Share

Salah Sasaran

Author: EL ZERO
last update Last Updated: 2022-07-13 13:00:21

Dalam situasi panas dan intim seperti itu, yang dipikirkan Elang hanya bagaimana caranya dia cepat mencapai puncak kenikmatan dan meredakan ketegangannya.

"Sayang …!" Desis pelan tidak berdaya kembali menghampiri pendengaran Elang. 

Elang bangga karena berpikir Vivian bergumam dengan panggilan mesra. Sebenarnya, tidak bisa dibilang mesra, suara perempuan itu lebih ke nada protes dengan nafas tertahan menghadapi hasrat liarnya.

Nafas Elang memburu, peluhnya jatuh menetes pada wajah di bawahnya, lalu erangannya keluar bersama dengan gigitan pelan pada bibir bawah Nindya yang tak berkutik melawan pelukan posesifnya.

"I got it, thanks ya, Vi!" Tanpa merasa bersalah, Elang turun dari tubuh yang sudah membantu mengurangi kram otaknya. Elang lalu mengelap bekas basah bagian bawahnya dengan kaos yang baru saja ditanggalkan.

Dengan pikiran rumit, Elang berusaha mengembalikan setengah otaknya yang tadi menghilang dalam kegilaan. Elang membuka tas dan mengambil pakaian ganti, mengenakannya dengan cepat sambil melirik perempuan yang masih terkapar tak berdaya.

"Siapa kamu?" tanya Nindya gelagapan. Siapa yang dimaksud Vi oleh pasangan bercintanya?

Suara itu tak asing, tapi bukan milik tunangannya. Hal ini membuat Nindya bergerak cepat menutupi bagian tubuhnya yang masih terbuka.

Elang tercekat mendengar pertanyaan perempuan yang baru ditidurinya. Dia spontan mengamati wajah yang sekarang membuatnya penasaran. Sedikit gentar saat menebak suara perempuan yang hampir setiap hari didengarnya di laboratorium penelitian.

Namun, Elang masih terkesima dengan rasa yang baru saja didapatkan dengan tidak menjawab pertanyaan Nindya dan menjelaskan siapa dirinya. Elang justru melamunkan petualangan ranjangnya bersama pacar-pacarnya.

Sejauh dalam ingatan Elang, dia belum pernah merasakan kedalaman yang sangat menghanyutkan seperti yang baru saja diselaminya.

Semua wanita yang pernah bercinta dengannya memiliki rasa yang hampir sama, hanya menyenangkan saat gairahnya meledak, lalu rasanya hilang tanpa sedikit pun meninggalkan desiran aneh di dadanya.

Beberapa saat kemudian Elang menyadari kesalahannya. Elang kembali ingat kalau dia tahu itu bukan Vivian. Tapi sialnya, pesona Afrodit dalam tubuh Vivian sangat mempengaruhi pikiran Elang yang sedang mabuk, hingga dia menganggap fantasi bercinta dengan Vivian adalah nyata.

"Ini salah paham, Bu Nindya!" ujar Elang pucat dan penuh sesal sesaat setelah menyalakan ponsel dan mengamati wajah cantik di depannya.

Satu tangan Elang reflek menutup wajah, mengintip wajah Nindya di antara jari telunjuk dan tengah. Elang lalu menggeleng dengan berat, tidak percaya dengan apa yang telah dilakukannya pada Nindya. Mulutnya bersuara sesal, berdecak dengan nada putus asa.

Nindya melebarkan mata, menaikkan kedua alis dan menyahut galak,"Ini bukan salah paham namanya, El! Ini murni salah paha!"

Dosen muda yang jadi pembimbing tugas penelitian Elang terus saja melotot tajam sambil memegangi pusat tubuhnya yang nyeri, lengket dan berdarah. Dia mengumpat kasar karena mengira pria yang menyentuhnya adalah sang tunangan. "Brengsek!"

Kalau saja tidak dalam situasi serius, Elang pasti sudah tergelak mendengar kalimat ketus Nindya. Dosennya memang benar, Elang benar-benar sedang salah sasaran. Alih-alih paha Vivian, dia justru salah paha dengan dosen pembimbingnya, Nindya.

"Maaf," lirih Elang dengan ekspresi bersalah, tiba-tiba saja Elang ingin menangis seperti anak kecil yang dimarahi ibunya.

PLAK!!!

Satu tamparan keras mendarat pada pipi Elang. "Bajingan kamu!"

PLAK!!!

Satu kali lagi Elang mendapatkan tambahan dari rasa sakit hati perempuan yang menatapnya dengan geram. "Mahasiswa sialan!"

"Sekali lagi maaf, tadi itu benar-benar tidak sengaja!" kata Elang berusaha mengajak Nindya bicara baik-baik.

PLAK!!!

Tapi sekali lagi tangan halus Nindya menyentuh pipi Elang dengan kasar, tidak sudi mendengar permintaan maaf dari pemuda yang memasang wajah seperti kucing kehilangan induknya.

Elang menangkap tangan yang mendarat di pipinya, bukan sakit yang dirasa tapi sejenis dengan harga dirinya yang terinjak saat wanita itu terus saja melayangkan tangan tanpa mau diajak bicara.

“Please …!” pinta Elang sekali lagi dengan sangat memelas. Dia menggenggam tangan Nindya erat, menariknya perlahan dan mengarahkan pada bibirnya.

"Never!" Nindya berusaha menarik tangannya tapi tidak berhasil.

Elang mencium telapak tangan yang baru saja menamparnya dengan penuh kelembutan. “Aku hanya ingin bicara, Nindya!”

Panggilan langsung ke namanya membuat Nindya semakin melebarkan mata tak percaya. “Kamu panggil saya Nindya saja? Nggak pake lagi? Jaga bicaramu, El! Aku bukan pacarmu!”

"Ibu bisa menampar saya lagi kalau memang belum puas," ujar Elang melepaskan tangan Nindya dengan kesal. "Tapi, itu tidak menyelesaikan permasalahan!"

Nindya hanya diam dalam sendu, apa yang dilakukannya pada Elang barusan memang tidak akan mengembalikan apa yang sudah hilang dari dirinya. Keperawanan. Entah itu penting atau tidak, tapi Nindya memang menjaganya dengan baik selama ini. Dia pikir itu Daniel. Walau awalnya menolak, tetapi gairah dan prasangka bahwa itu Daniel, sang tunangan  ... membuatnya terlena.

"Sekali lagi saya minta maaf!" Elang tidak tahu bahwa kelakuannya yang hanya satu kali itu akan membawa dampak dan cerita panjang bersama perempuan yang berprofesi sebagai dosen muda di kampusnya. Perempuan yang sedang membimbing tugas penelitiannya agar segera selesai dan bisa diseminarkan.

Nindya melengos menahan air mata, bagaimana jika tunangannya tahu kalau dia salah mengenali orang yang masuk ke tendanya?

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
🇳 🇱 🇿
wkwkwk salpah yg bikin ketagihan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Tanpa Pengaman

    Dua bulan kemudian ….Elang mendapatkan ucapan selamat dari Pak Ronald, dua dosen penguji dan teman-teman dari teknik kimia yang hadir dalam seminar. Penelitian Elang sukses, membawa proyek kampus pada tahap berikutnya, yaitu menaikkan sumber air tanah yang telah teruji dari dalam goa untuk didistribusikan ke desa dan dijadikan kebutuhan sehari-hari oleh warga sekitar. "Sukses ya, El!" Mayra menjabat tangan Elang paling akhir, tulus mengucapkan doa untuk orang yang dicintainya. "Bisa langsung skripsi itu, jaminan lancar kamu sama Pak Ronald! Aku yakin tiga bulan kelar, bisa wisuda periode semester ini kamu, El!""Thanks, sukses buat kamu juga, May!" Elang bersyukur, Mayra tidak berubah sikap. Tetap baik dan ramah padanya. "Kayaknya kamu bakal lulus lebih dulu … ngomong-ngomong kemana Bu Nindya? Kok cepet banget ilangnya, padahal tadi masih sempat ngasih masukan buat revisi laporan!"Elang mengedikkan bahu, dia memang tidak tau

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Mantan Tunangan

    Bukan pernikahan mewah seperti yang diimpikan oleh semua gadis dan juga orang tuanya. Elang menikahi Nindya di rumah sakit sebagai permintaan maaf, sebagai hadiah untuk keteledorannya dan sebagai penyembuh untuk hati Nindya yang sedang terluka.Elang menebus semua rasa bersalahnya dengan berjanji akan mencintai Nindya selamanya. Hatinya ikut perih, bukan hanya karena kehilangan calon anaknya tapi karena dirinyalah yang telah merusak masa depan Nindya dan tunangannya, meski itu terjadi tanpa disengaja.Elang tidak ingin Nindya tidak bahagia di masa depan karena ulahnya, karena ada bekas yang mungkin akan jadi pemantik dalam kisah rumah tangga dosennya itu bila menikah dengan Daniel. Biarlah Elang yang menanggung semua itu terlepas Nindya mencintainya atau tidak.Sudah seminggu berlalu, Nindya masih di rumah ibunya untuk beristirahat, sementara Elang memulai kesibukannya dengan penelitian dan juga latihan untuk persiapan lomba.Nindya tidak mau dije

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Sangat Mencintai

    Setelah beberapa waktu yang terasa sangat lama bagi Elang, akhirnya Nindya dipindahkan ke bangsal perawatan. Elang duduk gelisah di sisi ranjang tempat Nindya istirahat. Sesekali masih tersenyum sembari mengusap jemari Nindya yang terasa dingin."El, aku minta maaf!" Nindya menatap Elang sendu, dengan mata merebak dan penuh penyesalan.Elang mengeratkan genggaman, lalu mencium tangan Nindya dengan kasih sayang. "Sssttt …! No, kamu tidak boleh menangis! Itu salahku, jadi seharusnya aku yang minta maaf." "Aku tidak bermaksud berbohong," ucap Nindya serak."Kamu pasti punya alasan kuat melakukan itu semua, aku menduga ada dua hal yang menyebabkan kamu begitu. Pertama kamu akan menikah dengan Daniel dalam waktu dekat karena aku tidak pantas menjadi seorang suami. Kedua, kamu melakukan ini untuk Mayra." Elang menjeda kalimatnya dengan satu tarikan nafas panjang. "Aku kehilangan satu lembar surat mama!"Elang setiap beberapa hari sekali selalu

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Sakit Dadakan

    Nindya terengah-engah, nafasnya berat dan serasa hampir putus melewati tanjakan cinta. Padahal, dia berjalan setengah ditarik Elang. Melihat pemuda itu masih bisa cengengesan di depannya, Nindya menyadari kalau fisiknya terlalu lembek.Elang mengusap keringat di wajah Nindya, "Capek ya?""Sangat, rasanya aku tidak mungkin kuat berjalan lagi, El! Kakiku gemetar, perutku juga melilit." Nindya merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Rasa lelah menghampiri dengan dahsyat, tubuhnya lemas tak bertenaga dan perut bagian bawahnya sakit. Elang mengajak Nindya duduk di pinggir jalan, meluruskan kaki dosennya dan memberikan tasnya untuk bersandar. Wajah Nindya terlalu pucat, keringat dingin juga tidak berhenti memenuhi dahi Nindya. "Kamu sakit? Apa yang kamu rasakan?"Ada orang yang memiliki alergi dingin, ada juga yang mendadak sakit saat beradaptasi dengan cuaca gunung. Elang menemukan kasus serupa di beberapa kegiatan pendakian massal yang

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Tanjakan Cinta

    Setelah mendapat izin dari ibu Nindya, Elang mengemudi ke tempat penyewaan alat-alat petualangan. Mereka akan berangkat langsung dari Semarang, Elang tidak akan sempat kembali ke Yogya mengambil semua kebutuhannya untuk di gunung nanti. Mereka juga mampir ke minimarket untuk membeli kebutuhan makanan.Elang cukup gila memilih jalur ngagrong sebagai pendakian pertama untuk Nindya. Selain lebih ekstrim, jalur tikus tersebut terbilang bukan jalur resmi yang direkomendasikan untuk mendaki Gunung Merbabu. Tidak ada pos pantau untuk mengawasi para pendaki dari jalur yang tidak resmi, sehingga membahayakan bagi pendaki yang tidak berpengalaman, karena tidak ada data yang tercatat di pos utama.Pendaki pemula kebanyakan lebih memilih jalur Selo dengan tingkat kesulitan medium. Elang pribadi kurang menyukai jalur tersebut karena terlalu ramai. Dia suka sepi saat di alam terbuka, agar suara alam terdengar jelas dan dia bisa lebih leluasa menikmati perjalanannya.Ela

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Getaran dan Adiksi

    "Kamu bisa pingsan di pelukanku!" Uh, Elang memang selalu penuh rayuan mematikan untuk Nindya yang sering naif dalam sebuah hubungan. "Apa Lala masih melihat kita?""Tidak, dia membuang muka!" Elang terkekeh, dia agak keterlaluan menciptakan suasana romantis bersama Nindya. Bukan hanya Lala yang gerah, tapi pria seumuran ayahnya yang sedari tadi memperhatikannya spontan memasang wajah dingin. "Siapa pria yang berdiri arah jam sembilan?"Nindya tidak menoleh tapi melihat dengan ekor matanya. "Oh … itu ayahku!""Hm … sepertinya aku dalam masalah!"Nindya terkikik melihat ekspresi Elang yang mendadak serius. "Tidak akan, kami sudah tidak bertegur sapa selama sepuluh tahun.""Apa alasan ibumu tidak mau datang karena situasi ini, karena ada ayahmu?""Mempelai wanita itu sepupuku dari keluarga ayah, jadi ayah pasti hadir, dan ibu menghindari masalah. Istri ayahku masih saja cemburu pada ibuku, dan selalu saja berusaha menying

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status