadi orang paling tolol sejagad mapala, kenapa dia tidak bertanya pada ketua jurusan yang tadi mengobrol dengannya?

Karena harusnya beliau datang bersama istrinya yang menjabat sekretaris jurusan teknik kimia. Wanita pasangan kajur yang juga mendapatkan undangan untuk menghadiri malam keakraban penyambutan mahasiswa baru.

"Jadi Bu Nindya datang mewakili istri ketua jurusan? Bu Dewi nggak bisa datang ya?" Elang menelan ludah kasar setelah bertanya.

"Ya, beliau yang memberi tugas ini karena sedang kurang enak badan untuk memenuhi undangan kegiatan lapangan!" jawab Nindya sinis. "Jadi bagaimana sekarang?"

Elang mendadak sakit kepala ditanya seperti itu. Dia berniat menjawab pertanyaan dengan pertanyaan 'bagaimana kalau kita ulang sekali lagi? Tadi itu enak sekali.'

Tapi kalimat mesum itu sama sekali tidak keluar dari bibir tipisnya. Elang hanya memijat pelipisnya dan berharap kewarasannya segera datang secara utuh. "Bisa kita bahas besok saja, Bu Nindya? Kepala saya sedang error."

Nindya melebarkan mata bersiap menyahut sengit, tapi dia juga merasa akan sia-sia jika berbicara dengan Elang yang setengah mabuk, hingga akhirnya Nindya mengangguk kesal.

Elang lega melihat gerakan kepala Nindya meski itu dilakukan dengan terpaksa. Nindya sendiri langsung merapatkan kedua paha yang hanya tertutup kantung tidur milik Elang, karena pemuda yang duduk memegang ponsel di depannya sedikit mengarahkan cahaya ke bagian bawah tubuhnya.

"Mau apa lagi kamu?" sarkas Nindya dengan suara marah tertahan.

"Apa semua baik-baik saja? Sa-kit kah?" tanya Elang cemas. Dia tidak pernah bermain kasar apalagi memaksakan diri pada wanita. Elang memasang ekspresi menyesal sebelum bicara lagi pada wanita yang sekarang menjaga paha dari lirikan nakalnya. "Itu tadi … em ketat sekali!"

PLAK!!!

Elang menutup mulutnya yang lancang. Pujiannya berbuntut tamparan, meski tidak sekeras yang pertama tapi tetap menyakiti harga dirinya sebagai laki-laki. Kalau saja dia tidak dalam posisi salah, mungkin Elang akan membalas dengan kembali menaiki Nindya sekali lagi.

"Maaf, tapi memang rasanya …," gumam Elang tak selesai. Dia hanya menatap Nindya dengan raut yang tidak bisa ditebak.

Nindya membisu. Rasanya memang sedikit sakit karena kurang pelumas saat Elang menerobosnya, tapi Nindya tidak memungkiri pengalaman pertamanya tidak akan membuat trauma. Dia wanita dewasa yang memahami hubungan seperti itu mungkin saja terjadi pada siapa saja.

"Saya tidak tahu kalau Bu Nindya masih perawan!" Suara Elang terdengar lugu dan tanpa merasa bersalah. Tapi ada apresiasi dan kebanggaan yang tersirat dari gaya dan nada yang dihasilkan.

"Setelah tau lalu apa?" Meski berusaha tidak menikmati sentuhan Elang yang liar tadi, tapi sekujur tubuh Nindya bereaksi mengkhianati otaknya yang penuh dengan kata penolakan.

Nindya benci Elang karena bisa membuatnya mengira Daniel yang datang dan mengajaknya bercinta. Nindya benci karena ternyata dia lebih menyukai sentuhan ala Elang daripada tunangannya. Nindya benci menemukan fakta baru kalo dia lebih menyukai Elang yang liar daripada tunangannya yang konservatif.

"Maaf," lirih Elang mengulang kata paling jitu untuk membuat pengakuan bersalah sekaligus memohon pengertian.

"Sudah tidak ada gunanya, simpan maaf itu untuk dirimu sendiri!" potong Nindya cepat.

Satu-satunya hal yang membuat Nindya khawatir adalah jika apa yang dilakukan Elang akan meninggalkan benih yang mungkin akan hidup dalam rahimnya.

"Saya … kebablasan!" Elang masih berusaha memperbaiki keadaan yang tegang dengan berkata lebih jujur.

"Bagaimana jika aku hamil?" tanya Nindya galau. Elang dengan kurang ajar tidak mengenakan pengaman saat menjelajahi kedalaman basahnya.

Elang mengetuk kepalanya dengan ponsel, cengar-cengir pada Nindya lalu mengangkat kedua bahunya. "Aku tidak tau harus menjawab apa sekarang, pikiranku sedang kacau!"

"Kamu tadi mengeluarkannya di dalam kan?" tanya Nindya setengah berbisik.

"Iya." Elang termangu, dia belum pernah lepas kontrol sebelumnya. Sedikit menyesal karena alkohol membuat otaknya tidak berpikir logis. "Tapi mau gimana lagi? Sudah terlanjur terjadi."

"Bagus! Kamu membuatku takut sekarang," ungkap Nindya dengan setetes air mata yang segera diusapnya.

"Maaf!" Hanya kata itu lagi yang keluar dari bibir Elang. Selanjutnya, dengan cekatan Elang membantu Nindya merapikan pakaian, mendorongnya agar berbaring lalu menyelimutinya rapat.

"What are you doing, El?"

"Sebaiknya Bu Nindya tidur, besok kita bicara lagi! Saya akan carikan solusi untuk hal fatal yang baru saja terjadi. Saya ada di depan tenda jika ibu butuh sesuatu!" jawab Elang dengan nada rendah dan lembut. "Atau ibu mau minum dulu mungkin biar tenang? Saya bisa buatkan susu atau sereal jika ibu mau."

Elang dalam kebimbangan, meski sedikit mabuk tapi dia masih bisa berpikir tentang obat pencegah kehamilan untuk Nindya.

Tapi … haruskah Elang sepicik itu? Pergulatan batinnya tidak menemukan jawaban yang tepat. Elang butuh waktu menjernihkan kepala agar tidak salah saat membuat keputusan.

"Sereal," jawab Nindya singkat. Dia menurunkan selimut sebatas pinggang lalu menghembus nafas berat.

"Baiklah, tunggu sebentar!" Elang keluar meninggalkan Nindya lalu menggelar matras tipis di depan tenda. Selanjutnya, dia menyalakan kompor lapangan yang selalu dibawanya saat berkegiatan di alam terbuka dan mulai membuat dua sereal, untuknya dan Nindya.

Kepala Elang berdenyut pusing, bayangan ada anak kecil memanggilnya papa tiba-tiba menerornya. Tunggu ... belum lagi masa-masa akhir kuliahnya yang ingin dia nikmati! Bagaimana ini?

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
🇳 🇱 🇿
seru tauk El, pahmud tuhh papah muda wkwkwk
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Tanpa Pengaman

    Dua bulan kemudian ….Elang mendapatkan ucapan selamat dari Pak Ronald, dua dosen penguji dan teman-teman dari teknik kimia yang hadir dalam seminar. Penelitian Elang sukses, membawa proyek kampus pada tahap berikutnya, yaitu menaikkan sumber air tanah yang telah teruji dari dalam goa untuk didistribusikan ke desa dan dijadikan kebutuhan sehari-hari oleh warga sekitar. "Sukses ya, El!" Mayra menjabat tangan Elang paling akhir, tulus mengucapkan doa untuk orang yang dicintainya. "Bisa langsung skripsi itu, jaminan lancar kamu sama Pak Ronald! Aku yakin tiga bulan kelar, bisa wisuda periode semester ini kamu, El!""Thanks, sukses buat kamu juga, May!" Elang bersyukur, Mayra tidak berubah sikap. Tetap baik dan ramah padanya. "Kayaknya kamu bakal lulus lebih dulu … ngomong-ngomong kemana Bu Nindya? Kok cepet banget ilangnya, padahal tadi masih sempat ngasih masukan buat revisi laporan!"Elang mengedikkan bahu, dia memang tidak tau

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Mantan Tunangan

    Bukan pernikahan mewah seperti yang diimpikan oleh semua gadis dan juga orang tuanya. Elang menikahi Nindya di rumah sakit sebagai permintaan maaf, sebagai hadiah untuk keteledorannya dan sebagai penyembuh untuk hati Nindya yang sedang terluka.Elang menebus semua rasa bersalahnya dengan berjanji akan mencintai Nindya selamanya. Hatinya ikut perih, bukan hanya karena kehilangan calon anaknya tapi karena dirinyalah yang telah merusak masa depan Nindya dan tunangannya, meski itu terjadi tanpa disengaja.Elang tidak ingin Nindya tidak bahagia di masa depan karena ulahnya, karena ada bekas yang mungkin akan jadi pemantik dalam kisah rumah tangga dosennya itu bila menikah dengan Daniel. Biarlah Elang yang menanggung semua itu terlepas Nindya mencintainya atau tidak.Sudah seminggu berlalu, Nindya masih di rumah ibunya untuk beristirahat, sementara Elang memulai kesibukannya dengan penelitian dan juga latihan untuk persiapan lomba.Nindya tidak mau dije

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Sangat Mencintai

    Setelah beberapa waktu yang terasa sangat lama bagi Elang, akhirnya Nindya dipindahkan ke bangsal perawatan. Elang duduk gelisah di sisi ranjang tempat Nindya istirahat. Sesekali masih tersenyum sembari mengusap jemari Nindya yang terasa dingin."El, aku minta maaf!" Nindya menatap Elang sendu, dengan mata merebak dan penuh penyesalan.Elang mengeratkan genggaman, lalu mencium tangan Nindya dengan kasih sayang. "Sssttt …! No, kamu tidak boleh menangis! Itu salahku, jadi seharusnya aku yang minta maaf." "Aku tidak bermaksud berbohong," ucap Nindya serak."Kamu pasti punya alasan kuat melakukan itu semua, aku menduga ada dua hal yang menyebabkan kamu begitu. Pertama kamu akan menikah dengan Daniel dalam waktu dekat karena aku tidak pantas menjadi seorang suami. Kedua, kamu melakukan ini untuk Mayra." Elang menjeda kalimatnya dengan satu tarikan nafas panjang. "Aku kehilangan satu lembar surat mama!"Elang setiap beberapa hari sekali selalu

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Sakit Dadakan

    Nindya terengah-engah, nafasnya berat dan serasa hampir putus melewati tanjakan cinta. Padahal, dia berjalan setengah ditarik Elang. Melihat pemuda itu masih bisa cengengesan di depannya, Nindya menyadari kalau fisiknya terlalu lembek.Elang mengusap keringat di wajah Nindya, "Capek ya?""Sangat, rasanya aku tidak mungkin kuat berjalan lagi, El! Kakiku gemetar, perutku juga melilit." Nindya merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Rasa lelah menghampiri dengan dahsyat, tubuhnya lemas tak bertenaga dan perut bagian bawahnya sakit. Elang mengajak Nindya duduk di pinggir jalan, meluruskan kaki dosennya dan memberikan tasnya untuk bersandar. Wajah Nindya terlalu pucat, keringat dingin juga tidak berhenti memenuhi dahi Nindya. "Kamu sakit? Apa yang kamu rasakan?"Ada orang yang memiliki alergi dingin, ada juga yang mendadak sakit saat beradaptasi dengan cuaca gunung. Elang menemukan kasus serupa di beberapa kegiatan pendakian massal yang

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Tanjakan Cinta

    Setelah mendapat izin dari ibu Nindya, Elang mengemudi ke tempat penyewaan alat-alat petualangan. Mereka akan berangkat langsung dari Semarang, Elang tidak akan sempat kembali ke Yogya mengambil semua kebutuhannya untuk di gunung nanti. Mereka juga mampir ke minimarket untuk membeli kebutuhan makanan.Elang cukup gila memilih jalur ngagrong sebagai pendakian pertama untuk Nindya. Selain lebih ekstrim, jalur tikus tersebut terbilang bukan jalur resmi yang direkomendasikan untuk mendaki Gunung Merbabu. Tidak ada pos pantau untuk mengawasi para pendaki dari jalur yang tidak resmi, sehingga membahayakan bagi pendaki yang tidak berpengalaman, karena tidak ada data yang tercatat di pos utama.Pendaki pemula kebanyakan lebih memilih jalur Selo dengan tingkat kesulitan medium. Elang pribadi kurang menyukai jalur tersebut karena terlalu ramai. Dia suka sepi saat di alam terbuka, agar suara alam terdengar jelas dan dia bisa lebih leluasa menikmati perjalanannya.Ela

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Getaran dan Adiksi

    "Kamu bisa pingsan di pelukanku!" Uh, Elang memang selalu penuh rayuan mematikan untuk Nindya yang sering naif dalam sebuah hubungan. "Apa Lala masih melihat kita?""Tidak, dia membuang muka!" Elang terkekeh, dia agak keterlaluan menciptakan suasana romantis bersama Nindya. Bukan hanya Lala yang gerah, tapi pria seumuran ayahnya yang sedari tadi memperhatikannya spontan memasang wajah dingin. "Siapa pria yang berdiri arah jam sembilan?"Nindya tidak menoleh tapi melihat dengan ekor matanya. "Oh … itu ayahku!""Hm … sepertinya aku dalam masalah!"Nindya terkikik melihat ekspresi Elang yang mendadak serius. "Tidak akan, kami sudah tidak bertegur sapa selama sepuluh tahun.""Apa alasan ibumu tidak mau datang karena situasi ini, karena ada ayahmu?""Mempelai wanita itu sepupuku dari keluarga ayah, jadi ayah pasti hadir, dan ibu menghindari masalah. Istri ayahku masih saja cemburu pada ibuku, dan selalu saja berusaha menying

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status